Share

Sketsa Hujan
Sketsa Hujan
Penulis: silvia siwi

1: Hujan Pertama

Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan karakter, tempat, dan peristiwa,  itu mungkin hanya perasaanmu saja. 😬✌️

•••

Tiga bulan belakangan ini terik matahari selalu mendominasi hari. Belum ada setetespun hujan yang berani mengusiknya. Tapi, pembuka Oktober kali ini mungkin akan membawa cerita yang berbeda. Hujan sepertinya akan segera merebut tahtanya.

"Kamu lapar, nggak, Bim?" tanya perempuan berkerudung pink kepada lelaki berjaket baseball yang duduk tidak jauh dari tempatnya bersila dengan setumpuk berkas laporan kegiatan UKM.

"Lumayan, sih. Kamu udah lapar emang?" timpal lelaki seraya mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan tumpukan kertas-kertas yang berserakan di lantai.

"Makan dulu, yuk," ajak perempuan itu diiringi wajah mengiba yang sengaja dibuat-buat, "perutku sudah meronta-ronta, terlilit-lilit, nih. Udah tiga hari nggak dikasih makan," tutupnya sambil nyengir kuda.

"Yaudah, ayo."

"Sekarang?"

"Buruan, sebelum aku berubah pikiran," tanpa menoleh pada lawan bicara yang dilaluinya, lelaki itu meninggalkan aktivitasnya menuju pintu sekretariat. Bergegas wanita berbaju putih itu mengekor di belakangnya. Mereka berjalan beriringan meninggalkan sekretariat menuju Pujasera kampus.

"Eh, tapi mendungnya udah nggantung banget deh, Bim. Kayaknya mau hujan deh ini, ntar," perempuan itu mendongak ke arah langit seraya kakinya tetap melangkah mengiringi langkah karibnya.

"Kamu pilih kelaparan atau kebasahan. Buruan, proposalku belum kelar." Tanpa menimpali lagi ucapan si lelaki yang sudah hampir meninggalkan memasuki pelataran Pujasera, perempuan berkerudung pink bersegera mempercepat langkahnya menyusul sahabat sekaligus partnernya di organisasi.

Sesampainya di pusat kuliner kampus yang berdekatan dengan kompleks UKM tersebut, mereka berpisah menuju stand makanan favorit masing-masing dan kembali bertemu di salah satu tempat duduk yang tersedia. Si lelaki telah lebih dulu berada di sana. 

Tak berselang lama menunggu, makanan merekapun datang dan keduanya langsung melahapnya tanpa bersuara. Sepertinya perut mereka telah sama merontanya sehingga berhasil membungkam mulut keduanya. Setelah hampir menghabiskan separuh isi piring mereka, hujanpun menyerbu atap Pujasera yang terdengar mirip langkah seribu serdadu yang berlari bersamaan. Tak hanya sangat lebat, namun hujan yang turun 1 Oktober itu disertai angin kencang yang cukup membuat seisi Pujasera tidak nyaman. Meski begitu, tak ada pilihan lain bagi mereka selain diam di tempat dan menikmatinya.

Ada lebih dari satu jam mereka terkungkung menikmati jebakan hujan. Meski angin kencang membuat mereka sedikit was-was, nyatanya kedua sahabat itu cukup menikmati hujan yang dinanti-nanti itu.

"Hujan pertama," gumam si lelaki lirih, tapi masih dapat terdengar si perempuan berkerudung pink.

"Iya, hujan pertama tepat di pembuka Oktober," perempuan itu menimpali, tapi pandangannya masih terpaku pada hujan di luar Pujasera yang berangsur reda. Setelah terjebak dalam obrolan ngalor-ngidul tentang hujan pertama, mereka meninggalkan Pujasera menerobos hujan yang tinggal menyisakan gerimis lembut. 

Sesekali tangan si perempuan itu berusaha menutupi kepalanya dari serbuan gerimis meski ia tahu itu tidak memberinya manfaat yang berarti. Tiba-tiba sesuatu melingkupi kepalanya. Gerimis yang sedari tadi ia halau tak lagi mengenai wajahnya. Jaket baseball itu berhasil menyelamatkannya dari serbuan gerimis lembut yang menghinggapi wajah dan kepalanya. Bak tercekat mendadak kehilangan kata-kata, perempuan itu hanya bisa melihat ekor punggung si lelaki yang melangkah mendahuluinya menuju sekretariat yang sudah semakin dekat. 

Perempuan itu memelankan langkahnya, menikmati aroma tanah basah yang beradu dengan aroma harum jaket yang menutup kepalanya itu. Tak ada yang berubah dari aroma yang telah dikenalnya sejak SMA itu. Tapi, ada sesuatu yang tidak disadarinya telah berubah sejak hari itu. Sesuatu yang tiba-tiba membuat dadanya hangat dan berdebar lebih cepat dari biasanya. 

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status