Rangga duduk melamun di dalam bar. Dia memikirkan kembali pertengkaran yang terjadi antara dirinya dengan Hana kemarin.
Rasa kecewa, marah, serta putus asa meliputi hati Rangga. Belum pernah dia merasa benar-benar kecewa seperti saat ini.Hana sungguh mengecewakan dirinya. Bagaimana bisa Hana bertindak bodoh seperti sekarang. "Sudah lama kamu menunggu?" tanya Romeo yang baru saja datang ke dalam ruangan yang biasa mereka datangi sebelum Rangga menikah dengan Susi.Rangga menengok ke sumber suara, itu sahabatnya yang sudah lama dia tunggu hampir setengah jam terakhir ini."Hay ... macet?" tanya Rangga tidak segera menjawab pertanyaan Romeo.Romeo mengedikkan alisnya. "Iya, begitulah." Romeo duduk tidak jauh dari Rangga. Dia memperhatikan Rangga, sedikit waswas.Apa yang akan dibicarakan Rangga malam ini? pikir Romeo gugup.Akhir-akhir ini, di kantor, Hana berubah menjadi sosok yang pendiam. Wajahnya lebih sering terlihat pucat. Romeo khawatir kalau Hana sudah memberitahu kepada Rangga tentang malam yang sudah mereka habiskan bersama."Bagaimana kabar si kecil Elsa?" Romeo berusaha mencari topik untuk memecah kekakuan di antara mereka."Elsa baik," jawab Rangga singkat. Dia menghela napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. "Malah yang nggak baik itu Hana," ungkap Rangga dengan nada geram.Deg! Jantung Romeo mulai berdegup kencang. Berarti benar bahwa Hana sudah memberitahu pada Rangga tentang malam itu. Tubuh Romeo menegang seketika ketika Rangga memukul-mukul telapak tangannya yang satunya lagi dengan sangat kencang."Ada apa sama Hana?" tanya Romeo gugup."Hana hamil," jawab Rangga putus asa. Kepalanya ditundukkan, sementara kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.Hati Romeo mencelus. Hamil?"Hamil?" dikatakan Romeo dengan suara bergetar. Tanpa sadar dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hampir dia mau menjambak rambutnya sendiri. Frustrasi. Romeo bisa merasakan napasnya kini dua kali lebih cepat dari biasanya. Alarm tanda bahaya muncul dalam benaknya."Si berengsek itu yang sudah menghamili Hana!" pekik Rangga tidak sabar. Dia meninju telapak tangannya yang satu dengan amarah yang sudah mendidih.Sementara di tempatnya, pelipis Romeo berkedut amat cepat. "Siapa yang kamu maksud dengan si berengsek itu?" tanya Romeo terbata. Dia yakin setelah ini hubungan antara dirinya dengan Rangga pasti akan retak. Dia tahu bahwa Rangga akan membunuhnya sekarang juga!"BIMA! KITA SEDANG BAHAS BIMA!" teriak Rangga dengan suara menggelegar. Emosi memenuhi Rangga."Bima?" Romeo membeo. Entah mengapa dia tidak suka ketika Rangga menyebutkan bahwa anak yang sedang dikandung Hana adalah anak Bima. Tidak mungkin! bantah Romeo dalam hati.Pantas saja wajah Hana belakangan ini sering terlihat pucat! Wanita itu juga sering tiba-tiba saja berlari ke kamar mandi; Romeo mencoba mengingat apa yang sering dilakukan Hana akhir-akhir ini."Malam ini juga saya bakal ke rumah Bima! Saya nggak peduli sama istrinya yang lagi hamil! Saya bakal minta pertanggung jawaban si berengsek itu buat nikahin adik saya!""Nggak bisa!" Kata-kata ini begitu saja meluncur dari mulut Romeo tanpa bisa dicegah. Napasnya memburu. "Nggak bisa. Nggak bisa begitu. Mereka nggak boleh nikah."Rangga menoleh ke arah Romeo. "Maksud kamu apa ngomong seperti itu? Ini jelas-jelas anaknya Bima. Dia nyebar benih di mana-mana. Dia udah pernah nikah, tapi malah masih main sama Hana! Kurang ajar banget bocah satu itu. Dia nggak tau siapa kakaknya Hana!" geram Rangga. "Saya nggak mau tau malam ini juga kamu tolong temenin saya ke rumah Bima. Saya mau buat perhitungan sama bocah ingusan yang nggak ada tanggung jawabnya sama sekali!" Darah sudah berada di ubun-ubun kepala Rangga, seluruh saraf dalam tubuhnya menegang. Sorot matanya penuh ancaman.Romeo menggelengkan kepalanya. "Nggak. Nggak. Kamu nggak bisa begitu," tegas Romeo. Dia tidak mau Rangga membuat masalah dengan laki-laki bodoh itu. "Jangan melibatkan Bima untuk masalah ini."Romeo salah tingkah. Dia tahu Rangga tidak bodoh. Sahabatnya itu pasti bisa menebak apa maksud perkataannya ini."Maksud kamu apa! Coba jelasin ke saya kenapa saya nggak boleh melibatkan Bima dalam masalah ini!" Mata Rangga sudah melebar menatap lurus ke arah Romeo.Romeo bergerak ragu. Dia gelisah. Cepat atau lambat dia pasti akan dihajar Rangga. "Maksud kamu apa, Romeo! Kamu mau bilang kalau kamu yang ternyata buat Hana hamil!" Mata Rangga sebentar lagi akan lepas dari tempatnya. Bahkan Romeo bisa melihat saraf-saraf di mata Rangga sudah mencuat keluar.Romeo menelan ludah. Dia gugup setengah mati. Napasnya mulai tersengal-sengal. Situasi di sekitar mereka sangat mencengkeram. "Saya yang sudah buat Hana hamil," seloroh Romeo akhirnya setelah dua menit berlalu dalam keadaan menegangkan.Rangga tercenung ketika mendengar berita ini. Dalam sekali hentakan, Rangga berubah kalap. Dia segera bangkit dari tempat duduknya dan menerjang Romeo. Menarik kerah lelaki itu hingga wajah mereka berdekatan. Mata Rangga mendelik lebar. Rahangnya mengeras.Romeo terkesiap. Tubuhnya yang keras terayun begitu saja mengikuti gerakan tangan Rangga yang cepat. Dia belum pernah melihat Rangga begitu murka kepadanya."JADI KAMU SI BERENGSEK YANG SUDAH MENGHAMILI HANA, HAH! KENAPA KAMU TEGA BEGITU SAMA ADIK SAYA! KITA ITU SAHABAT!" Napas Rangga memburu. Dia sudah tidak dapat lagi menahan emosinya. "Kamu sudah saya anggap seperti saudara sendiri! Andai orangtua kami masih hidup, pasti hati mereka hancur setelah tau kamu sudah menghamili Hana!" Suara Rangga meledak-ledak penuh dengan amarah dan emosi yang membuncah. Sungguh kekecewaannya bertambah berkali-kali lipat setelah mengetahui bahwa yang menghamili adiknya ternyata sahabatnya sendiri!"Ini salah saya. Saya yang nggak tahan lihat Hana."Buk!Tangan Rangga meninju rahang Romeo."Aaah!" teriak Romeo bersamaan dengan tubuhnya yang segera terhuyung ke belakang. Rahangnya terasa nyeri sekali. Romeo berharap tulang rahangnya tidak mengalami retak, patah, atau bahkan mengalami pergeseran. Rangga benar-benar menyeramkan kalau sudah marah."Saya nggak sudi denger kata-kata menjijikkan dari mulut kamu. Hubungan persahabatan kita berakhir." Bibir Rangga bergetar, tangannya sekali lagi ingin menghajar Wajah Romeo, tetapi dia ingat kembali bahwa Romeo adalah bapak dari janin yang dikandung Hana saat ini. Dia menyayangi Hana. Dia juga menyayangi bakal keponakannya; tetapi dia membenci setengah mati laki-laki tengik yang sudah menghamili adiknya.Napas Romeo satu-satu. "Saya mau tanggung jawab. Saya mau menikahi Hana."Dada Rangga terasa sesak sekali. Matanya memerah. "Kamu nggak mencintai Hana. Kamu bilang kamu melakukannya cuma karena kamu nggak tahan ngeliat badannya." Rangga mengembuskan napasnya sembarang.Bagi Rangga, Romeo yang dulu adalah sahabat setianya, kini sudah tidak ada lagi. Kini laki-laki yang ada di depannya, hanyalah laki-laki pecundang yang sudah menelanjangi nama baik keluarga Rangga.Romeo tidak bisa berkata apa-apa. Dia memang tidak mencintai Hana. Dia mencintai Susi. Tetapi kini Hana adalah tanggung jawabnya. Rangga melepaskan kerah Romeo. Dia bergerak menjauhi mantan sahabatnya itu."Saya akan menikahi Hana. Saya nggak peduli kamu setuju atau nggak. Saya akan tetap menikahi Hana.""Halo, Han," sapa Romeo di ujung sambungan telepon. Rahangnya masih sakit akibat bogem mentah dari Rangga.Hana terkesiap mendapat telepon dari Romeo. Dia menggigit bibirnya. Jantungnya deg-degan menerima telepon dari Romeo. Seharusnya menerima panggilan telepon dari Romeo adalah hal yang wajar; sudah puluhan kali Hana menerima telepon dari Romeo, atasannya. Tetapi mengapa kali ini dia merasa ada sesuatu yang berbeda dari panggilan Romeo?Dadanya berdebar terlalu cepat."Halo, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Hana gugup.Baru kemarin, Rangga meminta Hana untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya karena Hana tidak mau memberitahukan siapa lelaki yang bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap Hana."Kakak kamu sudah tau kalau saya yang telah melakukannya ke kamu," cetus Romeo secara tiba-tiba yang segera membuat mulut Hana terbuka lebar. Dia benar-benar sangat terkejut. Jantungnya bertalu-talu dan lututnya terasa lemas se
"Kamu mau mengundurkan diri?" Ada sesuatu yang aneh dalam diri Romeo ketika mendengar Hana mengatakan ini. Sudah empat tahun lamanya Hana bekerja dengannya. Melihat Hana setiap hari adalah hal yang biasa. Mereka sering melakukan segala sesuatu berdua. Tetapi semua adalah tentang pekerjaan, dan itu adalah hal yang sangat biasa. Sebelum Hana bekerja untuknya, Romeo juga sering melihatnya di rumah Rangga. Sehingga melihat Hana adalah sesuatu yang amat biasa.Namun hal yang tidak biasa adalah ... apabila Hana meninggalkannya.Dan kejadian hari ini membuktikan semua ketakutannya ... bermula dari Rangga yang hanya dalam hitungan detik saja menjadi begitu murka setelah mengetahui bahwa dirinyalah yang telah menghamili Hana ... disusul dengan berita bahwa Hana akan pergi meninggalkannya, membuat segala sesuatu menjadi runyam dan tidak menentu bagi Romeo.Ada yang salah di sini, pikir Romeo, tetapi dia tidak tahu apa itu."Iya, Pak," jawab
Lima menit telah berlalu sejak Romeo mendatangi rumah Rangga."Romeo!"Suara berat dari belakang Romeo, membuat perhatian lelaki itu teralihkan."Mau apa kamu ke rumah saya!" tanya seseorang yang suaranya sudah familier di pendengaran Romeo."Rangga," lontar Romeo setelah dia membalikkan badan."Masih berani kamu ke sini! Sudah saya bilang, saya nggak akan biarin kamu nikah sama adik saya!" perintah Rangga dengan emosi yang segera tertumpah. Romeo benar-benar telah menginjak-injak harga diri keluarganya."Rangga, kalau kamu memang cari orang yang sudah berbuat kesalahan ke Hana. Itu saya, Rangga! Sekarang saya sudah di sini! Saya mau tanggung jawab! Tolong jangan halangi saya untuk menikahi Hana! Beberapa bulan lagi perut Hana akan bertambah besar, orang-orang akan tau. Saya mau bertanggung jawab untuk janin yang ada dalam tubuh Hana." Napas Romeo tersengal-sengal.Rangga masih menatap Romeo dengan kebencian yang belum meredup. &
"Hana! Hana, bangun!"Romeo bisa mendengar Susi yang sedang menjerit-jerit memanggil nama Hana.Dengan sangat tergesa-gesa, Romeo segera berlari menuju suara itu berasal.Rangga sudah lebih dulu menemui Hana."Hana! Bangun, Hana! Kamu kenapa!" Kali ini suara Rangga.Rahang Romeo mengeras. Pikirannya berputar-putar mencoba menebak apa yang sedang terjadi pada Hana.Itu Hana! Rangga dan Susi sedang menggoncang lengan Hana, berusaha membuat Hana bangun.Entah mengapa mata Romeo segera membelalak. Dia terkejut sekali melihat tubuh wanita ringkih itu yang sedang tergeletak tak berdaya di atas ranjang."Hana!" Kepanikan melanda Romeo. Dia sungguh khawatir melihat bawahannya dalam keadaan seperti itu.Dengan cepat, Romeo segera berlari ke arah Hana. Dan tanpa diduga-duga oleh yang lain, juga oleh dirinya sendiri, Romeo mengangkat tubuh Hana. Dia membopongny
Romeo menepikan mobilnya di klinik terdekat yang berada tak jauh dari rumah Rangga. Pikirannya kacau sekali, melihat Hana seperti ini.Apakah Hana benar-benar tertekan?Apakah Hana tidak mau menikah dengannya sehingga dia jatuh pingsan seperti sekarang?Dia hanya berharap Hana akan segera membaik. Sangat tidak baik untuk ibu hamil berada dalam keadaan tertekan.Romeo mematikan mesin mobil.Dia segera keluar, dan memutari bagian depan mobil menuju pintu mobil bagian penumpang.Romeo menghela napas ketika melihat Hana. Wajah perempuan itu sangat pucat. Tampak tertekan meski dalam keadaan tidur."Hana. Setelah ini, saya harap kamu akan baik-baik saja," bisik Romeo ketika dia mengangkat tubuh wanita itu.Kulitnya halus. Dia pernah merasakan kulit itu menyentuh kulitnya.Pintu mobil tertutup, dan dengan cepat dia berjalan menuju ke klinik."Silakan, Pak," seorang sekuriti klinik membu
Hari telah sangat larut, besok adalah permulaan hari. Di mana semua orang akan sibuk bekerja.Romeo pun sudah mulai merasa lelah.Dia memerhatikan Hana yang sedang terbaring lelap di depannya.Gadis itu memang memiliki wajah seperti malaikat. Teduh dan menenangkan. Romeo duduk di samping brankar tempat Hana berbaring.Tangannya yang semula menyentuh tangan Hana, kemudian bergerak perlahan menyentuh pipi perempuan itu.Ada dorongan dalam hati Romeo untuk memberikan ketenangan pada Hana. Dia tersenyum saat tangannya membelai wajah lembut Hana, menekuri setiap lekuk garis wajah lembut wanita itu. Alis mata wanita itu tebal. Romeo sering memerhatikan Hana beberapa hari terakhir tanpa disadari olehnya, maupun Hana tentunya. Rahang pipi Hana tinggi. Romeo berlama-lama menikmati pemandangan indah di depannya; entah sejak kapan Romeo mulai merasakan bahwa wajah Hana menjadi candu bagi matanya. Hidung Hana mancung. Dia senang sekal
"Tadi kamu pingsan di rumah," jawab Romeo setelah dia duduk kembali ke kursinya. Wajahnya datar dan tanpa ekspresi.Romeo melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan."Pingsan?" Hana membeo. Dia tidak percaya bahwa dia telah pingsan. Berusaha mengingat kembali bahwa memang tadi dia merasa pusing sekali, tetapi dia tidak tahu bahwa dia telah pingsan."Iya, kamu tadi pingsan di kamar."Mata Hana membelalak lebar. Cukup terkejut, kemudian tersipu karena berpikir bahwa Romeo yang telah menggendongnya. "Terus kenapa Bapak yang bawa saya ke sini? Kak Rangga sama Mbak Susi mana?""Mereka masih di rumah. Tadi, saya langsung bawa kamu ke sini," ujar Romeo tanpa ekspresi berlebihan.Hana masih membayangkan cara Romeo membawa dirinya ke sini.Apakah kulit mereka bersentuhan? Wajah Hana memanas. Dia seakan merasakan tangan kekar itu membalut tubuhnya. Memeluk serta mendekapnya erat.Hana menunduk. Dia menatap ke
Saat kembali ke dalam mobil, Romeo duduk menatap lurus dengan pandangan mata terarah ke depan, membuat wajahnya yang sempurna tampak lebih misterius. Gerakan lelaki itu saat mengusap dahinya terlihat sangat elegan, seakan dia tahu bahwa dirinya berada dalam lukisan.Hana tahu benar bahwa Romeo saat ini sedang memikirkan sesuatu. Dia mengamati melalui ekor matanya.Kaki lelaki itu terlihat tidak tenang, terdengar suara sepatu terketuk pelan.Hana menggigit bibirnya sendiri.Apakah Romeo sedang memikirkan dirinya? tawa Hana dalam hati yang dia tahu sudah pasti bahwa Romeo tidak akan repot-repot memikirkannya.Namun, beberapa detik kemudian Romeo segera menolehkan kepalanya menatap bibir Hana.Hana merasa ada sesuatu yang aneh dan bertanya dengan tidak yakin, "Ada apa?"Romeo tidak berbicara, namun dia bergerak mendekati Hana, membuat Hana bahkan lebih gugup, bergidik ngeri.Dalam teori yang Hana ketahui bila lelaki memerhatikan bibir per