Maya tidak menyangka para pencari berita itu begitu gila. Mereka bahkan bisa menemukannya dan menerobos pemakaman larut malam begini. Desu nafas menyentuh lapisan luar kulit telinganya, suara dingin masuk ke dalam lubang telinganya, Samuel membisikkan sesuatu, "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menganggumu!"
Samuel Ren menarik Maya Lin, memaksanya untuk naik ke dalam mobil menghindari para pencari berita itu untuk mendaparkan informasi dari mereka. Mobil mewah berwarna gelap itu melaju, diikuti dengan beberapa mobil lain. "Mereka tidak akan bisa mengejar lagi. Kau seharusnya bersyukur karena ada aku, kau jadi bisa terhindar dari mereka. Sekarang tidak ada pilihan selain pulang bersamaku!" ucap Samuel disertai tersenyum licik."Hentikan mobilnnya!" Teriak Maya."Tidak,"tolak Samuel."Hentikan atau aku lompat dari mobil ini," acam Maya. Tangannya bahkan sedang memegang pengait yang akan membuka pintu.Samuel mengalihkan mobil menjadi mengemudi otomatis dengan cepat tangannya meraih lengan Maya. "Maya Lin, apa kau mau mati?" teriak Samuel dengan campuran antara marah dan juga panik."Lepaskah, aku tidak peduli lagi." Maya meronta. "Lebih baik aku mati dibandingkan aku harus kembali. Samuel, aku sudah melupakan segalanya, aku sudah tidak ingin mengigat batapa tersiksanya aku sebagai istrimu. Rumah itu adalah hanya penuh hal-hal yang menyedihkan dan sekarang kau memaksaku kembali ke sana?""Maya, aku tidak memintamu untuk mengingat masa lalu. Rumah itu juga hanyalah rumah, kau bilang telah melupakan masa lalu, kenapa kau harus takut untuk kembali ke rumah?" Samuel masih mencoba membujuknya. "Kau juga tidak boleh mati. Anakku sedang menunggumu. Dia begitu antusias. Jika kau tidak--""Kau hanya memikirkan anak itu terus. Aku tidak peduli dengan apa yang dirasakan oleh anak itu. Anakku pasti juga tidak akan senang jika aku merawat anak lain, disaat aku bahkan tidak dapat merawatnya. Kau urus saja anak itu sendiri." Maya menatapnya dengan tajam. Matanya memperlihatkan kesedihan yang mendalam.."Maya Lin, kau pasti akan menyesalinya terlalu memikirkan anak yang sudah mati itu dan menolakku!" ucap Samuel."Apa ini ancaman? Apalagi yang akan kau lakukan padaku? Kau masih belum puas menghancurkan karirku dan memaksaku? Apa kau hanya puas sampai aku hancur berkeping-keping!" Teriak Maya penuh amarah. Kemarahan ini membuat tenaganya menjadi lebih kuat dan berhasil melepaskan diri dan mendorongnya menjauh.Maya membuka pintu mobil itu, badannya dengan cepat condong, kakinya mulai keluar. Tubuhnya sudah siap untuk melompat.Brak***Mata melebar saat sesuatu yang dipegang luput dari tangannya menimbulkan bunyi yang keras. Tuan Kecil Stelio tidak tahu kenapa tiba-tiba gelas yang dia pegang dengan erat itu jatuh.Pengasuh memandangnya dengan khawatir. "Tuan kecil, apa anda baik-baik saja? Sudah saya bilang ini saat untuk tidur. " Pengasuh itu dengan sigap membasuh tangan mugil itu dengan tisu basah. "Ayo masuk, saya akan oleskan salep."Stelio menolak pengasuhnya. Hatinya ada yang tidak nyaman. "Pengasuh, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Mama dan Papa. Cepat hubungi papa sekarang!" ucap Stelio dengan wajah yang pucat.Pengasuh itu berusaha meyakinkan Tuannya. "Tuan kecil terlalu khawatir. Tidak ada yang terjadi, Tuan Muda pasti sedang perjalanan.""Pengasuh, cepat hubungi papaku!" Tuan Kecil menjadi sangat rewel. Dia mendesak pengasuhnya berulang kali."Baiklah, aku akan menghubungi Tuan." Pengasuh itu mengambil ponselnya lalu menekan nomer telepon Tuan Muda. Ekspresi pengasuh yang awalnya tenang berubah menjadi pucat. Tatapan matanya melirik ke arah Tuan Kecil Stelio dengan penuh keraguan."Pengasuh, apa terjadi sesuatu?" Tuan Kecil Stelio cukup peka menangkap gelagat aneh itu. "Kenapa diam saja? Katakan padaku, apa terjadi sesuatu pada papa dan mama?" Stelio mendesaknya, jantung kecilnya berdebar kencang."Lepaskan! Lepaskan aku!" Seorang gadis berteriak. Tubuhnya saat ini sudah terikat di kursi dengan begitu erat. "Kau diam saja. Sudah bagus aku menyelamatkanmu. Aku akan melepaskanmu setelah sampai di mansion," ucap pria berwajah poker yang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Pria itu tidak lain ada Samuel Ren. "Apa aku memintamu untuk menyelamatkanku? Aku sudah bilang bahwa aku ingin keluar baik hidup atau mati. Tindakanmu itu hanya untuk membuatku menarikku ke dalam neraka,"ucap wanita yang terikat itu-Maya Lin. Beberapa menit yang lalu dirinya hampir saja dapat melarikan diri dari pria ini. Namun, siapa yang mengira refleks pria ini begitu baik. Saat itu tangan Samuel Ren berhasil menariknya bahkan menutup pintu tanpa bisa dibuka lagi sebelum Maya sempat melompat. "Maya Lin, kau sudah bertahan hidup sampai sejauh ini. Kenapa kau ingin mati sekarang? Jika sejak awal kau mengakhiri hidupmu tepat setelah kau pergi beberapa tahun lalu maka kau bisa mati dengan tenang. Setelah
"Semoga cara ini berhasil. Pria itu pasti tidak akan memaksaku lagi." Itulah yang ada dipikiran Maya Lin. Hidungnya mengeluarkan nafas dengan tenang. Tubuhnya juga merasa nyaman merasakan kasur empuk ini dan yang paling penting, ikatan yang mengekang tubuhnya telah bebas. Saat Maya mengakui bahwa dia hamil, Samuel langsung membuat keributan di rumah sakit untuk memeriksa kebenaran. Maya Lin beruntung karena dokter yang ada disana adalah kenalannya. "Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padaku." "Maya Lin, apa kau begitu senang berbohong?" Samuel tiba-tiba saja masuk ke dapam ruangannya. "Berbohong apa? Bukankah kau sudah mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisiku? Aku benar-benar hamil." Maya Lin menyembunyikan kepanikannya. "Dokter sudah mengaku, kau yang menyuruhnya mengatakan mengarang cerita bahwa kau hamil. Aku tidak menyangka kau akan selicik ini dan terus menerus membuang waktuku." Samuel menatap lurus ke arahnya. Tatapan itu menunjukkan penghinaan. "Sialan! Bag
Maya Lin menghapus apa yang baru saja dia tulis. Jari-jarinya yang ada di atas keyboard berhenti bergerak. "Tidak. Aku harus menggunakan cara yang lebih efektif. Samuel Ren telah menghancurkan nama baikku. Aku akan membuat semua orang tahu betapa busuknya pria yang dikagumi publik kota S ini." Maya Lin tidak jadi mengirim pesan pada managernya. Dia lebih memilih membuka akun sosial media. Maya mengabaikan notif masuk yang dia yakini hanya berisi komentar orang-orang yang mengkritiknya. Dia menekan Wall untuk membuat status. "Samuel Ren, kau akan kehilangan wajahmu dan tidak akan bisa mengurungku lagi."[Selamat malam. Aku minta maaf pada para penggemarku yang merasa resah dengan rumor yang beredar tentangku-Maya Lin. Aku akan menjelaskan bahwa seseorang sedang mencoba menghancurkan namaku. Aku ingin mengkonfirmasi anak itu bukan anakku. Memang benar aku pernah menikah dengan Samuel Ren, tetapi kami bercerai karena pria itu meninggalkanku demi saudaraku yang telah menjadi selingkuhanny
"Aku tidak menyangka akan mendatangi mansion ini lagi, " ucap Maya dalam hati saat dia baru saja turun dari mobil. Mansion ini begitu mewah dan indah, tapi menyembunyikan segala kesuraman di dalamnya. "Apa yang kau lakukan? Stelio sudah menunggumu. Cepat masuk!" perintah Samuel dengan ekspresi dingin di wajahnya. "Ini bahkan masih awal, anak kecil itu masih tidur nyenyak." Maya melangkahkan kaki dengan ragu. Samuel Ren tidak memiliki cukup kesabaran, dia menarik paksa tangan Maya Lin. "Samuel, bisakah kau tidak menarik tanganku dengan kasar?""Maya Lin, aku bisa lakukan lebih dari ini! Tetaplah memberontak dan kau akan tahu apa yang dapat aku lakukan." "Pria kejam! Apa kau seperti ini juga pada Mathilda? Pantas saja dia meninggal--""Haruskah aku menciummu untuk membuatmu diam? Satu kata keluar dari mulutmu aku akan Menghukummu.""Lagi lagi ancaman ini!" Maya hanya bisa mengeluh dalam hati. Dia hanya berjalan mengikuti pria itu masuk. Para pelayan sudah berbaris untuk menyambut m
"Kita suami istri bukan hal aneh untuk berbagi kamar. Bukankah kau selalu memaksaku untuk berbagi kamar denganmu dan--" Samuel belum sempat menyelesaikan perkataannya ketika Maya memotong ucapannya. "Tidak perlu melanjutkannya. Lagipula selain malam itu kau selalu menolak untuk berbagi kamar. Sekarang hubungan kita masih--""Kau kembali ke tempatmu!" Samuel memberikan peringatan pada pelayan itu. Saat pelayan itu pergi, Samuel membuka pintu kamarnya. "Jika kau ingin mendiskusikannya masuk ke dalam!" perintah Samuel. "Tidak. Jika aku masuk, apa gunanya diskusi ini?""Maya Lin, apa kau tidak membaca perjanjian kita dengan benar? Kau ingin membongkar pada semua orang? Apa kau memiliki uang untuk ganti rugi atas pelanggaran klausa kontrak.""Sekarang kau menyebutkan itu. Kau juga telah membongkarnya." Seringai terukir di bibir wanita itu. "Kau ini benar-benat ya!" Samuel langsung menggendong wanita itu. Tangannya menahan kaki dan juga bahunya. Tindakan yang tiba-tiba ini mengejutkan M
"Lakukan saja seperti yang kau katakan itu!" ucap Samuel dengan santai. "Samuel, kau benar-benar! Apa kau membawaku hanya untuk menjadi pelampiasan putramu itu? Sudahlah, tidak ada gunanya aku berdebat denganmu." Maya langsung bangun, dia mengambil pakaian dari almari. "Jika itu adalah Mathilda, apa kau akan membiarkan anak itu berbuat semaunya padanya?" "Kenapa kau begitu sering menyebut tentang Mathilda? Apa kau ingin membuatku teringat dengan mantan istriku yang telah pergi?" Samuel mengucapkan dengan nada dingin. "Aku hanya ingin tahu. Apa perlakuanmu dengan Mathilda akan sama dengan yang kau lakukan padaku?" "Maya Lin, kenapa kau harus menanyakan sesuatu yang sudah kalas jawabannya? Kau itu tidak--""Sudah aku duga. Bagaimanapun, semua tidak akan berubah, kau akan tetep memperlakukan aku-yang kau benci, dengan perilaku yang lebih buruk dari wanita yang kau cintai." Maya dengan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi tanpa mendengar apa yang coba dikatakan oleh Samuel. *** "Tuan
"Ternyata anak kecil ini cukup peka ya," ucap Maya. Dirinya sedikit tidak menyangka bahwa anak laki-laki bernama Stelio akan menanyakan ini padanya. Maya membuka mulutnya. Sayang sekali bibirnya seolah terkunci untuk menyatakan sesuatu yang telah dia pendam. "Kenapa aku tidak bisa mengatakan bahwa aku begitu membencinya?"ucapnya pada diri sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia tidak tahu kenapa tidak ingin anak ini sedih hanya karena perkataan kasar yang mungkin akan menyakiti hati anak ini. "Bukankah kau yang membenciku sehingga tidak ingin melihatku sedikitpun? Kau bahkan tidak membukakan pintu dan membiarkanku berdiri begitu lama." Pintu tiba-tiba saja terbuka, seorang anak laki-laki langsung memeluk kaki Maya Lin. "Mama, aku tidak membencimu. Justru aku benar-benar mencintaimu. Tolong jangan benci aku!" Stelio menatap Maya dengan mata berkaca-kaca. "Aku sangat merindukanmu dan selalu ingin bersama denganmu. Biasanya aku hanya bisa melihat fotomu yang di s
"Perjalanan kita akan ditunda!" Samuel tiba-tiba saja membuka pintu kamar Stelio. "Aku sudah mendengar semuanya. Kau harus menemani Stelio seharian penuh. "Maya menoleh ke arah Samuel. Dia dapat menebak pria ini akan mengawasinya, tetapi dia merasa kesal melihat Samuel yang tiba-tiba masuk dan memberikan keputusan. "Kau tidak bisa membatalkan agenda tiba-tiba. Apa kau masih bertujuan untuk memperbesar skandalku?" Maya langsung berdiri. "Maya Lin! Kau telah bersikap kasar pada Stelio. Anggap saja ini sebagai caramu membayar hutang atas tindakanmu yang tidak baik itu!""Papa, tidak perlu untuk memaksa mama," ucap Stelio. "Aku tidak ingin mama merasa tidak bahagia karena hal ini.""Kau dengar itu? Anak ini bahkan tidak keberatan." Maya menatap lurus pada Samuel. Samuel melangkahkan kaki lalu melangkah mendekati ke arah Stelio dan Maya berada. Dia menekuk kakinya untuk berhadapan langsung pada Stelio. Dia menepuk kepala Stelio dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. "Anak yang baik."