Share

BAB-22 SATU KAMAR?

Penulis: UMMA LAILA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 23:37:56

Sepulang dari Adinata Grup, Raka langsung pulang ke kediamannya. Kebetulan, di saat yang sama Nayara juga baru tiba. Keduanya turun dari mobil masing-masing hampir bersamaan.

Begitu melihat Nayara, Raka menatap wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu mendesah pelan sebelum akhirnya berjalan masuk tanpa sepatah kata pun.

Nayara yang diperlakukan begitu hanya bisa memutar bola matanya.

“Ini orang kesambet setan mana sih?” gerutunya pelan sambil ikut melangkah masuk ke rumah, berjalan tepat di belakang Raka.

Begitu masuk rumah, Raka yang biasanya langsung ke kamarnya sendiri, justru berjalan ke arah kamar Nayara.

“Heh? Apa-apaan ini?” Nayara langsung panik melihat arah langkah Raka.

“Kita sekamar mulai sekarang,” ucap Raka datar sambil memegang knop pintu kamar Nayara.

“Heh?! Kamu gila, ya?! Aku nggak mau sekamar sama bajingan tukang selingkuh kayak kamu!” Nayara spontan menolak mentah-mentah.

“Ck! Dengerin dulu, Nay!” Raka menatap Nayara dengan wajah lelah.

“Apa?!” Nayara m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-122 PESTA

    "Nay, aku tanya baik-baik. Kenapa kamu tidak memakai baju yang aku belikan?" Raka masih berusaha menahan diri agar tetap sabar."Tanya saja sama selingkuhanmu itu," jawab Nayara sinis tanpa menoleh."Selingkuhan? Maksudmu Selina?" Raka mengernyit, tak paham arah pembicaraan istrinya.Nayara justru semakin jengkel. Baginya, kalimat Raka terdengar seperti pengakuan terang-terangan."Memang siapa lagi kalau bukan dia? Atau jangan-jangan kamu punya selingkuhan lain selain Selina?" Nada jijik ikut menyertai kalimatnya."Sudahlah, Ny..." Raka mengusap wajahnya, pusing dengan tuduhan yang berputar-putar. "Jadi, apa yang kali ini dilakukan Selina?" Ia menekankan, lalu memegangi kepalanya yang mulai berdenyut.Nayara mendengus, melempar pandangan keluar jendela. "Lihat saja sendiri di story dia. Jangan tanya-tanya lagi. Kalau punya selingkuhan, ya diurus."Raka yang semakin penasaran akhirnya membuka ponselnya. Ia membuka Instagram Selina, lalu menonton instastory terbaru."Terima kasih sayang

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-121 KAMU NANYA?

    Brima tampak kebingungan, sementara Nayara menghela napas panjang, menatapnya penuh curiga.“Undangan pesta perayaan pendirian perusahaan Aldebaran yang ke-15 tahun,” ujarnya dengan nada menuntut. “Apakah tidak ada undangan untukku?”“Oh, tidak ada, Bu.” Jawaban Brima datar, tanpa ekspresi.Nayara sontak mengerutkan dahi. “Tidak ada? Kamu yakin?”“Iya, Bu. Pihak Aldebaran tidak mengirimkan undangan kepada Adinata Grup.”Kepala Nayara terangkat, sorot matanya penuh kepercayaan diri bercampur sisa harapan. “Kalau atas nama Adinata Grup tidak ada, pasti atas namaku pribadi ada kan? Iya kan?”Brima tetap tenang. “Maaf, tapi tidak ada hal seperti itu, Bu. Saya tidak mungkin menyembunyikan benda yang begitu penting, bukan?”Nada datar itu membuat Nayara meringis, seakan tersenggol harga dirinya. “Ah, baiklah, baiklah. Kamu tidak perlu bersikap sinis seperti itu. Aku kan cuma tanya.” Ia pun kembali menunduk, menyendok bubur ayam ke mulutnya dengan wajah masam.“Terpaksa deh…” gumam Nayara pe

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-120 PAGI YANG MASAM

    Pagi-pagi sekali, wajah Nayara sudah tampak masam. Duduk di ruang kerjanya, dagunya bertumpu di meja, tatapannya kosong, penuh amarah yang ia pendam. Brima, sekretaris sekaligus ajudan setianya, hanya bersikap biasa saja. Perempuan culun dengan kacamata bulat itu memilih tetap profesional—tidak menegur, tidak ikut campur, seolah wajah sang atasan yang muram sudah menjadi bagian dari dekorasi ruangan. Ada banyak alasan yang membuat Nayara begitu cemberut sejak fajar. Pertama, pagi tadi ia bertemu dengan Raka yang sedang asyik sarapan. Hanya satu menit berada di ruangan yang sama sudah cukup membuat darahnya mendidih. Akhirnya, Nayara memilih pergi tanpa makan apa pun. Kini perutnya keroncongan, minta diisi. Kedua, ia kurang tidur. Semalaman pikirannya dipenuhi Rei. Bukan karena rindu—jauh sekali dari itu—melainkan jengkel. Kenapa pria itu sama sekali tidak memberinya undangan pesta ul

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-119 AYO TIDUR BERSAMA

    Begitu sampai di rumah, Nayara tidak banyak bicara. Tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer, langkah cepatnya langsung menuju anak tangga. Ia ingin segera masuk ke kamarnya, mengunci pintu, dan menjauh dari Raka.“Nay!” suara Raka memanggil, cukup keras hingga bergema di ruang tengah yang luas itu.Nayara berhenti, lalu membalikkan badan. Tatapannya dingin, penuh tanda tanya seolah berkata: apa lagi yang kamu mau, Raka?“Kita harus membicarakan pesta Aldebaran tiga hari lagi.” Nada suara Raka terdengar menahan amarah, namun tetap berusaha tenang.“Jawabanku sudah jelas, Raka. Jika kamu tetap bersama Selina, maka aku akan datang sendiri. Bukan sebagai istrimu, tetapi sebagai penerus sah Adinata Grup.” Ucapan Nayara meluncur angkuh, setiap katanya seperti cambuk yang mencabik kesabaran Raka.Rahang Raka mengeras. Emosi yang sejak tadi ia tahan di restoran akhirnya pecah. “Kamu selalu begitu, Nayara!” suaranya meninggi.Nayara terperanjat sesaat, lalu ikut terbakar. “Seperti itu apa

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-118 SELINA DAN UNDANGAN

    “Ingat, Raka. Selina itu gundik, sedangkan aku istri sah. Kalau kamu tetap ingin membawa gundik sialanmu itu, gunakan ini.”Nayara menekankan ucapannya sambil mengetuk pelipisnya sendiri, seolah menegur kebodohan sang suami.Wajah Raka langsung memerah, rahangnya mengeras. Jemarinya mengepal begitu erat hingga buku-bukunya memutih, namun ia menahan diri sekuat tenaga agar tidak menggebrak meja. Ia sadar, satu gerakan kasar saja akan mengundang tatapan semua tamu restoran.“Gunakan kalimat yang sopan, Nay. Aku ini suamimu,” ujarnya dengan suara rendah, tertahan amarah.“Suami?” Nayara menegakkan tubuh, lalu menyandarkan punggung ke kursinya dengan anggun. Senyum tipis tersungging di bibirnya.“Coba pikir sendiri, Raka. Mana ada istri yang bisa berkata lembut ketika suaminya dengan enteng membicarakan wanita selingkuhannya?” balasnya enteng, disertai gerakan bahu yang digerakkan seolah menepis beban.Raka menghela nafas, frustasi. “Baiklah, aku paham. Tapi… Selina tadi merajuk, ingin ik

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-117 MAKAN MALAM SIALAN

    Jarum jam dinding menunjuk angka delapan malam. Gedung Adinata mulai sepi setelah meeting direksi yang melelahkan. Lampu-lampu kantor sebagian sudah dipadamkan, menyisakan cahaya putih pucat di ruangan Nayara.Ia sedang membereskan tas kerjanya ketika ponselnya bergetar di meja. Nama yang muncul di layar membuat jemarinya seketika kaku: Raka.Beberapa detik ia hanya menatap layar, mempertimbangkan untuk mengangkat atau membiarkannya. Pada akhirnya, ia menggeser tombol hijau.“Ada apa menelpon malam-malam, Raka? Kalau ingin menginap di tempat Selina, langsung saja. Tak perlu minta izin segala,” ucap Nayara, sarkas, suaranya datar namun tajam.Terdengar helaan napas berat dari seberang, jelas tertangkap di telinga Nayara.“Aku mau jemput kamu pulang,” kata Raka akhirnya. “Urusanku di kantor sudah selesai, Nay. Ayo kita pulang bareng.”Alis Nayara berkerut. Selama ini ia pulang sendiri dengan mobil, supir, atau kalau terpaksa—taksi. Tawaran Raka terasa aneh. Janggal.“Nay?” suara Raka ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status