Share

Bab 5 Saya akan Bertanggung jawab

Rangga duduk melamun di dalam bar. Dia memikirkan kembali pertengkaran yang terjadi antara dirinya dengan Hana kemarin.

Rasa kecewa, marah, serta putus asa meliputi hati Rangga. Belum pernah dia merasa benar-benar kecewa seperti saat ini.

Hana sungguh mengecewakan dirinya. Bagaimana bisa Hana bertindak bodoh seperti sekarang. 

"Sudah lama kamu menunggu?" tanya Romeo yang baru saja datang ke dalam ruangan yang biasa mereka datangi sebelum Rangga menikah dengan Susi.

Rangga menengok ke sumber suara, itu sahabatnya yang sudah lama dia tunggu hampir setengah jam terakhir ini.

"Hay ... macet?" tanya Rangga tidak segera menjawab pertanyaan Romeo.

Romeo mengedikkan alisnya. "Iya, begitulah." Romeo duduk tidak jauh dari Rangga. Dia memperhatikan Rangga, sedikit waswas.

Apa yang akan dibicarakan Rangga malam ini? pikir Romeo gugup.

Akhir-akhir ini, di kantor, Hana berubah menjadi sosok yang pendiam. Wajahnya lebih sering terlihat pucat. Romeo khawatir kalau Hana sudah memberitahu kepada Rangga tentang malam yang sudah mereka habiskan bersama.

"Bagaimana kabar si kecil Elsa?" Romeo berusaha mencari topik untuk memecah kekakuan di antara mereka.

"Elsa baik," jawab Rangga singkat. Dia menghela napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. "Malah yang nggak baik itu Hana," ungkap Rangga dengan nada geram.

Deg! 

Jantung Romeo mulai berdegup kencang. Berarti benar bahwa Hana sudah memberitahu pada Rangga tentang malam itu. 

Tubuh Romeo menegang seketika ketika Rangga memukul-mukul telapak tangannya yang satunya lagi dengan sangat kencang.

"Ada apa sama Hana?" tanya Romeo gugup.

"Hana hamil," jawab Rangga putus asa. Kepalanya ditundukkan, sementara kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.

Hati Romeo mencelus. Hamil?

"Hamil?" dikatakan Romeo dengan suara bergetar. Tanpa sadar dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hampir dia mau menjambak rambutnya sendiri. Frustrasi. Romeo bisa merasakan napasnya kini dua kali lebih cepat dari biasanya. Alarm tanda bahaya muncul dalam benaknya.

"Si berengsek itu yang sudah menghamili Hana!" pekik Rangga tidak sabar. Dia meninju telapak tangannya yang satu dengan amarah yang sudah mendidih.

Sementara di tempatnya, pelipis Romeo berkedut amat cepat. "Siapa yang kamu maksud dengan si berengsek itu?" tanya Romeo terbata. Dia yakin setelah ini hubungan antara dirinya dengan Rangga pasti akan retak. Dia tahu bahwa Rangga akan membunuhnya sekarang juga!

"BIMA! KITA SEDANG BAHAS BIMA!" teriak Rangga dengan suara menggelegar. Emosi memenuhi Rangga.

"Bima?" Romeo membeo. Entah mengapa dia tidak suka ketika Rangga menyebutkan bahwa anak yang sedang dikandung Hana adalah anak Bima. 

Tidak mungkin! bantah Romeo dalam hati.

Pantas saja wajah Hana belakangan ini sering terlihat pucat! Wanita itu juga sering tiba-tiba saja berlari ke kamar mandi; Romeo mencoba mengingat apa yang sering dilakukan Hana akhir-akhir ini.

"Malam ini juga saya bakal ke rumah Bima! Saya nggak peduli sama istrinya yang lagi hamil! Saya bakal minta pertanggung jawaban si berengsek itu buat nikahin adik saya!"

"Nggak bisa!" Kata-kata ini begitu saja meluncur dari mulut Romeo tanpa bisa dicegah. Napasnya memburu. "Nggak bisa. Nggak bisa begitu. Mereka nggak boleh nikah."

Rangga menoleh ke arah Romeo. "Maksud kamu apa ngomong seperti itu? Ini jelas-jelas anaknya Bima. Dia nyebar benih di mana-mana. Dia udah pernah nikah, tapi malah masih main sama Hana! Kurang ajar banget bocah satu itu. Dia nggak tau siapa kakaknya Hana!" geram Rangga. "Saya nggak mau tau malam ini juga kamu tolong temenin saya ke rumah Bima. Saya mau buat perhitungan sama bocah ingusan yang nggak ada tanggung jawabnya sama sekali!" Darah sudah berada di ubun-ubun kepala Rangga, seluruh saraf dalam tubuhnya menegang. Sorot matanya penuh ancaman.

Romeo menggelengkan kepalanya. "Nggak. Nggak. Kamu nggak bisa begitu," tegas Romeo. Dia tidak mau Rangga membuat masalah dengan laki-laki bodoh itu. "Jangan melibatkan Bima untuk masalah ini."

Romeo salah tingkah. Dia tahu Rangga tidak bodoh. Sahabatnya itu pasti bisa menebak apa maksud perkataannya ini.

"Maksud kamu apa! Coba jelasin ke saya kenapa saya nggak boleh melibatkan Bima dalam masalah ini!" Mata Rangga sudah melebar menatap lurus ke arah Romeo.

Romeo bergerak ragu. Dia gelisah. Cepat atau lambat dia pasti akan dihajar Rangga. 

"Maksud kamu apa, Romeo! Kamu mau bilang kalau kamu yang ternyata buat Hana hamil!" Mata Rangga sebentar lagi akan lepas dari tempatnya. Bahkan Romeo bisa melihat saraf-saraf di mata Rangga sudah mencuat keluar.

Romeo menelan ludah. Dia gugup setengah mati. Napasnya mulai tersengal-sengal. Situasi di sekitar mereka sangat mencengkeram. "Saya yang sudah buat Hana hamil," seloroh Romeo akhirnya setelah dua menit berlalu dalam keadaan menegangkan.

Rangga tercenung ketika mendengar berita ini. Dalam sekali hentakan, Rangga berubah kalap. Dia segera bangkit dari tempat duduknya dan menerjang Romeo. Menarik kerah lelaki itu hingga wajah mereka berdekatan. Mata Rangga mendelik lebar. Rahangnya mengeras.

Romeo terkesiap. Tubuhnya yang keras terayun begitu saja mengikuti gerakan tangan Rangga yang cepat. Dia belum pernah melihat Rangga begitu murka kepadanya.

"JADI KAMU SI BERENGSEK YANG SUDAH MENGHAMILI HANA, HAH! KENAPA KAMU TEGA BEGITU SAMA ADIK SAYA! KITA ITU SAHABAT!" Napas Rangga memburu. Dia sudah tidak dapat lagi menahan emosinya. "Kamu sudah saya anggap seperti saudara sendiri! Andai orangtua kami masih hidup, pasti hati mereka hancur setelah tau kamu sudah menghamili Hana!" Suara Rangga meledak-ledak penuh dengan amarah dan emosi yang membuncah. Sungguh kekecewaannya bertambah berkali-kali lipat setelah mengetahui bahwa yang menghamili adiknya ternyata sahabatnya sendiri!

"Ini salah saya. Saya yang nggak tahan lihat Hana."

Buk!

Tangan Rangga meninju rahang Romeo.

"Aaah!" teriak Romeo bersamaan dengan tubuhnya yang segera terhuyung ke belakang. Rahangnya terasa nyeri sekali. Romeo berharap tulang rahangnya tidak mengalami retak, patah, atau bahkan mengalami pergeseran. Rangga benar-benar menyeramkan kalau sudah marah.

"Saya nggak sudi denger kata-kata menjijikkan dari mulut kamu. Hubungan persahabatan kita berakhir." Bibir Rangga bergetar, tangannya sekali lagi ingin menghajar Wajah Romeo, tetapi dia ingat kembali bahwa Romeo adalah bapak dari janin yang dikandung Hana saat ini. Dia menyayangi Hana. Dia juga menyayangi bakal keponakannya; tetapi dia membenci setengah mati laki-laki tengik yang sudah menghamili adiknya.

Napas Romeo satu-satu. "Saya mau tanggung jawab. Saya mau menikahi Hana."

Dada Rangga terasa sesak sekali. Matanya memerah. "Kamu nggak mencintai Hana. Kamu bilang kamu melakukannya cuma karena kamu nggak tahan ngeliat badannya." Rangga mengembuskan napasnya sembarang.

Bagi Rangga, Romeo yang dulu adalah sahabat setianya, kini sudah tidak ada lagi. Kini laki-laki yang ada di depannya, hanyalah laki-laki pecundang yang sudah menelanjangi nama baik keluarga Rangga.

Romeo tidak bisa berkata apa-apa. Dia memang tidak mencintai Hana. Dia mencintai Susi. Tetapi kini Hana adalah tanggung jawabnya. 

Rangga melepaskan kerah Romeo. Dia bergerak menjauhi mantan sahabatnya itu.

"Saya akan menikahi Hana. Saya nggak peduli kamu setuju atau nggak. Saya akan tetap menikahi Hana."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status