Share

Chapter 5 Apa Terjadi Sesuatu Pada Mereka?

Maya tidak menyangka para pencari berita itu begitu gila. Mereka bahkan bisa menemukannya dan menerobos pemakaman larut malam begini. Desu nafas menyentuh lapisan luar kulit telinganya, suara dingin masuk ke dalam lubang telinganya, Samuel membisikkan sesuatu, "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menganggumu!"

Samuel Ren menarik Maya Lin, memaksanya untuk naik ke dalam mobil menghindari para pencari berita itu untuk mendaparkan informasi dari mereka. Mobil mewah berwarna gelap itu melaju, diikuti dengan beberapa mobil lain. "Mereka tidak akan bisa mengejar lagi. Kau seharusnya bersyukur karena ada aku, kau jadi bisa terhindar dari mereka. Sekarang tidak ada pilihan selain pulang bersamaku!" ucap Samuel disertai tersenyum licik.

"Hentikan mobilnnya!" Teriak Maya.

"Tidak,"tolak Samuel.

"Hentikan atau aku lompat dari mobil ini," acam Maya. Tangannya bahkan sedang memegang pengait yang akan membuka pintu.

Samuel mengalihkan mobil menjadi mengemudi otomatis dengan cepat tangannya meraih lengan Maya. "Maya Lin, apa kau mau mati?" teriak Samuel dengan campuran antara marah dan juga panik.

"Lepaskah, aku tidak peduli lagi." Maya meronta. "Lebih baik aku mati dibandingkan aku harus kembali. Samuel, aku sudah melupakan segalanya, aku sudah tidak ingin mengigat batapa tersiksanya aku sebagai istrimu. Rumah itu adalah hanya penuh hal-hal yang menyedihkan dan sekarang kau memaksaku kembali ke sana?"

"Maya, aku tidak memintamu untuk mengingat masa lalu. Rumah itu juga hanyalah rumah, kau bilang telah melupakan masa lalu, kenapa kau harus takut untuk kembali ke rumah?" Samuel masih mencoba membujuknya. "Kau juga tidak boleh mati. Anakku sedang menunggumu. Dia begitu antusias. Jika kau tidak--"

"Kau hanya memikirkan anak itu terus. Aku tidak peduli dengan apa yang dirasakan oleh anak itu. Anakku pasti juga tidak akan senang jika aku merawat anak lain, disaat aku bahkan tidak dapat merawatnya. Kau urus saja anak itu sendiri." Maya menatapnya dengan tajam. Matanya memperlihatkan kesedihan yang mendalam..

"Maya Lin, kau pasti akan menyesalinya terlalu memikirkan anak yang sudah mati itu dan menolakku!" ucap Samuel.

"Apa ini ancaman? Apalagi yang akan kau lakukan padaku? Kau masih belum puas menghancurkan karirku dan memaksaku? Apa kau hanya puas sampai aku hancur berkeping-keping!" Teriak Maya penuh amarah. Kemarahan ini membuat tenaganya menjadi lebih kuat dan berhasil melepaskan diri dan mendorongnya menjauh.

Maya membuka pintu mobil itu, badannya dengan cepat condong, kakinya mulai keluar. Tubuhnya sudah siap untuk melompat.

Brak

***

Mata melebar saat sesuatu yang dipegang luput dari tangannya menimbulkan bunyi yang keras. Tuan Kecil Stelio tidak tahu kenapa tiba-tiba gelas yang dia pegang dengan erat itu jatuh.

Pengasuh memandangnya dengan khawatir. "Tuan kecil, apa anda baik-baik saja? Sudah saya bilang ini saat untuk tidur. " Pengasuh itu dengan sigap membasuh tangan mugil itu dengan tisu basah. "Ayo masuk, saya akan oleskan salep."

Stelio menolak pengasuhnya. Hatinya ada yang tidak nyaman. "Pengasuh, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Mama dan Papa. Cepat hubungi papa sekarang!" ucap Stelio dengan wajah yang pucat.

Pengasuh itu berusaha meyakinkan Tuannya. "Tuan kecil terlalu khawatir. Tidak ada yang terjadi, Tuan Muda pasti sedang perjalanan."

"Pengasuh, cepat hubungi papaku!" Tuan Kecil menjadi sangat rewel. Dia mendesak pengasuhnya berulang kali.

"Baiklah, aku akan menghubungi Tuan." Pengasuh itu mengambil ponselnya lalu menekan nomer telepon Tuan Muda.

Ekspresi pengasuh yang awalnya tenang berubah menjadi pucat. Tatapan matanya melirik ke arah Tuan Kecil Stelio dengan penuh keraguan.

"Pengasuh, apa terjadi sesuatu?" Tuan Kecil Stelio cukup peka menangkap gelagat aneh itu. "Kenapa diam saja? Katakan padaku, apa terjadi sesuatu pada papa dan mama?" Stelio mendesaknya, jantung kecilnya berdebar kencang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
keren.. lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status