Beranda / Romansa / Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku! / Chapter 2 Kembali ke Rumah dan Jadi Istriku

Share

Chapter 2 Kembali ke Rumah dan Jadi Istriku

Penulis: Tya Prajana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-30 03:47:59

"Pergi temui aku di hotel X sekarang juga. Aku sudah mengirim mobil untukmu. Kurang dari 30 menit Kau harus datang , jika kau masih menginginkan bantuanku untuk karirmu!" Suara dingin seorang pria dengan nada Bossy.

"Samuel, kau sudah gila untuk memintaku--Hallo, Hei!" Maya belum sempat menyelesaikan ucapannya saat mendengar bunyi tut tut di ponselnya.

Wajah Maya dipenuhi dengan amarah. Tangannya mengepal. "Bertemu di hotel? Apa yang sebenarnya pria itu inginkan?"

Maya benar-benar tidak ingin terlibat lagi dengannya, tatapan dingin dan nada suara pria itu seperti menikmati penderitaannya saat perpisahan mereka, masih terbayang dalam benaknya. Sekarang, pria itu meminta untuk bertemu dengannya dan menawarkan bantuan?

"Dia tidak hanya mengatakan omong kosong untuk mempermainkanku, kan?" batin Maya. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi masalah ini.

Maya keluar dari toilet, dia berjalan mengendap-endap seperti pencuri, memandang lingkungan dengan waspada. Hingga seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya. "Nona Lin, ikut dengan kami menemui CEO Ren."

***

Maya keluar dari sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di depan hotel bintang lima. Seorang pria muda berkacamata mendekat ke arahnya memberinya sambutan. "Hallo, Nona Maya Lin. Saya adalah asisten CEO Ren, silahkan ikuti saya!"

Maya masuk ke sebuah hotel. Dia merasa tidak nyaman karena memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang yang mengundangnya ini. "Kenapa Samuel Ren harus mengajakku bertemu di hotel seperti ini? Bagainana jika ada paparazi yang memotret?" batin Maya cemas.

Pandangan matanya tidak bisa untuk diam. Dia memandang ke sekitar tanpa berkedip untuk menemukan paparazi yang bersembunyi. Sejak kejadian tadi, dia menjadi selalu gelisah. Asisten Pribadi CEO itu menyadari keresahan Maya.

"Apa anda mengkhawatirkan paparazi? Tenang saja, hotel ini sangat ketat dan hanya kalangan elit yang dapat datang. Tidak akan ada paparazi yang dapat masuk."

"Tuan, kau menyepelekan para paparazi yang bisa melakukan apapun. Bahkan menembus tempat yang aman sekalipun," ucap Maya dengan memperingatkan. Dia telah memiliki banyak pengalaman dengan paparazi.

"Sepertinya paparazi itu tidak masuk ke sini." Maya merasa lega. Mereka berdua masuk ke dalam lift. Maya melihat nomer yang ditekan oleh pria disebelahnya ini lalu menyakan sesutu, "Apa anak itu juga ada di sini?"

"Apa yang anda maksud Tuan kecil? Tidak. Ini sudah larut, Tuan Muda tidak ingin tidur Tuan kecil terganggu," ucap Asisten CEO menjawab pertanyaan Maya.

"Oh, ayah yang perhatian." Ada nada ejekan dalam perkataan yang terdengar seperti sebuah pujian.

Tangannya diam-diam mengepal. Maya membayangkan, apa Samuel juga akan seperti ini jika anaknya masih ada? Namun, hanya rasa kecewa yang menyelimutinya, ketika mengingat hubungan mereka di masa lalu.

Asisten tidak mengatakan apapun. Pintu terbuka lalu mereka berjalan ke arah ruangan yang paling besar. Jung mengetuk pintunya, lalu membukanya sedikit. "Tuan, saya sudah membawa Nona Maya Lin."

"Suruh dia masuk dan kau pergilah!" ucapnya dengan nada dingin.

Asisten CEO membuka pintu dan meminta Maya untuk masuk. Perlahan kaki jenjang yang menggunakan high heels yang serasi dengan pakaiannya melangkahkan kaki melewati pintu.

Di sana, seorang pria yang duduk di sofa menatapnya dengan dingin. Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi tatapan itu tidak berubah. Maya mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Maya dengan dingin.

"Kenapa kau begitu terburu-buru? Duduk dan temani aku minum. Kau suka anggur merek ini, kan?" Samuel Ren mengangkat gelas anggur.

Maya menatap anggur itu, senyum ejekan terukir. "Kau benar-benar memiliki ingatan yang buruk tentangku, kau jelas tahu bahwa wanita kesayanganmu itu yang menyukainya. Aku alergi anggur dengan aroma persik."

"Oh, aku ingat kau meminum ini denganku di masa lalu."

'Itu untuk menyenangkanmu.'

Maya tidak ingin mengungkit kebodohannya, dia mulai membicarakan masalah utama yang membuatnya datang."CEO Ren, kau sengaja membuatku terlibat scandal ini, kan? Setelah menghancurkan hidupku, dan hatiku, kau masih belum puas dan ingin menghancurkan karirku?"

"Maya, kau masih sama seperti sebelumnya. Jelas kau sendiri yang membuat scandal. Siapa yang menyuruhmu menyembunyikan status pernikahan dan anakmu." Senyum dingin terukir dibibir pria itu.

Maya yang sebelumnya tenang mulai terprovokasi. "Anakku? Kau jelas tahu siapa ibu dari anak itu. Kau ingin aku mengakui anak dari perbuatan kotormu dengan wanita sialan itu?"

"Kemana ibu anak itu? Dia pasti akan mengamuk jika melihat anaknya mengakuiku sebagai ibunya dan juga aku terlibat denganmu."

"Dia meninggal. "Mata CEO Ren menunjukkan kesedihan.

"Oh, dia sudah mati? Setelah dia akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan dengan merebut segalanya dariku. Sungguh tragis." Maya menunjukkan keterkejutan, tapi tidak ada rasa simpati dalam nada suaranya. Hanya dia yang tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya berusaha dia tekan.

"Kau tidak terlihat sedih, dia masihlah saudaramu," sindir Samuel.

"Saudara apa yang berani merebut kebahagiaan saudaranya sendiri," cibir Maya.

"Apa kau lupa siapa yang merebut kebahagiaan siapa?" Mata pria itu begitu dingin.

Ketenangan Maya mulai goyah. "Aku telah mengembalikan semuanya, kan? Kita tidak perlu membahas masa lalu lagi. Tuan Samuel Ren, aku harap kau memberikan penjelasan ke publik tentang yang sebernarnya terjadi." Maya menatap lurus ke arah pria itu.

"Bagaimana jika aku tidak mau melakukannya?" Pria itu menunjukkan ekspresi acuh tak acuh.

"CEO Ren , kau bilang di telepon akan membantuku, kan? Apa kau membohongiku? Sia-sia saja aku menemuimu." Maya benar-benar ingin menampar pria itu dengan keras, tapi dia tahu statusnya. Dia membalikkan tubuhnya memilih pergi dengan perasaan kesal.

Tangannya yang menarik knop pintu terhenti saat pria itu memanggilnya dan mengatakan hal yang mengejutkan.

"Kembali ke rumah dan jadi istriku, lalu aku akan membantumu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
mendebarkan thur..lanjutt... keren nih MC si Maya Lin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 133 Penebusan Kesalahan (END)

    "Maya, jika ada hal penting yang terjadi, aku akan meminta izin agar ada yang bisa menggantikan mu," ucap Manager Chen yang melihat kecemasan di wajah Maya. Maya menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, ini bukan urusan yang penting."Maya yakin tanpa dirinya ikut campur, Samuel pasti akan menemukan Stelio. Maya mengulurkan ponselnya pada Manager Chen, seperti biasa Managernya yang akan menyimpan ponselnya selama dia syuting. Selama syuting, Maya berusaha untuk tetep ceria dan bergaul dengan anggota reality show yang lain, tapi suasana hatinya sedang tidak baik. Banyak pemikiran di kepalanya. "Apa Samuel sudah menemukannya? Bagaimana keadaan anak itu? Apa alasan dia pergi tiba-tiba? "Kita akan break sebentar, bersiaplah untuk sesi selanjutnya." Maya langsung pergi menemui Managernya. Dia langsung diberitahu, "Maya, ada telepon dari nomer yang tidak di kenal. Dia menelepon berulang kali." "Biarkan aku mengeceknya!" Saat ponsel itu berada di tangannya, Maya langsung mendapatkan telepo

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 132 Apa Papa Memiliki Anak Lain?

    Mulut Stelio terbuka lebar melihat nama yang tertera di batu nisan itu. Marion Lin Ren. "Orang ini memiliki nama tengah yang menjadi surname Mama dan juga Ren. Apa dia ada hubungannya dengan keluarga Ren?" Stelio merasa semua semakin jelas, apalagi pernyataan Maya tadi. Namun, hati kecilnya masih sulit untuk percaya. Ada banyak pertanyaan di pikiran Stelio. Pria kecil itu melihat ke sebuah foto bayi kecil. Foto yang disentuh oleh Maya berulang kali. Tanpa sadar, dirinya merasa iri dengan hal itu. Stelio berbalik lalu pulang ke rumah dengan dipenuhi kerumitan di pikirannya.Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Tubuh Stellio tersentak kaget. Dia berbalik dengan ragu karena takut jika itu adalah Mamaya. "Tuan Kecil Stelio, saatnya untuk pulang." Stelio merasa lega karena supir yang mendatanginya. ***"Papa, apa papa memilliki anak yang lain?" Stellio tidak tahan ingin tahu tentang ini. Samuel yang sedang fokus mengetik sesuatu, langsing mengalihkan pandangan pada Stelio. "Tidak ada.

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 131 Kenapa Semua Jadi Begini?

    Stelio mendapatkan banyak komentar negatif, bahkan para haters juga mulai berani untuk melakukan tindakan kejam seperti melemparkan telur busuk ke arah Stelio saat anak itu keluar untuk menemui para penggemar yang datang. Maya tidak sempat menghentikan itu. Dia dapat melihat ekspresi tidak menyenangkan yang di miliki oleh Stelio. Namun, senyum profesional masih terukir di bibirnya saat para penggemar mengkhawatirkannya. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu membersihkannya." Namun, semua itu tidak sesederhana itu karena kulit Stelio menjadi memerah. Sepertinya telur itu juga diberikan obat lain yang membuat kulit iritasi. Beruntung bahwa Stelio sudah menyelesaikan semua bagiannya. Maya tidak tahan lagi melihat hal ini. "Stelio, lebih baik kau berhenti saja setelah ini!" ucap Maya dengan keras ketika mereka berada di kamar. "Tidak mama, aku--" "Aku tidak tahan lagi. Kau selalu saja terlibat dalam masalah dan sekarang citramu sudah buruk di mata publik. Selain itu ka

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 130 Tidak Perlu Berpura-pura

    Maya awalnya menjalankan syuting dengan aman, tetapi dalam beberapa hari semua berubah. Saat anak itu tiba-tiba saja datang. "Sutradara, apa ini? Kenapa plot di naskah berubah begitu drastis? Bahkan, kau memasukkan karakter seorang anak?" Maya memprotes apa yang terjadi. Dia sengaja berbicara berdua dengan Sutradara. "Maya, ini bukan perubahan drastis. Penulis hanya menambahkan. Beberapa adegan menunjang. Lagipula, kita juga bisa memanfaatkan kepopuleran kalian berdua untuk drama ini saat tayang." Maya masih mencurigai sesuatu. "Sutradara, apa suamiku menemuimu dan memberikan investasi besar dengan syarat cerita diubah agar ada adegan seorang anak?" "Tidak ada yang seperti itu. Aku sendiri yang memilih untuk memasukkannya. Maya Lin, kau tidak perlu memikirkan tentang ini. Hanya fokuslah untuk berakting. Ini seharusnya mudah bagimu untuk berinteraksi karena dia adalah putramu, kan? Jangan banyak protes dan lakukan saja apa yang telah ditentukan."Maya Pergi dengan perasaan kecewa.

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 129 Apa Kau Baru Saja Membunuh Seseorang?

    Samuel memberikan bunga pada Maya dan Stelio. "Selamat telah menyelesaikan syuting drama ini!" "Terima kasih, papa." Stelio tersenyum senang. Para kru dan para artis yang terlibat mulai melakukan perayaan dengan foto besama. "Sebagai perayaan, aku akan mentraktir kalian semua di restoran." Samuel mengucapkan hal yang sangat diidamkan oleh pemain dan juga para kru lainnya. "Ayo, kita langsung ke restoran yang aku pesan sekarang juga."Semua orang mulai bersiap. Samuel mencegah Stelio yang akan mengikuti Maya dan Manager Chen. "Stelio, kau akan berada di mobilku. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu."Stelio menatap Samuel dengan bingung, tetepi dia tetep saja naik ke mobil. Selama perjalan, Samuel langsung memberikan pertanyaan padanya. "Apa kau dekat dengan Mike? Hubungan apa yang kalian berdua miliki?" tanya Samuel. "Papa, bukankah papa ingin aku untuk memisahkan mereka berdua? Aku tidak memiliki hubungan lain dengan orang itu selain hal ini," jawab Stelio dengan tenang. "Ap

  • Skandal dengan CEO: Dia Bukan Anakku!    Chapter 128 Tuan Kecil Stelio Mengintimidasi Seseorang

    "Jangan mencari alasan. Aku tahu bahwa kau hanya mengatakan omong kosong untuk bisa meninggalkan tempat ini," ucap Samuel tidak berniat untuk melepas Maya. "Samuel, apa kau tidak menggunakan mata dengan baik? Itu sangat jelas, tetepi kau tidak melihatnya. Ayo, kita perlu untuk pergi ke dokter mata!" ucap Maya dengan kesal. Stelio mengamati kedua orang tuanya yang sedang berdebat ini. Dia lalu mengalihkan pandangan ke arah pintu. Keningnya berkerut begitu dalam, seolah sedang memikirkan sesuatu. *** Hari berlalu, tubuh Stelio secara perlahan sudah mulai pulih. Dia dengan mendesak untuk diizinkan syuting. Samuel masih khawatir dengan keadaannya. "Kau yakin sudah merasa lebih baik?""Ya." "Baiklah. Jika itu keinginanmu. Stelio, mulai besok, kau akan memiliki pengawal yang akan menjagamu," ucap Samuel memberitahu kepada putranya. Stelio tidak menyetujui keputusan Samuel, "Kenapa aku membutuhkan pengawal. Bukankah akan lebih aman jika aku bersama dengan Mama? Papa, bisa saja para Pen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status