Share

4. Makan Malam

Pada umumnya manusia selalu menyimpan kenangan ketika merasa sangat bahagia dan sangat terluka. Selebihnya kenangan lain bisa datang kapan saja jika ada pemicunya karena merupakan kenangan biasa. Bagaimana jadinya jika kenangan bahagia yang telah tersimpan rapi selama beberapa tahun berubah menjadi kenangan penuh luka dalam semalam? Ingin melupakan tetapi tidak mampu karena begitu menyakitkan. Perasaan yang selama ini dijaga dibalas dengan rasa kecewa karena harapan tidak sesuai dengan realita. Adakah cara untuk melupakannya? Jika ada, tolong beritahukan gadis itu untuk berusaha  tegar agar terlihat baik-baik saja, karena semuanya akan kembali baik ketika ia telah lupa atau mulai terbiasa dengan rasa sakitnya.

“Sepertinya kau benar-benar melupakanku, El. Bagaimana bisa kau tidak bertanya apa pun tentangku setelah sekian lama kita tidak bertemu?” Lelaki itu kembali tersenyum dengan senyuman yang Elline rindukan. Membuat pertahanan Elline runtuh perlahan. Gadis itu segera menarik kembali tangannya yang mulai bergetar karena perasaannya yang tidak karuan. 

“Wah, wah. Ada apa ini? Apa kalian sudah saling mengenal?” Reno heboh sendiri. Ia merasa tertarik dengan cara kedua orang itu berinteraksi. Jelas sekali di antara mereka ada suatu hal tersembunyi.

“Maaf, Tuan. Sepertinya Anda salah orang. Saya tidak mengenal Anda sebelumnya. Mungkin karena riasan dan pakaian saya saat ini mengingatkan Anda pada seseorang sehingga membuat Anda salah paham.” Elline tersenyum kaku. Ia berujar dengan tegas, berharap Axel memahami situasi mereka dan tidak lagi bertanya.

Ia mencoba menengadah menatap Axel. Namun, matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata kelam milik lelaki tersebut. Membuat ia terseret dalam kelamnya mata itu sehingga merasakan perasaan yang dulu pernah ada. Ia merasa mata kelam itu hanya melihat padanya dan akan terus menatapnya. Seolah mata itu menenggelamkannya pada lautan rasa bahagia karena merasa begitu dicintai dan dipuja. Tetapi hal itu hanya berlangsung sepersekian detik. Kemudian ia menyadari bahwa itu adalah hal yang mustahil karena tidak akan pernah terjadi lagi. Bagaimanapun juga orang di hadapannya sekarang adalah seorang pengusaha yang telah beristri, dan bukanlah seseorang yang pernah ia miliki yang dulu bercita-cita menjadi musisi.

“Sepertinya memang begitu. Kau telah mengingatkanku pada seseorang di masa lalu.” Axel tersenyum lemah tampak kecewa sembari berbisik pelan. Namun, masih bisa ditangkap indra pendengaran Elline. 

“Bagaimana bisa aku melupakannya ketika aku selalu menunggu waktu untuk bertemu lagi dengannya? Tidak ada yang tahu sekarang dia di mana. Hanya berharap pada waktu dan takdir semoga saja kami bisa dipertemukan lagi nantinya. Tetapi mungkin saja orang itu adalah kau sendiri, Nona Adelline? Kau dan orang tersebut terlihat begitu mirip. Rasanya tidak mungkin bagiku salah mengenali orang yang dulu begitu dekat denganku.”

Axel menatap tajam mata kecokelatan Elline. Seolah menusuk dan menembus mata itu hingga ke hati sang pemilik. Membuat gadis tersebut merasa tidak enak dengan situasi saat ini. Ada luka yang harus ia obati. Ada kecewa yang harus ia tutupi. Terlebih dari itu semua, ada hati yang harus ia jaga. Hati perempuan yang tidak tahu apa-apa dan hanya bisa menatap mereka dengan pandangan bertanya.

Bagaimana mungkin Elline bisa mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya di depan perempuan itu? Apa ia tega mengatakan kalau dirinya adalah kekasih dari suami perempuan yang tengah tersenyum ramah tersebut? Kekasih masa lalu yang sedang menunggu dan sampai sekarang masih mencintai suaminya?

Elline juga seorang perempuan yang memiliki hati dan perasaan. Jika ia saja bisa merasakan sakit setelah dikecewakan begitu dalam oleh kenyataan, pastinya perempuan itu merasa sangat terkejut dan lebih sakit hati ketika mengetahui orang yang ia jamu makan malam adalah kekasih suaminya di masa lalu yang masih menyimpan rasa sampai saat ini.

“Entahlah. Tetapi mungkin saja bukan saya, Tuan. Karena yang saya ingat, saya tidak mengenal seorang pengusaha yang bernama Axel Devgan sebelumnya. Tetapi jika Axel-Axel yang lain mungkin saja saya pernah kenal.” Elline meminum jus jeruk dingin yang baru saja diantarkan pramusaji. Berharap minuman dingin tersebut bisa terus mendinginkan kepala hingga membuat logikanya tetap jalan.

Beberapa saat terjadi keheningan di antara mereka ketika para pramusaji datang membawa hidangan. Seketika meja yang ada di tengah mereka penuh dengan makanan. Elline bahkan sudah menghabiskan setengah dari jus jeruk yang dipesankan.

“Makanannya sudah terhidang. Tadi sebelum kalian datang makanannya sudah saya pesankan. Semoga saja sesuai dengan selera Nona Adelline dan Nona Lucy.” Zayra tersenyum ramah sembari mempersilakan tamunya untuk menikmati hidangan.

Perempuan yang sedari tadi hanya berdiam diri menatap orang asing dan suaminya berinteraksi itu kini mulai membuka suara. Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. Hatinya berkata ada yang keliru pada salah satu di antara mereka. Namun, ia tidak tahu itu siapa. Apakah suaminya yang salah mengenali orang? Ataukah desainer baru itu yang berbohong seakan tidak mengenal suaminya dan menyembunyikan sebuah fakta yang tidak boleh terbongkar?

“Sebaiknya kita makan dulu sambil mengobrol ringan. Sepertinya aku tertarik dengan obrolan masa lalu kalian. Ada satu hal yang membuatku begitu penasaran.” Zayra masih tersenyum ramah. Dengan elegan ia mulai memotong daging di piringnya. Sesekali matanya menatap dua orang yang saling berhadapan di sampingnya. Apakah ini hanya perasaan tidak enak semata ataukah kedua orang itu memang pernah menjalani masa lalu bersama? Jika ia cemburu itu tidak ada salahnya bukan? 

“Ini bukanlah sesuatu untuk kau perhatikan. Tidak perlu tertarik dan merasa penasaran. Sepertinya memang aku yang keliru dan salah mengenali orang. Ayo kita habiskan makanan ini dengan tenang.” Axel berujar datar. Ia meraih peralatan makan dan mulai menikmati hidangan yang telah disajikan. Tanpa peduli pada perempuan di sebelahnya yang tersenyum miris melihat perubahan sikap yang lelaki itu lakukan. Baru pertama kali perempuan itu melihat suaminya tersenyum tulus begitu hangat. Namun, seketika kembali berubah menjadi dingin ketika ia berbicara. Seolah ia adalah penyebab dari sikap dingin suaminya.

“El, Lucy, coba cicipi cumi bakar ini. Olahan seafood di sini enak sekali. Dari yang aku dengar, restoran di hotel ini terkenal dengan menu olahan seafoodnya yang lezat. Kalian tidak akan kecewa jika memesan menu yang berhubungan dengan seafood di sini.” Reno memberikan sepiring cumi bakar yang asapnya masih terlihat mengepul pada Elline. Seketika wajah tegang Elline tadi berubah berbinar melihat makanan kesukaannya. Warna cumi bakar yang kecokelatan menggugah selera gadis itu untuk segera mencicipinya. 

“Wah, sepertinya cumi ini enak sekali. Terima kasih telah memesankan menu ini, Bu Zayra. Bagaimana bisa sepertinya Anda mengetahui makanan kesukaan saya?” Elline tersenyum manis melihat makanan yang dihidangkan di meja. Ada beberapa menu olahan seafood seperti cumi dan udang, serta olahan daging sapi. Semuanya terlihat menggoda untuk dicicipi. Ia pun seakan lupa dengan ketegangan yang baru saja terjadi. Matanya membulat lucu melihat cumi bakar yang telah tersaji di hadapannya.

Ucapan menyenangkan dari Elline itu membuat Zayra tersenyum senang. Ternyata makanan yang ia pesankan sesuai dengan selera tamunya. Sejenak ia melupakan perasaan yang tidak karuan tadi.

“Reno yang memintaku untuk memesan beberapa menu seafood. Sepertinya dia tahu makanan kesukaan Nona Adelline.” Perempuan itu terkekeh pelan melihat Reno yang salah tingkah.

“Sepertinya kau dan Elline sangat akrab, ya. Kau bahkan mengetahui makanan kesukaannya. Apa kalian telah lama saling mengenal?” Axel bertanya dengan nada datar tanpa melihat mereka. Ia tetap fokus pada makanannya.

“Tentu saja. Asal kau tahu kami telah berteman lama. Hmm, kira-kira satu bulan yang lalu? Tepatnya ketika Xio mengenalkan kami untuk membahas proposal investasi.” Reno mengusap dagunya sembari berpikir. Mengingat kapan pertama kali ia mengenal gadis itu.

“Sebulan itu termasuk waktu yang lama untuk saling mengenal. Wajar saja jika kalian telah berteman. Sepertinya hubungan kalian lancar hingga bisa berteman lumayan dekat seperti itu. Hubungan kalian lebih seperti pertemanan dibandingkan rekan kerja.” Zayra pun menimpali. 

“Aku ‘kan memang mencoba mengakrabkan diri dengan Elline. Siapa tahu nanti dia melirikku.” Reno mengedipkan matanya dengan jenaka pada Elline. Menggoda gadis itu. Elline pun tertawa menanggapi candaan mereka yang memang semakin mencairkan suasana. 

“Jangan terburu-buru, Ren. Aku yakin Elline tidak akan melirikmu. Asal kau tahu saja, Elline telah memiliki seseorang yang selalu berada di sampingnya saat ini,” ujar Lucy yang sedari tadi diam saja. Gadis itu baru bisa masuk ke percakapan karena suasananya mulai mencair. Ketegangan yang tadi telah berakhir. Namun, ia tidak sadar kalimatnya itu baru saja menciptakan ketegangan yang lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status