LOGINmaaf ya hari ini 2 dulu semoga besok bisa 3 lagiii tetap dukung Dirga Laas yaaa biar makin semangat happy weekend 。◕‿◕。
Aroma khas masakan premium memenuhi ruang VVIP eksklusif di restoran milik keluarga. Dirga memotong potongan daging steak premium di piringnya, sementara Laras menikmati hidangan ikan yang disajikan dengan mewah dan indah di sampingnya. Sebenarnya ia sayang untuk menyantap makanan ini, tetapi perutnya yang lapar tidak bisa diajak negosiasi.Tawa Dewi dan Denver sesekali menggema, menciptakan suasana yang begitu hangat, membuat Laras merasa benar-benar menjadi bagian dari keluarga Bradley. Keluarga yang bahkan tak berani ia impikan, karena ia sadar statusnya hanyalah orang biasa.‘Terima kasih, Tuhan. Sudah mengirim Papa Denver dan Mama Dewi yang baik, juga suamiku, Mas Dirga. Jaga mereka semua, Tuhan. Semoga suamiku selalu sehat, aku ingin memberinya keturunan yang lucu, sehat dan pintar,’ batin Laras, lalu melirik suaminya dengan wajah memerah. ‘Jangan dulu menua, ya, Mas. Pokoknya harus menemani saya membesarkan anak-anak kita nantinya.’Ia sadar perbedaan usia yang jauh membuatn
Hari terus berjalan, Raina tidak pernah menyangka hidupnya jatuh sehina ini. Tinggal di rumah reot di desa terpencil yang minim fasilitas. Tubuhnya makin kurus dan kulitnya tidak terawat. Kerutan di wajahnya tampak makin nyata. Bahkan setiap malam, ia harus bertarung melawan nyamuk dan udara dingin. Ia hanya tahu, Raymond-lah yang meninggalkannya di sini, dan ia berniat membalas dendam.Setelah berpikir masak-masak, wanita itu memutuskan keluar rumah pagi-pagi sekali. Nahasnya dalam guyuran hujan yang dingin, mantan istri Dirgantara itu gagal mendapatkan tumpangan kembali ke Jakarta. Setiap penolakan mobil yang lewat meruntuhkan tekadnya. "Raymond, Dirga dan kamu cewek kampung harus membayar mahal! Tapi yang pertama ... Laras. Aku bakal datang ke tempatmu dan merebut semua yang kamu miliki!" raungnya, kembali dengan langkah gontai ke rumah reot, tubuhnya sudah menggigil.**Siangnya, di tempat yang berbeda, Dirga baru saja selesai mena
Ragil masih gemetar di mobil, tatapannya tak percaya saat Randy membawanya ke sebuah rumah kontrakan sederhana dan bersih, meskipun itu di pinggiran kota. Ia disuguhi makanan lezat dan hangat, bahkan label restoran bintang lima menempel di segelnya. Tak hanya itu, ada juga pakaian ganti yang layak, diinstruksikan untuk segera membersihkan diri. Mandi air hangat pertama setelah berhari-hari di pulau asing membuat air mata Ragil menetes. Ternyata, musuh bebuyutan tuannya jauh lebih manusiawi dibandingkan Raymond atau Raina yang tega membuangnya seperti sampah. Rasa terharu bercampur dendam membakar hatinya. Begitu Ragil selesai berpakaian dan makan, Randy sudah siap dengan perekam suara di depannya. "Sekarang, Ragil," kata Randy tanpa basa-basi. "Ceritakan semua yang kamu tahu tentang penukaran obat JB Pharmacy." Randy mensetting kamera ke arah wajah Ragil. Pria tambun itu menarik napas panjang, lalu menunduk dalam-dalam. "Ini sudah berlangsung lima tahun, Randy. Awalnya, Raina h
Menunggu hari pertama Dirga kembali praktik memang melelahkan. Laras sampai tertidur, karena pasien anak dan ibu terlalu betah berlama-lama di ruang pemeriksaan.Tidak ingin membangunkan istrinya, Dirga menggendong Laras, kembali ke hotel. Sejak dari rumah sakit, semua orang memerhatikannya. Tentu saja wajahnya viral hari ini.Di kamar, Dirga sempat memeriksa sosial media. Membaca beberapa komentar warganet.[Gila, beruntung banget istrinya. Siapa sih? Jadi penasaran?][Kayaknya cewek itu menantunya, deh.][Dicerai suami, dinikahi papa mertua hot. Buset mirip judul novel online BESTie.]Dirga tersenyum tipis. "Kamu membuatku jadi pria paling iri di dunia, Sayang," bisiknya. Dirga langsung mengambil foto selfie dengan Laras, mengecup lembut pipi Laras yang masih terlelap. Wajah Laras tampak tenang dan damai dalam tidurnya. Ia mengunggahnya ke semua akun media sosialnya dengan cepat.[Selesai praktik pertama, ditemani istriku. Wanita satu-satunya yang kupilih untuk menaklukkan
Pagi harinya Raymond sudah berpakaian rapi. Ia meminta salah seorang asistennya membawakan pakaian ganti. Wajahnya lebih segar dibanding semalam. Sebelum meninggalkan klub, Raymond melempar dua puluh lembar uang ratusan ribu. “Nih, bonus untukmu. Kamu beneran masih perawan. Rasanya nikmat sekali. Sekarang kamu pulang dan jangan bersetubuh sama pria mana pun. Ingat itu!” Raymond menarik tengkuk gadis muda, memaksanya berciuman. Gadis itu pasrah sambil memegang erat selimut. Raymond bersenandung sambil keluar kamar. Setidaknya beban di pikiran sedikit berkurang. Meskipun hari ini ia harus kembali menghadapi semua masalah. Hari yang masih cukup gelap ini, digunakan Raymond untuk hal lain. Ia tidak pulang ke rumah atau mengunjungi kantor. Mobil pribadinya melesat cepat mendekati salah satu rumah mewah bergaya Eropa. Lampu-lampu masih menyala, dan petugas keamanan menjaga ketat di sana. Ia bukan ingin menerobos masuk, melainkan memantau situasi. “Pasti perempuan itu tinggal di
Helahan napas panjang terdengar dari dalam telepon genggam. Raymond basah oleh keringat. Dingin AC ruangan sama sekali tak membantu. Jemarinya mencengkeram ponsel begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Setiap detik terasa memanjang, ia ditikam oleh rasa cemas yang menusuk luar biasa. Dalam benaknya, ia melihat satu wajah yaitu Dirgantara.“Cepat katakan kenapa kamu diam saja, hah?!” hardiknya, suara pria itu menggema dalam ruang kerja.“Apartemen Reza terkunci rapat, Pak. Tidak ada yang membobolnya. Tapi—” Raymond memotong cepat, “Katakan saja intinya! Reza ada atau tidak?!”Tangannya yang menggenggam ponsel itu mulai bergetar. “Tidak ada, Pak. Menurut resepsionis, Reza berangkat dini hari ini dan belum kembali,” jelas anak buah itu dengan nada hati-hati. “Tidak mungkin Reza ikut dengan Raina ke luar negeri. Ada yang tidak beres,” gumam Raymond. Sebelah tangannya mengetuk-ngetuk pada meja kaca. “Cari tahu ke rumah Raina. Apa yang terjadi di sana. Laporkan padaku se







