Home / Romansa / Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku! / Chapter 3 Nak, Apa Kau Merindukan Mama?

Share

Chapter 3 Nak, Apa Kau Merindukan Mama?

Author: Tya Prajana
last update Last Updated: 2023-03-30 05:08:24

"Samuel, kau sudah gila memberikan tawaran itu? Tidak akan pernah bagiku menerima tawaran bodoh itu," tolak Maya.

"Tapi putraku meminta untuk--"

"Ya itu demi putramu tidak ada hubungannya denganku."ucap Maya.

"Kau akan menyesalinya jika menolak. Aku akan memberimu waktu untuk--"

"Aku pergi. Tidak ada gunanya membujukku!" Maya meninggalkan ruangan itu. Lalu dengan buru-buru mencari taksi.

***

Dreet Dreet Dreet

Maya mengabaikan getar di ponselnya karena pikirannya yang kacau. Bohong jika dia mengatakan tidak terpengaruh dengan ancaman itu. Pandangannya hanya menatap kosong jalanan kota yang masih saja ramai lalu mulai sepi saat taksi itu berhenti. Maya langsung keluar setelah membayar. Kakinya menyusuri wilayah luas itu.

"Sayang, mama datang!"

Penampilan Maya saat ini begitu glamor, jelas tidak cocok untuk datang ke tempat yang berisi nisan dan foto-foto orang yang telah tiada. Namun, siapa yang akan memperhatikan penampilannya di larut malam seperti ini. Kakinya terus melangkah sampai tertuju pada sebuah foto. "Akhirnya aku dapat menemuimu!"

Maya menatap foto bayi yang masih berkulit merah terbujur kaku. Di bawah foto itu tertera sebuah nama Mario Ren Lin, itu adalah nama yang dipilihnya sendiri, karena suaminya mengabaikan anak yang mati ini karena kelahiran anak dari wanita yang dicintai suaminya. "Ini sudah 6 tahun, nak. Apa kau merindukan mamamu?"ucapnya menyapa putranya.

Maya kembali melanjutkan berbicara dengan foto Mario. "Maafkan mamamu ini yang tidak bisa menjagamu dan membuatmu berakhir seperti ini. Andai saja, aku tidak melawan wanita itu, kau pasti masih hidup, tumbuh tinggi dan tampan. Walaupun ayahmu tidak akan menyayangimu, tapi ibu yang akan merawatmu. " Senyum menyedihkan terukir di balik bibirnya.

Maya tidak pernah melupakan putranya. Dia selalu membayangkan bagaimana jika putranya masih hidup. "Aku sangat ingin kau memanggilku mama, tersenyum dan mengenggam tanganku. Kita akan menghadapi dunia bersama, hanya ada kau dan aku, tapi sayang sekali....hiks...."

Maya tidak tahan. Dia tidak pernah menangis kecuali untuk peran. Satu-satunya saat dia menangis saat mengetahui putranya tidak bernyawa, sekarang dia tidak tahan untuk menangis. Maya masih mencoba menyuguhkan senyum di bibirnya. "Maaf, kau harus melihat mamamu menangis. Jangan sedih, mama akan tetap kuat."

Maya tidak tahan dan air mata menjadi semakin deras. Semua kesedihan yang telah dia tahan bertahun-tahun, rasa sakit yang telah dia tekan selama bertahun-tahun seolah semuanya meluap. Tangannya menutupi wajahnya yang berurai air mata, seolah dia ingin menutupi tangisannya dari anaknya. "Kenapa aku tiba-tiba menjadi cengeng begini, ini memalukan untuk menangis di depan putraku."

Maya berusaha menenangkan emosi bergejolak yang menyelimuti hatinya, jari-jarinya dengan kasar menghapus air matanya-membuang segala kesedihan yang dirasakan olehnya. "Apa kau tahu, nak. Aku bertemu dengan ayahmu," ucap Maya dengan ekspresi datar.

"Sayang sekali aku tidak bisa membawanya menemuimu ke sini." Senyum pahit terukir di bibirnya.

"Pria itu kembali membuat hidup mamamu ini berantakan. Bahkan dia memberi persyaratan yang begitu sulit. Dia ingin aku kembali menjadi istrinya dan bertindak sebagai ibu dari anak itu, dia mengkhawatirkan anak dari wanita yang telah menghancurkan keluarga kita dan merebut posisimu." Ada kepahitan dalam ekspresinya.

Maya tidak berhenti membicarakan sikap Samuel yang membuatnya kecewa. "Dia bahkan tidak mengkhawatirkan ketika kau meninggal. Kenapa dia begitu khawatir dan takut anak itu sedih karena menginginkan ibunya? Bagaimana denganmu, nak? Kau harus sendirian di sini. Bukankah kau juga perlu di khawatirkan olehnya?"

"Nak, apa mama harus menerima tawarannya? Apa mamamu ini egois karena memikirkan karir mama juga?" Maya mengeluarkan segala kegelisahannya.

"Percuma kau bicara dengan abu. Apa dia bisa menjawabmu?" Suara dingin yang dipenuhi dengan ejekan membuat Maya menoleh. Bola matanya membesar.

"Kau?"

***

Seorang anak kecil melemparkan barang-barang mengusir seorang wanita muda berpakaian putih. "Tuan kecil, anda harus tidur. Tuan Muda akan marah jika anda tidak tidur."

"Aku tidak mau tidur sebelum mama datang. Papa berjanji membawa mama pulang. Kau pergi! Jangan paksa aku tidur!" Putra satu-satunya keluarga Ren mengamuk.

Pengasuh itu menjadi bingung untuk menanggapi Tuan kecil. "Tuan, mama anda akan datang jika anda tidur. "

"Kau bohong. Jika aku tidur mama akan pergi. Aku akan mengenggam tangan mama. Aku harus menunggu mama di depan pintu masuk."

Tuan kecil turun dari tempat tidur, berlari menuruni anak tangga dengan cepat dan lincah. Tuan kecil itu-Stelio Ren, membuka pintu masuk utama. Udara dingin menembus kulitnya.

"Mama, kau pasti datang, kan?" ucapnya dengan penuh harap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
ceritanya berat thur..tapi salut... menarik dan menegangkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 133 Penebusan Kesalahan (END)

    "Maya, jika ada hal penting yang terjadi, aku akan meminta izin agar ada yang bisa menggantikan mu," ucap Manager Chen yang melihat kecemasan di wajah Maya. Maya menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, ini bukan urusan yang penting."Maya yakin tanpa dirinya ikut campur, Samuel pasti akan menemukan Stelio. Maya mengulurkan ponselnya pada Manager Chen, seperti biasa Managernya yang akan menyimpan ponselnya selama dia syuting. Selama syuting, Maya berusaha untuk tetep ceria dan bergaul dengan anggota reality show yang lain, tapi suasana hatinya sedang tidak baik. Banyak pemikiran di kepalanya. "Apa Samuel sudah menemukannya? Bagaimana keadaan anak itu? Apa alasan dia pergi tiba-tiba? "Kita akan break sebentar, bersiaplah untuk sesi selanjutnya." Maya langsung pergi menemui Managernya. Dia langsung diberitahu, "Maya, ada telepon dari nomer yang tidak di kenal. Dia menelepon berulang kali." "Biarkan aku mengeceknya!" Saat ponsel itu berada di tangannya, Maya langsung mendapatkan telepo

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 132 Apa Papa Memiliki Anak Lain?

    Mulut Stelio terbuka lebar melihat nama yang tertera di batu nisan itu. Marion Lin Ren. "Orang ini memiliki nama tengah yang menjadi surname Mama dan juga Ren. Apa dia ada hubungannya dengan keluarga Ren?" Stelio merasa semua semakin jelas, apalagi pernyataan Maya tadi. Namun, hati kecilnya masih sulit untuk percaya. Ada banyak pertanyaan di pikiran Stelio. Pria kecil itu melihat ke sebuah foto bayi kecil. Foto yang disentuh oleh Maya berulang kali. Tanpa sadar, dirinya merasa iri dengan hal itu. Stelio berbalik lalu pulang ke rumah dengan dipenuhi kerumitan di pikirannya.Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Tubuh Stellio tersentak kaget. Dia berbalik dengan ragu karena takut jika itu adalah Mamaya. "Tuan Kecil Stelio, saatnya untuk pulang." Stelio merasa lega karena supir yang mendatanginya. ***"Papa, apa papa memilliki anak yang lain?" Stellio tidak tahan ingin tahu tentang ini. Samuel yang sedang fokus mengetik sesuatu, langsing mengalihkan pandangan pada Stelio. "Tidak ada.

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 131 Kenapa Semua Jadi Begini?

    Stelio mendapatkan banyak komentar negatif, bahkan para haters juga mulai berani untuk melakukan tindakan kejam seperti melemparkan telur busuk ke arah Stelio saat anak itu keluar untuk menemui para penggemar yang datang. Maya tidak sempat menghentikan itu. Dia dapat melihat ekspresi tidak menyenangkan yang di miliki oleh Stelio. Namun, senyum profesional masih terukir di bibirnya saat para penggemar mengkhawatirkannya. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu membersihkannya." Namun, semua itu tidak sesederhana itu karena kulit Stelio menjadi memerah. Sepertinya telur itu juga diberikan obat lain yang membuat kulit iritasi. Beruntung bahwa Stelio sudah menyelesaikan semua bagiannya. Maya tidak tahan lagi melihat hal ini. "Stelio, lebih baik kau berhenti saja setelah ini!" ucap Maya dengan keras ketika mereka berada di kamar. "Tidak mama, aku--" "Aku tidak tahan lagi. Kau selalu saja terlibat dalam masalah dan sekarang citramu sudah buruk di mata publik. Selain itu ka

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 130 Tidak Perlu Berpura-pura

    Maya awalnya menjalankan syuting dengan aman, tetapi dalam beberapa hari semua berubah. Saat anak itu tiba-tiba saja datang. "Sutradara, apa ini? Kenapa plot di naskah berubah begitu drastis? Bahkan, kau memasukkan karakter seorang anak?" Maya memprotes apa yang terjadi. Dia sengaja berbicara berdua dengan Sutradara. "Maya, ini bukan perubahan drastis. Penulis hanya menambahkan. Beberapa adegan menunjang. Lagipula, kita juga bisa memanfaatkan kepopuleran kalian berdua untuk drama ini saat tayang." Maya masih mencurigai sesuatu. "Sutradara, apa suamiku menemuimu dan memberikan investasi besar dengan syarat cerita diubah agar ada adegan seorang anak?" "Tidak ada yang seperti itu. Aku sendiri yang memilih untuk memasukkannya. Maya Lin, kau tidak perlu memikirkan tentang ini. Hanya fokuslah untuk berakting. Ini seharusnya mudah bagimu untuk berinteraksi karena dia adalah putramu, kan? Jangan banyak protes dan lakukan saja apa yang telah ditentukan."Maya Pergi dengan perasaan kecewa.

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 129 Apa Kau Baru Saja Membunuh Seseorang?

    Samuel memberikan bunga pada Maya dan Stelio. "Selamat telah menyelesaikan syuting drama ini!" "Terima kasih, papa." Stelio tersenyum senang. Para kru dan para artis yang terlibat mulai melakukan perayaan dengan foto besama. "Sebagai perayaan, aku akan mentraktir kalian semua di restoran." Samuel mengucapkan hal yang sangat diidamkan oleh pemain dan juga para kru lainnya. "Ayo, kita langsung ke restoran yang aku pesan sekarang juga."Semua orang mulai bersiap. Samuel mencegah Stelio yang akan mengikuti Maya dan Manager Chen. "Stelio, kau akan berada di mobilku. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu."Stelio menatap Samuel dengan bingung, tetepi dia tetep saja naik ke mobil. Selama perjalan, Samuel langsung memberikan pertanyaan padanya. "Apa kau dekat dengan Mike? Hubungan apa yang kalian berdua miliki?" tanya Samuel. "Papa, bukankah papa ingin aku untuk memisahkan mereka berdua? Aku tidak memiliki hubungan lain dengan orang itu selain hal ini," jawab Stelio dengan tenang. "Ap

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 128 Tuan Kecil Stelio Mengintimidasi Seseorang

    "Jangan mencari alasan. Aku tahu bahwa kau hanya mengatakan omong kosong untuk bisa meninggalkan tempat ini," ucap Samuel tidak berniat untuk melepas Maya. "Samuel, apa kau tidak menggunakan mata dengan baik? Itu sangat jelas, tetepi kau tidak melihatnya. Ayo, kita perlu untuk pergi ke dokter mata!" ucap Maya dengan kesal. Stelio mengamati kedua orang tuanya yang sedang berdebat ini. Dia lalu mengalihkan pandangan ke arah pintu. Keningnya berkerut begitu dalam, seolah sedang memikirkan sesuatu. *** Hari berlalu, tubuh Stelio secara perlahan sudah mulai pulih. Dia dengan mendesak untuk diizinkan syuting. Samuel masih khawatir dengan keadaannya. "Kau yakin sudah merasa lebih baik?""Ya." "Baiklah. Jika itu keinginanmu. Stelio, mulai besok, kau akan memiliki pengawal yang akan menjagamu," ucap Samuel memberitahu kepada putranya. Stelio tidak menyetujui keputusan Samuel, "Kenapa aku membutuhkan pengawal. Bukankah akan lebih aman jika aku bersama dengan Mama? Papa, bisa saja para Pen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status