Beranda / Romansa / Skandal Satu Malam Sang Presdir / Bab 33: Kegelisahan Smith

Share

Bab 33: Kegelisahan Smith

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 00:09:42

Smith tiba di rumah tepat pukul delapan malam, wajahnya mengeras seperti granit, sorot matanya menyala penuh kemarahan.

Ia melangkah lebar dengan hentakan yang menggema di lantai, setiap langkahnya seolah memancarkan bara yang siap membakar. Bibirnya menggeram saat mendapati kamar Laura gelap tanpa tanda-tanda kehadiran.

“Kurang ajar! Laura pulang tanpa pamit terlebih dulu padaku. Semakin hari semakin melunjak!” desisnya, suaranya rendah tetapi penuh dengan ancaman yang menggantung di udara.

Tangannya yang besar dan kokoh memutar kenop pintu dengan kasar, tapi tidak ada siapa-siapa di dalam kamar itu. Mata Smith menyapu ruangan dengan tajam, hanya kegelapan dan keheningan yang menyambutnya.

“Pergi ke mana wanita itu? Kenapa dia tidak ada di kamarnya?” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri, sementara tangan lainnya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel.

Jarinya bergerak cepat, menekan nomor Laura, namun suara dering yang terus berlanjut tanpa jawaban semakin menambah bara dalam d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 34: Orang yang Telah Menjebak Laura

    Laura membuka matanya perlahan, kelopak yang terasa berat seperti menanggung beban seluruh dunia.Ruangan itu masih gelap, lembap, dan menyesakkan—seolah seluruh udara dipenuhi aroma ketakutan. Napasnya terdengar pelan, hampir seperti desis ular yang terjebak.Dari kegelapan, suara dingin memecah kesunyian. “Kau ingin menggagalkan rencanaku, huh?”Laura menoleh, gerakannya lamban, tubuhnya yang lemah nyaris menyerah. Ia menyipitkan mata, mencoba menangkap sosok di hadapannya.Bibirnya membentuk senyum tipis yang penuh sindiran meskipun rasa sakit menyelimuti tubuhnya.“Andy?” gumamnya dengan suara yang serak dan lemah, namun tak kehilangan tajamnya. “Ternyata kau, yang telah menculikku.”Andy melangkah maju, langkah kakinya menggema seperti detik-detik bom waktu. Ia menekan bahu Laura dengan kuat, menanamkan rasa sakit yang membuat napas Laura tersengal.“Katakan padaku,” ucapnya dengan suara yang menusuk seperti pisau, “Apa yang sudah kau katakan pada Vincent?”Laura terbatuk-batuk,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 35: Tidak Perlu Cemas Berlebih

    Dor!Suara tembakan menghentak udara, bergema di lorong-lorong gelap tempat terkutuk itu. Andy menoleh cepat ke belakang, matanya membelalak dengan campuran panik dan kebencian.“Jangan bergerak! Kalian telah dikepung!” Suara lantang seorang polisi menggema, memantul seperti gema dari keadilan yang datang terlambat.“Argh! Sial!” desis Andy, giginya bergemeretak dalam frustrasi.Ia melesat ke arah belakang, menuju ruang bawah tanah tersembunyi yang dianggapnya sebagai labirin pelarian sempurna—sebuah ruang gelap yang, dalam pikirannya yang penuh tipu daya, tak akan pernah ditemukan siapa pun.Pria bertopeng dan seorang lainnya mengikuti Andy dengan tergesa, bayangan mereka melesat seperti hantu yang mengejar kelam.Laura, yang duduk terikat dan nyaris tanpa tenaga, menarik napas lega saat kilau seragam polisi memenuhi ruang itu. Cahaya senter mereka terasa seperti mercusuar yang menyinari malam tergelap hidupnya.Namun, matanya yang membengkak dan lelah menyipit ketika melihat sosok b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 36: Debat Sengit si Kembar

    "Sudah menganggap ‘istri’ sekarang, huh?" ledek Louis sembari menyunggingkan senyum tipis kepada kakak kembarnya itu. Senyumnya seperti bayangan bulan di permukaan air, menawan namun penuh ejekan.Tangan Smith mengepal erat. Jari-jarinya gemetar seperti ranting kecil yang menahan angin badai, menahan amarah yang bergulung-gulung di dadanya. Matanya menyorotkan kilatan tajam, seperti dua belati siap menusuk."Sejak pertama kali kami menikah pun dia sudah menjadi istriku, sialan!" desis Smith, suaranya bergetar dengan panas yang membakar udara di antara mereka.Louis terkekeh pelan. Tawa itu terdengar seperti bunyi retakan es di malam musim dingin, dingin dan memecah kesunyian.Tatapannya menelusuri wajah Smith, seperti seorang pemburu yang mengamati buruannya yang sedang terluka."Well, Smith. Laura akan menceraikanmu begitu dia tahu jika benih yang kau tanam itu tidak tumbuh," ucapnya, nadanya selembut angin yang menusuk, santai namun penuh racun."Kalaupun Laura hamil, aku akan berta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 37: Hampir Mati karena Vincent

    “Andy dan Marissa sudah menjadi buronan. Mereka yang telah menculik Laura di kantor kita,” ucap Vincent, suaranya berat seperti gemuruh jauh di dalam lembah, memberitahu Smith.Lelaki itu memijat batang hidungnya, mencoba meredakan denyut di kepalanya yang terasa seperti palu godam menghantam pelipisnya. “Jadi benar, Andy telah bermain licik di kantor kita?” tanyanya, nada suaranya serupa bisikan tajam yang menusuk udara.Vincent mengangguk kecil sembari menatap Laura yang terbaring tak sadarkan diri di sofa, wajahnya pucat seperti bulan yang diselimuti kabut malam.“Ya. Sebenarnya aku sudah curiga padanya sejak dulu,” ucapnya dengan napas berat yang tertahan, seolah setiap kata adalah batu yang harus diangkatnya. “Tapi, aku selalu gagal membuktikan semuanya.”“Kenapa?” tanya Smith, suaranya dingin seperti embun beku yang menggantung di dedaunan pada pagi musim dingin.Vincent menoleh pelan, matanya yang lelah menatap sang anak dengan sorot mata yang membawa beban bertahun-tahun.“Per

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 38: Dunia Bisnis Memang Kejam

    “Apa itu benar, Dad?” Mata Smith langsung membola mendengar pertanyaan dari Laura tadi. Suasana di ruangan itu terasa seakan udara berhenti beredar, membeku dalam ketegangan yang menggantung.“Itu, yang Andy katakan padamu?” tanya Smith kepada Laura, suaranya terdengar seperti guntur yang menahan ledakan. Tatapannya tajam menembus ruang, mencari kepastian.Perempuan itu mengangguk kecil, gerakannya seperti daun yang bergoyang lembut di tiupan angin. “Meskipun aku tidak percaya sepenuhnya,” ucapnya pelan, suaranya seperti bisikan yang nyaris tenggelam di tengah gemuruh ketegangan.Smith menghela napas kasar, napasnya terdengar seperti bara api yang ditiup angin, panas dan penuh emosi yang ditahan. “Jawab pertanyaan Laura, Dad! Aku pun ingin tahu, apa maksudmu melakukan itu padanya!” desaknya, nada suaranya menggema penuh tekanan.Vincent lantas menggelengkan kepalanya, matanya memancarkan sorot ketidakpercayaan. “Hei. Untuk apa aku melakukan hal kotor seperti itu? Jika aku mau, aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 39: Louis tidak Mengerti

    “Sebaiknya pulang saja, Smith. Tidak perlu menemaniku di sini,” ucap Laura dengan suara yang terdengar lemah, namun tetap tegas.Matanya menatap ke arah jendela, menembus gelapnya malam yang diselimuti cahaya rembulan yang pucat.“Lalu, kau ingin ditemani oleh Louis jika aku pulang?” balas Smith, nada suaranya mengandung jejak cemburu yang tidak ia sembunyikan.Laura menghela napas panjang, seolah ingin mengusir rasa lelah yang menyelimutinya. “Entah kenapa kau selalu membawa nama Louis dalam obrolan kita. Bahkan aku tidak kepikiran ingin ditemani olehnya. Aku hanya ingin sendiri,” ucapnya pelan, nadanya seperti embusan angin dingin yang menerpa daun-daun kering.Smith menatap Laura dengan pandangan datar, namun sorot matanya menyimpan gelombang emosi yang bergejolak.“Aku akan menemanimu sampai kau sembuh. Tidak ada penolakan, karena aku membencinya,” ucapnya tegas, seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh badai.“Untuk apa? Orang-orang akan curiga jika kau ada di sini, Smith,” Laura

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 40: Sudah Diperbolehkan Pulang

    “Kondisi Anda sudah membaik dan hari ini sudah diperbolehkan pulang.”Laura menghela napas lega mendengar penuturan dokter yang selama dua hari terakhir ini menjadi pelindung sekaligus pengawas ketat atas kesehatannya.Mata cokelatnya yang sempat meredup kini mulai berkilau kembali, memantulkan harapan yang perlahan tumbuh dari rasa lega.“Terima kasih, Dokter,” ucapnya dengan nada lembut, menyertai senyum kecil yang mengukir kehangatan di wajahnya.Suaranya terdengar seperti bisikan angin pagi yang menyejukkan, namun masih menyisakan sedikit jejak kepenatan.Laura merapikan barang-barangnya, memandang ruangan yang telah menjadi saksi bisu atas kegundahan dan doanya selama ini.Sudah cukup, pikirnya. Rumah sakit, dengan dinginnya tembok putih dan aroma khas antiseptik, bukanlah tempat yang ingin ia tinggali lebih lama.Langkahnya terhenti sejenak ketika suara bariton yang familiar menyapa dari ambang pintu. “Sudah diperbolehkan pulang, hm?”Laura tersentak kecil, menoleh dengan sediki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 41: Lanjutkan Saja

    “Apa yang kau lakukan, Smith?” Mata Stella menatap tajam ke arah Smith, tatapannya seperti mata elang yang menemukan mangsanya, tajam dan menusuk, saat ia melihat Laura duduk di samping pria itu.Smith melirik sebentar ke arah Laura, yang tampak canggung namun berusaha tetap tenang. Tatapannya kembali beralih kepada Stella, wajahnya tetap datar namun ada guratan kelelahan di sana.Mereka bertemu di sebuah café, tempat Stella meminta bertemu setelah mengetahui keberadaannya.“Aku baru saja menjemput Laura dari rumah sakit. Dia sedang sakit, Stella,” ucap Smith, suaranya datar namun cukup jelas untuk menunjukkan kejujuran.Stella tersenyum, senyum yang tidak sampai ke matanya, sembari melipat tangan di dadanya. Gerakannya penuh ironi, seperti aktris yang memainkan peran dalam drama yang terlalu sering ia lakoni.“Sudah mulai perhatian padanya, huh?” ucapnya, nada suaranya penuh sindiran yang mengiris udara.Smith memijat keningnya, gerakan kecil yang menunjukkan keletihan yang tak ia co

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Ending Chapter~

    Diana tidak akan memungkiri perasaannya kepada Louis meskipun dia belum bisa mengatakan bahwa itu adalah perasaan cinta.Namun, rasa nyaman dan lepas yang dirasakannya bagi Diana sudah cukup membuatnya yakin kalau Louis adalah orangnya. Tapi lagi-lagi bayangan ketika dirinya menangis tersedu-sedu setelah mengetahui bahwa lelaki yang dia cintai, lelaki yang juga sering mengatakan cinta padanya malah berkhianat terlintas di pikiran.Diana sangat benci perasaan itu tapi dia juga sulit sekali menghilangkannya karena sudah membentuk trauma. Dan itu semua adalah tugas Louis, Louis harus menyembuhkan Diana dan membuat gadis itu dapat berdamai dengan traumanya."Diana, kamu tahu aku, kita sudah lama kenal. Ke mana pun aku pergi kamu selalu ikut. Kamu juga tahu perempuan mana saja yang ingin dekat denganku tapi aku menolak mereka, kan? "Kamu harus tahu, Di, penolakan demi penolakan yang kulakukan semata karena aku ingin kamu bisa lihat kalau selama kita bersama, aku bukan lelaki yang mudah t

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Extra Part III

    Diana memejamkan matanya mendengar ucapan Louis yang sungguh di luar dugaan. Gadis itu membeku di tempatnya sekarang tanpa bereaksi apa-apa.Sementara itu, Smith langsung menghampiri Louis dan mempertanyakan keseriusan sang adik atas ucapannya barusan. "Aku serius, Smith. Aku mencintai Diana bahkan sebelum dia jadi asisten pribadiku, aku sudah memiliki rasa suka padanya meskipun, ya ... cinta itu baru benar-benar tumbuh setelah kami sering bersama," ungkap Louis lagi.Diana dapat mendengarnya dengan jelas, tapi dia tidak percaya. Apa yang Louis lakukan terhadapnya selama masa kerja sungguh berbanding terbalik dengan apa yang Louis ungkapkan barusan."Diana, maafkan aku," ucap Louis.Diana tak menjawab dan malah geleng-geleng kepala. Setelah itu, Diana pergi karena merasa sudah tak sanggup lagi berada di situasi itu."Om, Laura, Smith, aku pulang dulu, ya," pamitnya.Vincent ingin menahan tapi dia paham akan perasaan Diana yang sudah pasti merasa bingung atas sikap Louis yang sangat m

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Extra Part II

    Diana baru selesai menyiapkan jadwal Louis untuk besok ketika dia hendak pulang. Waktu menunjukkan pukul 7 malam dan rasanya badan Diana sangat remuk saking sibuknya hari ini."Ini sudah terlalu malam, kamu pulang ke rumahku saja supaya besok bisa langsung berangkat denganku. Kamu, kan, suka lelet," ujar Louis.Mendengar ejekan Louis padanya, Diana langsung menyipitkan matanya. "Apa maksud kamu bilang begitu? Aku lelet? Hey, sudah hampir satu bulan aku bekerja denganmu dan setiap hari aku pulang jam 6 atau jam 7 malam. "Setiap hari juga, aku sampai jam 8 malam dan baru bisa istirahat setelah jam 10 malam karena kamu selalu menyuruhku banyak hal. Aku capek dan kamu malah bilang aku suka lelet?" Diana memelototi Louis saking kesal."Lah, memang kenyataannya kamu lelet, kamu sering terlambat setengah jam bahkan sampai satu jam. Itu dinamakan lelet, kan?" balas Louis."Iya, tapi seharusnya kamu memahami alasanku sampai lelet begitu, aku kurang istirahat dan seharusnya kamu juga jangan me

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Extra Part I

    Tiga hari kemudian, Laura pulang ke rumah dan disambut dengan suka cita oleh para asisten rumah tangga serta kerabat dekat yang masih berada di sana. Rencananya, mereka akan pulang hari ini karena Laura sudah sehat dan pulang.Suasana rumah Smith sangat ramai di sana mereka melakukan syukuran kecil-kecilan dengan makan bersama di taman belakang yang sudah dihias sedemikian rupa oleh para pekerja.Smith menggendong Daniel sementara Laura menggendong Davide, mereka mengumumkan nama bayi mereka secara resmi bahkan Diana juga ada di sana."Diana, kesibukan kamu sekarang apa?" tanya Vincent pada gadis yang sudah Laura anggap seperti saudaranya sendiri."Aku baru resign dari pekerjaanku sebelumnya, Om. Aku mau cari kerjaan lagi tapi belum sempat persiapan, mungkin bulan depan aku mulai cari lagi," jawab Diana.Vincent mengusap dagunya, menatap Diana lekat lalu beralih menatap Louis yang dia lihat tak hentinya curi-curi pandang pada Diana.Terlintas ide dalam pikiran Vincent, bagaimana kalau

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Dia adalah Takdirku

    "Smith ... aku berhasil pulang."Suara itu terdengar sangat lirih di telinga Smith, bahkan hampir tak terdengar. Namun, lelaki itu yakin kalau Laura memang berbicara dan itu membuatnya merasa amat sangat lega.Vincent yang sejak tadi menunggu dengan harap cemas juga langsung mengucap syukur, dia menatap Laura yang masih dalam keadaan setengah sadar karena masih berada dalam efek anestesi."Manantuku, menantu kesayanganku ...." isak Vincent."Ayah, aku bertemu sahabatmu," ucap Laura. "Kami hampir pergi bersama.""Oh, Laura, jangan sampai hal itu terjadi. Anak-anakmu membutuhkanmu," sahut Vincent yang paham bahwa sahabat yang dimaksud Laura sudah pasti Ferdy, ayahnya."Ya, dia bilang takdirku yang sesungguhnya memang di sini," kata Laura pelan."Kamu gak nanya sama aku, Sayang? Aku sejak tadi di sini menunggu kamu sadar tapi saat bangun kamu malah ngobrol sama Ayah," ucap Smith membuat Laura tersenyum."Aku selalu bersamamu bahkan ketika kamu meminta do'a pada anak-anak kita," jawab Lau

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Berhasil Pulang

    Operasi telah selesai dilaksanakan tapi kondisi Laura ternyata malah menurun, tekanan darah yang tinggi membuat detak jantungnya justru semakin melemah.Laura dibawa keluar dari ruang operasi menuju ruang pemulihan dengan berbagai alat yang terpasang di tubunya. Smith sama sekali belum melihat anak kembarnya kecuali hanya di ruang operasi tadi. Dia memilih mendampingi Laura dan meminta perawat menjaganya dengan baik di ruang yang terpisah dari ruang bayi lain."Smith, mana Laura dan cucu-cucu ayah?" tanya Vincent.Lelaki itu datang tergopoh-gopoh setelah mendengar kabar bahwa Laura melahirkan cucunya. Vincent bahkan sampai meninggalkan pekerjaan dan rapatnya dengan klien-klien penting."Cucu-cucu Ayah ada di ruang perawatan khusus, sedangkan Laura masih di ruang pemulihan. Dia belum sadarkan diri dan kondisinya menurun," jawab Smith seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan.Vincent tercengang mendengar kabar tersebut sebab saat berangkat tadi dia masih berbincang dengan menantunya.

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Si Kembar Telah Lahir

    "Lakukan apa pun yang terbaik bagi istri dan anak-anak saya, Dok. Lagi pula, istri saya sudah sangat kesakitan, saya tidak tega melihatnya."Smith berbicara seraya menatap dokter kandungan tersebut dengan seksama. Dokter pun mengangguk, siap melaksanakan prosedur operasi caesar.Namun, sebelum nya Smith mesti menandatangani dulu surat persetujuan karena prosedur ini bisa dibilang sakral, tidak boleh dilakukan sembarangan.Setelah selesai semua persyaratan, Smith langsung menemui Laura yang sedang kesakitan di ruang bersalin. Smith mengabarkan kalau Laura akan dioperasi demi keselamatan buah hati mereka."Gak papa, kan, kalau operasi? Kondisi kamu tidak memungkinkan, Sayang. Plasentanya menghalangi jalan lahir dan itu akan membahayakan anak-anak kita. Begitu kata dokter," tanya Smith seraya menjelaskan.Laura sudah pasrah, apa pun tindakan yang akan diambil terhadapnya, Laura tidak akan mencegah apalagi melawan. Melahirkan secara normal maupun caesar baginya sama saja, sama-sama memerl

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Menjelang Persalinan

    Setelah mendengar kabar bahwa Laura kemungkinan akan melahirkan dalam waktu dua minggu ke depan, Smith mempersiapkan segalanya salah satunya yakni dengan mengambil cuti dari kantornya.Meskipun dia adalah seorang CEO, pemilik perusahaan yang tentu memiliki kuasa, Smith tetap bersikap profesional dengan mengajukan cuti secara resmi. Untuk sementara, posisi dan pekerjaannya akan ditangani oleh Louis, adiknya."Smith, sebenarnya tanpa ada yang menggantikanmu pun sepertinya bukan masalah besar, pekerjaan CEO, kan, tinggal ongkang-ongkang kaki saja," ujar Louis membuat sang kakak sontak mendelikkan matanya."Jadi, begitu yang kamu pikirkan selama ini, aku hanya ongkang-ongkang kaki saja?" Smith menatap Louis dengan seksama."Hehehe, aku hanya bercanda, Smith. Jangan melotot begitu lah, serius amat!" sahut Louis menggaruk kepalanya yang tak gatal."Lihat saja, kamu nanti akan merasakan apa yang aku rasakan. Kamu akan sangat sibuk bahkan melebihi kesibukanku dulu. Kamu akan kewalahan dan men

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Kemungkinan Minggu Depan

    Smith sangat sigap menuntun Laura yang merasakan sakit seperti kram di perutnya. Dengan tertatih, Laura berjalan menuju mobil yang sudah siap di depan."Jangan-jangan kamu kecapean, Sayang," tebak Smith. "Kalau melahirkan, kan, waktunya belum genap."Smith terus berbicara dengan perasaa resah dan gelisah. Sementara itu, Laura hanya bisa menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Aktifitas itu cukup mengurangi rasa sakitnya.Saat ini, Laura dan Smith sudah berada di perjalanan ke rumah sakit demi memeriksa keadaan Laura yang sempat merasakan sakit di perutnya.Namun, baru juga setengah perjalanan, sakit yang dirasakan Laura sudah reda bahkan menghilang. Laura yang belum memiliki pengalaman sebelumnya merasa heran, dia ingin mengatakan hal itu pada suaminya tapi merasa enggan."Sayang, apa kamu baik-baik saja? Sakitnya masih terasa?" tanya Smith mengelus perut istrinya. Laura sedikit meringis. "Sepertinya perutku sudah lebih baik, Sayang. Aku juga gak paham kenapa. Apa kita pu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status