Share

Pengaruh Obat Perangsang

Author: Asriaci16
last update Last Updated: 2025-10-20 09:19:01

"Sedang apa kamu di sini?" Tanya seseorang yang menepuk pundak Agnia spontan. 

Menoleh, Agnia yang sedang merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya pun, refleks berdiri dengan pandangan yang mulai kabur dan nyaris limbung.

"Ish! Kok, panas, sih. Gerah banget ini. Punya kipas, gak?" Terlihat, Agnia mulai bereaksi tak biasa. 

Secara impulsif, pria di hadapannya bergerak menyentuh lengan Agnia untuk menopang keseimbangan tubuhnya.

Satu hal yang orang itu ketahui, perempuan di hadapannya ini diduga mengalami sebuah reaksi yang tak biasa pasca meminum sesuatu dari gelasnya. 

"Jadi, dia mabuk?" Si pria bergumam pelan.

Pria itu lantas berdecak. Kemudian, sebelum Agnia benar-benar terlihat kacau dan mengundang penilaian negatif dari banyak orang yang melihatnya, sosok itu pun dengan cepat membawa Agnia pergi dari sana. 

Dari kejauhan, Beni yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya pun buru-buru bergegas menghampiri Agnia yang hendak dibawa pergi oleh seorang pria. 

"Loh, tunggu sebentar! Mau dibawa ke mana teman saya?" Seru Beni mengejar. Mumpung belum banyak pengunjung lagi, ia lantas mempercepat langkahnya menyusul si pria.

Menoleh dan menghentikan langkah, pria tersebut pun menatap Beni dengan dahi berkerut.

"Kamu siapa?"

"Gue Beni, dan cewek itu temen gue. Mau lo bawa ke mana dia?" Lontar Beni menginterogasi.

Menaikkan sebelah alisnya heran, pria bernama Irgi itu pun menjawab, "Kebetulan saya juga mengenal perempuan ini. Dan saya akan mengantarnya pulang."

"Brengsek!" Beni mendesis. Padahal, dia sendiri sudah yakin dengan rencananya yang akan membuahkan hasil.

Sementara itu, Irgi merasa janggal ketika mendengar lelaki muda di hadapannya tampak mengumpat. 

"Jadi, kamu yang menyebabkan dia seperti ini?" 

Terkesiap, Beni yang dituding terang-terangan pun seketika saja menggeleng panik. 

"Ja-jangan asal nuduh! Mana ada gue nyampurin sesuatu ke dalam minumannya. Gue cuma jadi pendengar setia pas tadi dia lagi curhat doang, kok," kilah si lelaki gugup.

Akan tetapi, cukup berhasil membuat Irgi mendengkus puas, karena ternyata semudah itu ia menjebak lelaki di hadapannya.

"Padahal, saya tidak sebut kamu mencampurkan sesuatu ke dalam minuman gadis ini."

Terbelalak, Beni merasa syok karena masuk perangkap. 

"Siap-siap saja! Perbuatanmu akan segera saya laporkan pada pemilik bar ini," tukas Irgi tegas. 

Setelahnya, ia lanjut melengos bersama Agnia yang untungnya tidak banyak berulah selama Irgi berinteraksi dengan lelaki muda tadi.

*** 

Celaka! 

Cara berjalan Agnia sudah sangat sempoyongan. Ditambah lagi tangannya pun tidak bisa diam di sepanjang jalan Irgi membawanya ke arah mobil.

Kancing bajunya saja bahkan sudah terlepas sebagian dan menunjukkan belahan dada yang menyembul dari balik bra merah menyala yang amat kontras dengan kulit putih bersihnya. 

"Lo mau bawa gue ke mana, ish! Ini gerah banget, gue perlu kipas dan aw …! Sshh …! Di sini gatel banget," racau gadis itu sambil sesekali memegangi bagian bawahnya yang terasa geli tak tertahan.

Irgi hanya perlu terus berjalan menggiring gadis itu ke mobilnya. Mulutnya terkatup rapat, walau Agnia terus merengek ingin melepas pakaiannya karena kepanasan.

"Ini kenapa panas banget, sih? Lubang neraka bocor ya?" Setengah sadar, Agnia yang masih dipapah Irgi pun sesekali menekankan tubuhnya pada Irgi.

Membuat Irgi menggeram tertahan, seiring dengan Agnia yang kembali merengek. 

"Gue gak kuat lagi …! Ahhh …! Ini udah panas banget dan gatel …." desahnya tak terkontrol. 

Bahkan, kini tangannya berhasil mempreteli semua kancing kemejanya hingga terlepas, dan hampir melorot andai sang pria tak keburu meraih pinggang Agnia agar merapat ke arahnya. 

"Shut up!" Desis pria itu tegas.

Beruntung keadaan parkiran masih terbilang sepi. Untuk sesaat pula, cukup berhasil membuat Agnia diam dan menatap si pria dengan sorot berkabutnya. 

"Saya gak tahu harus bawa kamu ke mana. Jadi, tolong sebutkan alamat rumahmu agar saya bisa antar kamu pulang sekarang juga!" Cetus pria itu kemudian. 

Namun, alih-alih memberi jawab. Agnia justru malah memeluk pinggang Irgi dengan eratnya.

"Gatel banget ahhh ...." gumam Agnia sambil menggigit bibir bawahnya. 

Mendengar itu, Irgi memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya berinisiatif untuk menggendong tubuh si perempuan saja guna lanjut membawanya ke arah mobil yang ia parkir di ujung sana. 

Tanpa disangka, Agnia malah mengendus cerukan leher sang pria yang refleks menegang di sela ayunan kakinya.

"Emh, wangi banget. Tapi tetep aja panas. Geli banget ahh," racaunya lagi dengan mata terpejam.

Meski sekilas bibirnya yang lembut menyentuh kulit leher Irgi, tapi rupanya hal itu mampu membangkitkan libidonya yang selama ini kurang tersalurkan.

Membuat sang pria menelan ludahnya susah payah, tetapi masih mampu menahan diri untuk tidak terpancing melakukan sesuatu pada perempuan dalam gendongannya. 

***

Di perjalanan menuju entah ke mana, konsentrasi Irgi mulai pecah. Sesekali, dia harus bantu mencegah Agnia yang selalu ingin membuka kancing celananya sambil berusaha memasukkan jarinya sendiri ke dalam sana. 

"Aduh, gatel banget di sini!" Pekik Agnia bergerak gelisah.

Membuat Irgi sibuk menggeram, di tengah kebingungannya yang entah harus melajukan kemudinya ke alamat mana. 

"Harus saya bawa ke mana dulu kamu sekarang?" Irgi mendesis kasar.

Mengingat ia tidak melihat Agnia membawa tas, atau sesuatu yang bisa dijadikan patokan dirinya untuk mencari tahu informasi alamat rumahnya. 

Maka, tentu saja Irgi buntu. Ditambah lagi, malam yang kian larut, mengharuskan pria ini benar-benar memutar otak agar bisa mengamankan si perempuan yang kemungkinan besar ada dalam pengaruh obat perangsang.

"Kalau begitu, kamu saya bawa ke hotel saja dulu. Sisanya, lihat nanti saja..." bisiknya letih. 

Kemudian, ia benar-benar mengarahkan kemudinya ke arah dimana hotel terdekat akan ia lewati. 

Sampai setibanya mobil itu di area parkir hotel, sang pria pun buru-buru melepas sabuk pengaman yang membelenggu tubuh. Sebelum membawa Agnia turun dari mobil, pria itu juga berniat membenahi dulu kemeja Agnia yang sudah tertanggal sepanjang di perjalanan tadi. 

"Ahhh, gue gak kuat. Ini gatel, pengen dimasukin aja emmhhh ...." Dia meracau lagi. Menyebabkan pergerakan si pria tertahan, karena tak sengaja ia melihat tali bra yang sudah ikut melorot dari posisinya. 

"Shit!" Irgi mengumpat. 

Matanya tak bisa lepas dari gundukan kenyal yang mengintip dari balik bra merah itu. Bagaimanapun, dia seorang pria normal bukan? 

"Astaga, gatel banget. Geli emh ... kalo dimasukin pasti enak," lontar Agnia berandai-andai. Menggelinjangkan lagi tubuhnya, di tengah Irgi yang sejak awal sudah berniat menaikkan kemejanya.

Sampai pada saat Irgi mencoba menarik naik kemeja yang sudah melorot sampai ke pinggang. Tanpa diduga, ia justru malah disergap oleh Agnia yang menarik tengkuknya sekaligus melumat bibirnya dengan penuh nafsu. 

Menyebabkan tubuh sang pria menegang, disusul oleh adanya sesuatu yang mengeras dari balik celana hitam yang dipakainya sekarang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Pencarian Masih Berlangsung

    EMERGENCY!!Tiba-tiba, alarm tanda bahaya seketika muncul dari dalam benak Agnia tatkala menyadari bahwa sekarang dirinya sedang dikelabui oleh pemuda desa yang sempat menawarkan diri untuk mengantarnya pulang ke alamat tertuju. Padahal, Agnia sudah meyakinkan diri jika ia tidak akan sampai dibawa kemana-mana oleh pemuda desa ini selain ke rumah mendiang neneknya Irgi. Akan tetapi, disinilah Agnia sekarang. Di antara semak belukar yang wanita ini sendiri langsung menyadari bahwa dirinya sedang dalam bahaya. “Heh, Bang … sebenernya lo mau bawa gue kemana, sih? Perasaan tadi pas berangkat dari rumah menuju pasar malam, gue gak ada ngelewat semak-semak kayak gini,” lontar Agnia yang berjalan di depan si pemuda. Mulai melayangkan protes sebelum perjalanan semakin ngaco apalagi jika sampai menjauhi peradaban.“Ini jalan yang bener kok, Neng. Mungkin, Neng geulis lupa lagi kalo tadi sempat juga lewat ke sini,” sahut pemuda itu beralasan. Membuat Agnia sontak berhenti dari gerak langkahny

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Dihampiri Pemuda Desa

    “Cemburu?” Irgi membeo. Merasa tak percaya dengan asumsi pria paruh baya di hadapannya itu. Mengingat Agnia yang selalu menolak setiap kali Irgi memintanya untuk berada di sampingnya, maka tentu saja Irgi tak akan semudah itu untuk sependapat dengan ayah dari sahabatnya ini. “Kalau bukan cemburu, lantas apa lagi sebutannya? Kalian menikah sudah berapa lama memangnya? Kok, kayaknya kamu masih belum bisa peka sama cara ngambek istrimu,” celetuk Kosim bertanya-tanya.Dalam sekejap, cukup berhasil membuat Irgi didera gugup walau tak terlalu gamblang ia menunjukkan. “Bukan begitu, Pak Kosim. Hanya saja, sebelumnya saya sudah memberitahu Agnia bahwa Hanifah adalah adik dari sahabat saya. Lagipula, kami juga ngobrol seperti pada umumnya orang berbincang santai. Tidak ada gelagat yang mencurigakan yang sampai harus membuat siapapun mengira jika di antara kami ada sesuatu yang dianggap hubungan istimewa,” tutur Irgi menguraikan. Akan tetapi, justru membuat Kosim refleks terkekeh dan menepu

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Diduga Cemburu

    “Punten, Kang,” celetuk sebuah suara menginterupsi. Dalam sekejap, Irgi pun menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang perempuan berjilbab hitam tengah meringis canggung padanya. Mengernyitkan dahinya spontan, Irgi yang semula sedang asyik berbincang dengan Hanifah pun kini sudah mengalihkan perhatiannya penuh terhadap si perempuan berjilbab tersebut. “Ada apa ya?” tanya pria itu menatap bingung.“Sebelumnya saya minta ya, Kang. Tapi, perempuan tadi yang Akang suruh buat pilih-pilih pakaian di stand saya, itu istrinya apa adiknya ya? Ah … pokoknya, siapapun itu, dia tadi mutusin untuk gak jadi beli bajunya. Justru, saya malah disuruh tanya Akangnya saja kata si tetehnya tadi. Makanya saya kesini karena buat mastiin aja kalau-kalau Akangnya mau jadi beli atau enggak,” urai si pelayan stand memberanikan diri untuk meminta kejelasan. Pasalnya, sebagai seorang pelayan yang sudah dipercaya oleh pemilik stand-nya untuk menangani konsumen yang masuk ke stand, perempuan ini dianjurkan u

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Gelagat yang Beda

    “Udah ya, Pak. Kalo sekiranya udah gak sanggup buat lanjut cerita, Bapak gak usah maksain lagi. Paling nggak, saya sudah bisa menangkap garis besarnya, kok, walaupun Bapak gak ceritain seluruhnya…” ucap Agnia tak ingin memaksa.Dia cukup peka saat ini. Apalagi setelah melihat Irgi yang sekuat tenaga menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya di depan Agnia, membuat sang wanita lantas mengulurkan tangannya impulsif guna memberi usapan lembut di pundak dosennya. “Saya turut prihatin ya, Pak. Minimal, sekarang saya jadi tau penyebab Bapak selalu bersikap dingin selama di lingkungan kampus. Karena emang Bapak sengaja jadiin watak dingin itu sebagai tameng dari rasa sakit hati Bapak itu, kan?” lontar Agnia menebak. Tidak peduli jika pun ia salah dengan tebakannya. Yang jelas, kini Agnia sudah sedikit lebih paham dengan kesakitan Irgi di masa lalu bahkan hingga hari ini. Irgi masih bergeming. Namun, perlahan ia pun menaikkan pandangannya. Beradu tatap dengan sang wanita, yang kini seda

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Flashback 5 tahun lalu

    “Ru-Rumah Bapak?” beo Agnia tersendat. Menyudahi aksi bersandarnya, Irgi kini sudah kembali duduk tegak seraya mengangguk dan menatap sang wanita serius. “Ya. Menjadi tempat saya pulang ketika letih. Rumah yang benar-benar nyaman, dan tidak seorang pun boleh menempati rumah itu kecuali saya seorang,” tandas Irgi posesif. Untuk sesaat, berhasil telak membuat Agnia tercenung kaget di tengah Irgi yang sigap bangkit dari duduknya dan menggeser meja kayu di hadapannya agak menjauh. Dilanjut dengan ia yang mengambil posisi berlutut, tepat di depan Agnia yang masih duduk di kursi. “Jadilah rumah saya, Agnia. Bukan untuk sementara, melainkan sampai saya meregang nyawa pada suatu hari nanti…” pinta sang pria sangat serius. Menyorotkan pandangan penuh permohonannya pada Agnia seolah ia sedang melamar si wanita secara tidak langsung. Agnia termangu. Kini, pria itu tidak hanya meminta dirinya menjadi miliknya. Tetapi bahkan lebih-lebih dari hanya sekadar memiliki. “Saya tahu ini seperti sed

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Ketika Pak Dosen Bercerita

    “Biasanya, doa anak kecil yang masih polos seperti mereka cenderung cepat dikabulkan sama Tuhan. Makanya, saya bantu aminkan saja dulu. Perihal sisanya, biar Tuhan saja yang mengatur,” celetuk Irgi melirik ke sebelahnya. Dilanjut dengan menunjukkan ekspresi jahil yang tentu saja membuat Agnia mendelik seraya berkata, “Apaan sih, Pak! Bapak ngebet banget punya anak kayaknya. Sama istri sendiri emang gak pernah usaha bikin? Kok, ngodenya malah sama saya mulu perasaan. Ajakin istrinya aja sana, Pak, kalo udah gak tahan pengen keturunan.” Entah Agnia yang keterlaluan dalam menyahut, atau memang si prianya saja yang sedang berhati sensitif. Mendengar lontaran kalimat si wanita barusan, Irgi pun mendadak murung di tengah kepala yang menunduk lunglai. Melihat perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh sang pria, sontak membuat Agnia menjadi peka hingga ia langsung didera perasaan menyesal tatkala mendapati Irgi yang tahu-tahu sudah melenggang sendiri tak mengajak si wanita. “Loh, Pak!” Agn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status