"Pergi temui aku di hotel X sekarang juga. Aku sudah mengirim mobil untukmu. Kurang dari 30 menit Kau harus datang , jika kau masih menginginkan bantuanku untuk karirmu!" Suara dingin seorang pria dengan nada Bossy.
"Samuel, kau sudah gila untuk memintaku--Hallo, Hei!" Maya belum sempat menyelesaikan ucapannya saat mendengar bunyi tut tut di ponselnya.Wajah Maya dipenuhi dengan amarah. Tangannya mengepal. "Bertemu di hotel? Apa yang sebenarnya pria itu inginkan?"Maya benar-benar tidak ingin terlibat lagi dengannya, tatapan dingin dan nada suara pria itu seperti menikmati penderitaannya saat perpisahan mereka, masih terbayang dalam benaknya. Sekarang, pria itu meminta untuk bertemu dengannya dan menawarkan bantuan?"Dia tidak hanya mengatakan omong kosong untuk mempermainkanku, kan?" batin Maya. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi masalah ini.Maya keluar dari toilet, dia berjalan mengendap-endap seperti pencuri, memandang lingkungan dengan waspada. Hingga seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya. "Nona Lin, ikut dengan kami menemui CEO Ren."***Maya keluar dari sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di depan hotel bintang lima. Seorang pria muda berkacamata mendekat ke arahnya memberinya sambutan. "Hallo, Nona Maya Lin. Saya adalah asisten CEO Ren, silahkan ikuti saya!"Maya masuk ke sebuah hotel. Dia merasa tidak nyaman karena memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang yang mengundangnya ini. "Kenapa Samuel Ren harus mengajakku bertemu di hotel seperti ini? Bagainana jika ada paparazi yang memotret?" batin Maya cemas.Pandangan matanya tidak bisa untuk diam. Dia memandang ke sekitar tanpa berkedip untuk menemukan paparazi yang bersembunyi. Sejak kejadian tadi, dia menjadi selalu gelisah. Asisten Pribadi CEO itu menyadari keresahan Maya."Apa anda mengkhawatirkan paparazi? Tenang saja, hotel ini sangat ketat dan hanya kalangan elit yang dapat datang. Tidak akan ada paparazi yang dapat masuk.""Tuan, kau menyepelekan para paparazi yang bisa melakukan apapun. Bahkan menembus tempat yang aman sekalipun," ucap Maya dengan memperingatkan. Dia telah memiliki banyak pengalaman dengan paparazi."Sepertinya paparazi itu tidak masuk ke sini." Maya merasa lega. Mereka berdua masuk ke dalam lift. Maya melihat nomer yang ditekan oleh pria disebelahnya ini lalu menyakan sesutu, "Apa anak itu juga ada di sini?""Apa yang anda maksud Tuan kecil? Tidak. Ini sudah larut, Tuan Muda tidak ingin tidur Tuan kecil terganggu," ucap Asisten CEO menjawab pertanyaan Maya."Oh, ayah yang perhatian." Ada nada ejekan dalam perkataan yang terdengar seperti sebuah pujian.Tangannya diam-diam mengepal. Maya membayangkan, apa Samuel juga akan seperti ini jika anaknya masih ada? Namun, hanya rasa kecewa yang menyelimutinya, ketika mengingat hubungan mereka di masa lalu.Asisten tidak mengatakan apapun. Pintu terbuka lalu mereka berjalan ke arah ruangan yang paling besar. Jung mengetuk pintunya, lalu membukanya sedikit. "Tuan, saya sudah membawa Nona Maya Lin.""Suruh dia masuk dan kau pergilah!" ucapnya dengan nada dingin.Asisten CEO membuka pintu dan meminta Maya untuk masuk. Perlahan kaki jenjang yang menggunakan high heels yang serasi dengan pakaiannya melangkahkan kaki melewati pintu.Di sana, seorang pria yang duduk di sofa menatapnya dengan dingin. Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi tatapan itu tidak berubah. Maya mengalihkan pandangan ke arah lain."Apa yang kau inginkan?" tanya Maya dengan dingin."Kenapa kau begitu terburu-buru? Duduk dan temani aku minum. Kau suka anggur merek ini, kan?" Samuel Ren mengangkat gelas anggur.Maya menatap anggur itu, senyum ejekan terukir. "Kau benar-benar memiliki ingatan yang buruk tentangku, kau jelas tahu bahwa wanita kesayanganmu itu yang menyukainya. Aku alergi anggur dengan aroma persik.""Oh, aku ingat kau meminum ini denganku di masa lalu."'Itu untuk menyenangkanmu.'Maya tidak ingin mengungkit kebodohannya, dia mulai membicarakan masalah utama yang membuatnya datang."CEO Ren, kau sengaja membuatku terlibat scandal ini, kan? Setelah menghancurkan hidupku, dan hatiku, kau masih belum puas dan ingin menghancurkan karirku?""Maya, kau masih sama seperti sebelumnya. Jelas kau sendiri yang membuat scandal. Siapa yang menyuruhmu menyembunyikan status pernikahan dan anakmu." Senyum dingin terukir dibibir pria itu.Maya yang sebelumnya tenang mulai terprovokasi. "Anakku? Kau jelas tahu siapa ibu dari anak itu. Kau ingin aku mengakui anak dari perbuatan kotormu dengan wanita sialan itu?""Kemana ibu anak itu? Dia pasti akan mengamuk jika melihat anaknya mengakuiku sebagai ibunya dan juga aku terlibat denganmu.""Dia meninggal. "Mata CEO Ren menunjukkan kesedihan."Oh, dia sudah mati? Setelah dia akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan dengan merebut segalanya dariku. Sungguh tragis." Maya menunjukkan keterkejutan, tapi tidak ada rasa simpati dalam nada suaranya. Hanya dia yang tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya berusaha dia tekan."Kau tidak terlihat sedih, dia masihlah saudaramu," sindir Samuel."Saudara apa yang berani merebut kebahagiaan saudaranya sendiri," cibir Maya."Apa kau lupa siapa yang merebut kebahagiaan siapa?" Mata pria itu begitu dingin.Ketenangan Maya mulai goyah. "Aku telah mengembalikan semuanya, kan? Kita tidak perlu membahas masa lalu lagi. Tuan Samuel Ren, aku harap kau memberikan penjelasan ke publik tentang yang sebernarnya terjadi." Maya menatap lurus ke arah pria itu."Bagaimana jika aku tidak mau melakukannya?" Pria itu menunjukkan ekspresi acuh tak acuh."CEO Ren , kau bilang di telepon akan membantuku, kan? Apa kau membohongiku? Sia-sia saja aku menemuimu." Maya benar-benar ingin menampar pria itu dengan keras, tapi dia tahu statusnya. Dia membalikkan tubuhnya memilih pergi dengan perasaan kesal.Tangannya yang menarik knop pintu terhenti saat pria itu memanggilnya dan mengatakan hal yang mengejutkan. "Kembali ke rumah dan jadi istriku, lalu aku akan membantumu.""Samuel, kau sudah gila memberikan tawaran itu? Tidak akan pernah bagiku menerima tawaran bodoh itu," tolak Maya. "Tapi putraku meminta untuk--""Ya itu demi putramu tidak ada hubungannya denganku."ucap Maya. "Kau akan menyesalinya jika menolak. Aku akan memberimu waktu untuk--""Aku pergi. Tidak ada gunanya membujukku!" Maya meninggalkan ruangan itu. Lalu dengan buru-buru mencari taksi.***Dreet Dreet Dreet Maya mengabaikan getar di ponselnya karena pikirannya yang kacau. Bohong jika dia mengatakan tidak terpengaruh dengan ancaman itu. Pandangannya hanya menatap kosong jalanan kota yang masih saja ramai lalu mulai sepi saat taksi itu berhenti. Maya langsung keluar setelah membayar. Kakinya menyusuri wilayah luas itu. "Sayang, mama datang!"Penampilan Maya saat ini begitu glamor, jelas tidak cocok untuk datang ke tempat yang berisi nisan dan foto-foto orang yang telah tiada. Namun, siapa yang akan memperhatikan penampilannya di larut malam seperti ini. Kakinya terus melangkah sa
Samuel Ren berjalan mendekati Maya lalu mengulurkan sapu tangan padanya. "Untuk apa kau menangisi abu yang tidak akan kembali menjadi manusia? Kau hanya sia-sia datang dan mengobrol dengan foto itu."Maya menepis sapu tangan yang diberikan oleh Samuel. "Untuk apa kau ke sini? Apa kau hanya datang untuk mengolok-olokku dan anakku? Lebih baik kau pergi saja!""Aku tidak bisa pergi. Putraku Stelio ingin kau pulang ke rumah menemaninya. Ayo, pergi! Jangan membuat putraku menunggu." Samuel merah tangan Maya. "Kau begitu peduli pada anak itu? Apa kau tidak melihat, anakku yang juga darah dan dagingmu sendiri juga buruh perhatianmu. Sejak dia menjadi abu dan selama bertahun-tahun, kau tidak pernah datang mengunjunginya. Sekarang saat kau datang kau malah bersikap dingin dan mengatakan perkataan yang penuh penghinaan." Maya mengucapkannya dengan marah. "Dia sudah mati, apa aku harus memberikan perhatian padanya? Aku hanya peduli pada orang-orang yang masih hidup," ucap Samuel dengan acuh tak
Maya tidak menyangka para pencari berita itu begitu gila. Mereka bahkan bisa menemukannya dan menerobos pemakaman larut malam begini. Desu nafas menyentuh lapisan luar kulit telinganya, suara dingin masuk ke dalam lubang telinganya, Samuel membisikkan sesuatu, "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menganggumu!" Samuel Ren menarik Maya Lin, memaksanya untuk naik ke dalam mobil menghindari para pencari berita itu untuk mendaparkan informasi dari mereka. Mobil mewah berwarna gelap itu melaju, diikuti dengan beberapa mobil lain. "Mereka tidak akan bisa mengejar lagi. Kau seharusnya bersyukur karena ada aku, kau jadi bisa terhindar dari mereka. Sekarang tidak ada pilihan selain pulang bersamaku!" ucap Samuel disertai tersenyum licik. "Hentikan mobilnnya!" Teriak Maya. "Tidak,"tolak Samuel. "Hentikan atau aku lompat dari mobil ini," acam Maya. Tangannya bahkan sedang memegang pengait yang akan membuka pintu. Samuel mengalihkan mobil menjadi mengemudi otomatis dengan cepat
"Lepaskan! Lepaskan aku!" Seorang gadis berteriak. Tubuhnya saat ini sudah terikat di kursi dengan begitu erat. "Kau diam saja. Sudah bagus aku menyelamatkanmu. Aku akan melepaskanmu setelah sampai di mansion," ucap pria berwajah poker yang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Pria itu tidak lain ada Samuel Ren. "Apa aku memintamu untuk menyelamatkanku? Aku sudah bilang bahwa aku ingin keluar baik hidup atau mati. Tindakanmu itu hanya untuk membuatku menarikku ke dalam neraka,"ucap wanita yang terikat itu-Maya Lin. Beberapa menit yang lalu dirinya hampir saja dapat melarikan diri dari pria ini. Namun, siapa yang mengira refleks pria ini begitu baik. Saat itu tangan Samuel Ren berhasil menariknya bahkan menutup pintu tanpa bisa dibuka lagi sebelum Maya sempat melompat. "Maya Lin, kau sudah bertahan hidup sampai sejauh ini. Kenapa kau ingin mati sekarang? Jika sejak awal kau mengakhiri hidupmu tepat setelah kau pergi beberapa tahun lalu maka kau bisa mati dengan tenang. Setelah
"Semoga cara ini berhasil. Pria itu pasti tidak akan memaksaku lagi." Itulah yang ada dipikiran Maya Lin. Hidungnya mengeluarkan nafas dengan tenang. Tubuhnya juga merasa nyaman merasakan kasur empuk ini dan yang paling penting, ikatan yang mengekang tubuhnya telah bebas. Saat Maya mengakui bahwa dia hamil, Samuel langsung membuat keributan di rumah sakit untuk memeriksa kebenaran. Maya Lin beruntung karena dokter yang ada disana adalah kenalannya. "Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku." "Maya Lin, apa kau begitu senang berbohong?" Samuel tiba-tiba saja masuk ke dapam ruangannya. "Berbohong apa? Bukankah kau sudah mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisiku? Aku benar-benar hamil." Maya Lin menyembunyikan kepanikannya. "Dokter sudah mengaku, kau yang menyuruhnya mengatakan mengarang cerita bahwa kau hamil. Aku tidak menyangka kau akan selicik ini dan terus menerus membuang waktuku." Samuel menatap lurus ke arahnya. Tatapan itu menunjukkan penghinaan. "Sialan! Bag
Maya Lin menghapus apa yang baru saja dia tulis. Jari-jarinya yang ada di atas keyboard berhenti bergerak. "Tidak. Aku harus menggunakan cara yang lebih efektif. Samuel Ren telah menghancurkan nama baikku. Aku akan membuat semua orang tahu betapa busuknya pria yang dikagumi publik kota S ini." Maya Lin tidak jadi mengirim pesan pada managernya. Dia lebih memilih membuka akun sosial media. Maya mengabaikan notif masuk yang dia yakini hanya berisi komentar orang-orang yang mengkritiknya. Dia menekan Wall untuk membuat status. "Samuel Ren, kau akan kehilangan wajahmu dan tidak akan bisa mengurungku lagi."[Selamat malam. Aku minta maaf pada para penggemarku yang merasa resah dengan rumor yang beredar tentangku-Maya Lin. Aku akan menjelaskan bahwa seseorang sedang mencoba menghancurkan namaku. Aku ingin mengkonfirmasi anak itu bukan anakku. Memang benar aku pernah menikah dengan Samuel Ren, tetapi kami bercerai karena pria itu meninggalkanku demi saudaraku yang telah menjadi selingkuhanny
"Aku tidak menyangka akan mendatangi mansion ini lagi, " ucap Maya dalam hati saat dia baru saja turun dari mobil. Mansion ini begitu mewah dan indah, tapi menyembunyikan segala kesuraman di dalamnya. "Apa yang kau lakukan? Stelio sudah menunggumu. Cepat masuk!" perintah Samuel dengan ekspresi dingin di wajahnya. "Ini bahkan masih awal, anak kecil itu masih tidur nyenyak." Maya melangkahkan kaki dengan ragu. Samuel Ren tidak memiliki cukup kesabaran, dia menarik paksa tangan Maya Lin. "Samuel, bisakah kau tidak menarik tanganku dengan kasar?""Maya Lin, aku bisa lakukan lebih dari ini! Tetaplah memberontak dan kau akan tahu apa yang dapat aku lakukan." "Pria kejam! Apa kau seperti ini juga pada Mathilda? Pantas saja dia meninggal--""Haruskah aku menciummu untuk membuatmu diam? Satu kata keluar dari mulutmu aku akan Menghukummu.""Lagi lagi ancaman ini!" Maya hanya bisa mengeluh dalam hati. Dia hanya berjalan mengikuti pria itu masuk. Para pelayan sudah berbaris untuk menyambut m
"Kita suami istri bukan hal aneh untuk berbagi kamar. Bukankah kau selalu memaksaku untuk berbagi kamar denganmu dan--" Samuel belum sempat menyelesaikan perkataannya ketika Maya memotong ucapannya. "Tidak perlu melanjutkannya. Lagipula selain malam itu kau selalu menolak untuk berbagi kamar. Sekarang hubungan kita masih--""Kau kembali ke tempatmu!" Samuel memberikan peringatan pada pelayan itu. Saat pelayan itu pergi, Samuel membuka pintu kamarnya. "Jika kau ingin mendiskusikannya masuk ke dalam!" perintah Samuel. "Tidak. Jika aku masuk, apa gunanya diskusi ini?""Maya Lin, apa kau tidak membaca perjanjian kita dengan benar? Kau ingin membongkar pada semua orang? Apa kau memiliki uang untuk ganti rugi atas pelanggaran klausa kontrak.""Sekarang kau menyebutkan itu. Kau juga telah membongkarnya." Seringai terukir di bibir wanita itu. "Kau ini benar-benat ya!" Samuel langsung menggendong wanita itu. Tangannya menahan kaki dan juga bahunya. Tindakan yang tiba-tiba ini mengejutkan M