Setiap orang pasti memiliki kisah cintanya yang tidak terlupakan, entah itu cinta pertama yang manis maupun menyakitkan, ataupun kisah cinta yang tidak tersampaikan maupun kisah cinta yang penuh penyesalan.
Savana adalah perempuan cantik, cerdas, mandiri, berwawasan luas dan juga baik hati.Dia merupakan Manajer muda di sebuah Perusahaan besar yang ada di Jakarta. Savana memiliki adik perempuan yang bernama Maura. Maura yang sejak kecil selalu dimanjakan oleh orang tuanya terutama ibunya, tumbuh menjadi pribadi yang tidak bisa bersikap dewasa, egois, manja, tidak bisa hidup susah, dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Sehingga savana selalu mengalah. Tugas kuliah Maura saja Savana yang mengerjakan. Apa yang savana miliki Maura menginginkannya. Tanpa mereka ketahui bahwa mereka mencintai pria yang sama yaitu Aksa Pengusaha muda kaya dan juga tampan.
Hubungan persaudaraan mereka yang dari awal sudah tidak baik, menjadi semakin buruk saat Maura mengetahui bahwa Aksa akan menikahi Savana.
Sang surya menampakan cahayanya, bias sinarnya masuk kedalam kamar gadis cantik bernama Savana Anindya Putri melalui celah jendela yang tidak tertutup korden dengan sempurna. Menggeliat, Savana bangun dan bergegas masuk kedalam kamar mandi.
Hari ini, Savana akan pergi ke Price kafe salah satu kafe termewah di Jakarta, untuk merayakan hari ulang tahun kekasih barunya yaitu Aksa, namun tiba-tiba saat dalam perjalanan savana di jambret oleh dua orang pria yang tidak dikenal hingga ia terjatuh, kue ulang tahun yang dia buat untuk Aksa pun hancur.
"Astaga kue aku," ucap savana sambil merintih kesakitan.
Savana mencoba berdiri untuk mengambil kuenya yang sudah rusak namun kakinya kembali terkilir sehingga membuat ia terjatuh kembali.Beruntung, saat itu ada pria yang membawa mobil sport dan melihat kejadian itu, Pria tampan yg mengenakan jas nevy lengkap dengan kacamata hitam itu langsung turun dari mobil mewahnya, ia langsung menghampiri dan menolong Savana.
"Kamu enggak apa-apa?" tanya pria tampan itu sambil membantu Savana berdiri dan memegang pundaknya.
Savana terlihat merasa risih. "Saya enggak apa-apa kok. Bisa sendiri," ucap Savana Sambil melepaskan diri dari pria tampan itu.
"Kamu mau kemana?" tanya pria tampan itu.
"Saya mau ke Price kafe," sahut Savana dengan muka juteknya.
"Yaudah saya anterin," ucap pria tampan itu, sambil membuka kaca mata yg di pakainya.
"Enggak ... Gak usah saya bisa sendiri kok," sahut Savana sambil mengernyitkan dahinya.
"Enggak usah Ge-er deh. Saya cuma mau nolong, enggak modusin kamu kok. Jalan aja kamu enggak bisa," kata Pria tampan itu, dengan gayanya yang cool.
Akhirnya Savana menerima tawaran pria tampan itu untuk mengantarkannya ke kafe yang ia tuju. Selama dalam perjalanan keduanya masih bersikap acuh tak acuh.
Di lain tempat Aksa sedang menunggu Maura di Restoran mewah untuk membicarakan sesuatu yang cukup penting. Tidak butuh waktu lama akhirnya Maura datang dengan membawa bingkisan kado untuk Aksa, Maura langsung memberikan senyuman manisnya kepada Aksa, dan tidak lupa ia mengucapkan selamat untuk Aksa yang sedang berulang tahun.
Matanya berbinar-binar sambil tersenyum bahagia melihat Aksa. "Hai sayang! happy birthday," ucap Maura.
Namun respon Aksa malah sebaliknya sikap Aksa sangat dingin terhadap Maura. "Makasih Maura," sahut Aksa dengan sangat dingin.
Aksa pun langsung menatap tajam ke arah mata Maura. "Maura ada yang mau aku bicarakan," ucap Aksa dengan nada berat.
Namun Maura tetap tersenyum manis pada Aksa ia mengira bahwa Aksa akan melamarnya. "Kemarin temen aku liat kamu di toko perhiasan lagi beli cincin, pasti kamu mau ngelamar aku kan? aku mau Aksa," ucap Maura.
Aksa pun heran dengan apa yg di katakan Maura, senyum pahit terpatri di wajah Aksa. "Hahaha ... Maura-Maura kamu itu salah paham!" sahut Aksa sambil mengerutkan keningnya.
Senyuman di wajahnya kini memudar. "Salah paham?" tanya Maura pada Aksa.
Senyuman di wajahnya kini memudar. "Salah paham?" tanya Maura pada Aksa.
"Aku jujur dulu diam-diam aku memang sempat suka sama kamu, tapi seiring berjalannya waktu kamu sibuk dengan pekerjaan kamu, kita jarang ketemu, perasaan itu lama-lama hilang. Jadi aku berpikir untuk mencari perempuan lain paling tidak punya waktu untuk aku, dan Alhamdulillah aku menemukannya, rencananya hari ini aku mau melamarnya," kata Aksa sambil menatap tajam mata Maura.
Maura mengangkat pandangannya, dia menatap Aksa dengan tatapan teduh, telinganya sudah tidak kuat mendengar perkataan Aksa.
"Oh iya aku rasa ini adalah pertemuan terakhir untuk kita," tutur Aksa sambil berdiri dan pergi meninggalkan Maura sendirian di restoran tempat mereka bertemu.
Maura pun tidak dapat berkata-kata lagi, ia hanya dapat tertunduk lesu, air matanya terus mengalir membasahi wajahnya. Maura begitu tersakiti setelah Aksa mengutarakan perasaannya.
Tiga puluh menit berlalu, suasana restoran yang sepi dan terasa dingin membuat Maura semakin larut dalam kesedihannya, kata-kata yang di lontarkan Aksa terus terngiang-ngiang di pikirannya dan sangat membuat ia sakit hati.
Maura menghela napasnya pelan. "Oke gue jangan sedih terus gue harus cari tahu siapa wanita yang telah membuat Aksa berpaling dari gue," ucap Maura pelan.
Ia tampak menatap ke arah langit-langit hingga akhirnya ia pergi meninggalkan tempat tersebut, meski air mata masih terus membasahi wajahnya.
Sementara itu savana telah sampai di Price kafe dan tengah duduk untuk menunggu Aksa yang tidak kunjung datang. Namun tiba-tiba ada pria pegawai kafe yang memberinya satu buah kotak yang berisi kue ulang tahun yang sangat cantik.Savana yang merasa heran pun langsung bertanya pada pegawai kafe itu karena ia tidak pernah merasa membeli kue ulang tahun."Loh Mas? Saya kan enggak pesen kue?" tanya Savana."Tapi kue ini untuk Mbak, ini ada suratnya," tutur seorang pegawai kafe sambil tersenyum ke arah Savana."Saya carikan kamu kue ini pengganti kue kamu yang hancur," tulis Xabiru."Oh jadi kue ini dari laki-laki tadi yang udah nolongin aku," gumam Savana pelan, yang memberikan kue tersebut ternyata Xabiru pria tampan yg mengantar dan menolongnya saat ia di jambret hingga terjatuh di jalanan tadi."Ya ampun ini kuenya bagus banget," ucap Savana dengan senyum lebar di wajahnya.Tiba-tiba datang seorang laki-laki dan menutup mata Savana dar
Aksa segera mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah dari saku jas yang dipakainya, ternyata ada satu buah cincin berlian mewah. "Sava kamu maukan jadi pendamping hidup aku?" tanya Aksa dengan senyuman dan menatap wajah Savana dengan penuh cinta.Rona merah terkuras dari wajahnya. "Iya aku mau," sahut Savana yang tertunduk malu sambil tersenyum tipis.Aksa mengangkat tangan kanannya ke atas "Yes, Alhamdulillah!" ucap Aksa dengan wajah penuh kegembiraan.Sambil tersenyum lebar, Aksa segera memakaikan cincin mewah itu pada jari manis Savana. "Cincin yang cantik untuk seorang Putri yang cantik." tutur Aksa dengan nada menggoda. Aksa pun mencium tangan Savana dengan senyum bahagia di wajahnya."I love you tuan putri," ucap Aksa sambil tersenyum dan menatap mata Savana.wajah cantiknya berubah merah muda. "l love you to kak," sahut Savana sambil tersipu malu.Setelah itu Aksa kembali menyalakan mesin mobilnya dan segera mengantarkan Savana unt
"Gue lagi badmood Kak, nanti lagi ceritanya," teriak Maura dari lantai dua.Setelah Mama Maia dan Maura pergi ke kamar, Papa Rangga meminta Savana untuk segera bersih-bersih lalu tidur dan beristirahat karena besok ia akan dilamar secara resmi oleh Aksa, Savana pun memeluk erat Papanya dan menuruti permintaan Papanya untuk segera bersih-bersih lalu beristirahat dan tidur.Setelah selesai mandi, Savana duduk di atas ranjang kamarnya ia membuka handphonenya dan ternyata ada pesan dari Aksa ia pun sangat gembira saat membuka pesan dari Aksa."Selamat malam sayang, see you tomorrow, tidur yang nyenyak ya," tulis Aksa.Savana pun tersenyum manis saat membalas pesan yang di kirim aksa."Iya kak, selamat beristirahat kak," balas Savana sambil tersenyum melihat isi pesan Aksa."Udah waktunya buat aku tidur, aku gak sabar buat nunggu acara besok," gumam Savana pelan sambil tersenyum lebar.Savana pun segera meletakkan handphonenya di mej
Sementara itu Savana sedang melihat seserahan yang dibawa Aksa untuknya. Banyak barang-barang mewah terkemas rapih. Savana pun sangat bahagia melihat semua seserahan yang diberikan Aksa kepadanya.Tiba-tiba Mama Maia datang dan membentak Savana dengan sangat keras."Savana mama minta kamu batalin pertunangan kamu dengan Aksa!" bentak Mama Maia pada savana."Loh kenapa? Mama kan udah setuju." Sahut Savana."Itu sebelum Mama tau kalo Aksa adalah mantan pacar Maura dan Maura masih sangat mencintainya," ketus mama Maia.Savana pun terkejut ia terdiam dan begitu sedih saat mendengar perkataan mama Maia, ia sangat kecewa karena dia sendiripun tidak mengetahui jika Aksa pernah berpacaran dan mempunyai hubungan dengan Maura adiknya sendiri."Maura mantan pacar Aksa Mah?" tanya Savana."Iya, Maura bilang sama Mama kalo Aksa adalah mantan pacarnya, dan ia masih sangat mencintainya, tapi ternyata Aksa justru melamar orang lain dan or
Saat itu waktu menunjukan pukul 18.30 dan hujan turun dengan sangat deras melengkapi pertengkaran di rumah itu, Savana pergi dari rumah karena telinganya sudah tidak kuat mendengar cacian dan makian yang di lontarkan Mama Maia kepadanya, ia sangat kecewa, hatinya seperti tersayat-sayat, air mata terus mengalir membasahi wajah cantiknya, ia teringat bahwa dari kecil dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu dan ternyata semuanya sudah terjawab, kenapa Mama Maia selalu bersikap dingin kepadanya dan hanya memanjakan dan menyayangi maura.Papa Rangga pun menemui Mama Maia, sambil menatap tajam Mata Mama Maia. "Tega kamu, Mah!" ujar Papa Rangga pada Mama Maia."Aku sakit Pah, hati aku sakit ketika melihat wajah anak itu, aku selalu ingat pengkhianatan yang kamu lakukan 25 tahun yang lalu," sahut Mama Maia.Papa Rangga pun langsung mengejar Savana yang pergi dari rumah ketika hujan turun dengan sangat deras.Sambil mengais. "Ternyata sel
Savana pun langsung menyimpan handphonenya, lalu mengambil handuk putih miliknya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.Setelah selesai mandi Savana sedikit berdandan agar mata sembabnya sedikit menghilang. Savana segera turun ke lantai bawah setelah sedikit berdandan, Savana berjalan perlahan menuju meja makan.Papah Rangga yang melihat putri kesayangannya datang menghampirinya ia langsung menyapa. "Selamat pagi sayang," sapa Papa Rangga pada Savana sambil tersenyum lebar.Savana tersenyum tipis. "Pagi juga Pah," sahut Savana pelan. Kemudian ia segera duduk di kursi kosong yang ada di depan Papa Rangga.Savana mengerutkan keningnya. "Mama sama Maura kemana Pah? gak ikut sarapan bareng?" tanya Savana pada Papa Rangga karena ia tidak melihat adik dan ibu tirinya itu.Dalam hatinya Savana merasa tidak enak karena sudah membuat hubungan Papa dan Mamanya renggang, namun ia sendiri tidak dapat membohongi perasaannya jika dirinya
Setelah sampai di rumahnya Savana membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sangat bingung dengan perasaannya saat ini. "Aku harus ketemu Maura," gumam Savana pelan.Ia pun langsung bangun dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar sang adik, Maura. Savana mengetuk pintu adiknya. "Tok ... Tok ... Tok ..." Meskipun hatinya bergetar ia mencoba memberanikan diri untuk masuk ke kamar adiknya dan membicarakan permasalahannya."Iya masuk," sahut Maura yang tidak mengetahui jika yang akan masuk ke kamarnya adalah Savana, orang yang sangat ia benci.Savana segera masuk kedalam kamar Maura dengan jantung yang berdetak kencang. Ketika Savana masuk kedalam kamar Maura ia melihat adiknya tengah menangis dengan muka tertutup bantal. Savana menghela nafasnya. "Maura ..." ucap Savana pelan.Maura tampaknya sudah hafal dengan suara sang Kakak, ia langsung membanting bantal yang ia pegang. "Ngapain Lo kesini Kak, belum puas bikin gue hancur," bent
Savana menggeliat ketika membuka matanya, tubuhnya terasa lumayan sakit, matanya sembab karena ia sering menangis akhir-akhir ini. Savana terlihat sedang memijat keningnya karena kepalanya terasa pusing. Savana duduk di atas ranjangnya. "Aduh! Kepala aku pusing banget," gumam Savana sambil terus memijat keningnya.Savana melihat kearah jarum jam yang terpasang cantik di kamar mewahnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.15. Waktu dimana biasanya ia sudah bersiap - siap untuk pergi ke kantor. "Aku udah kesiangan," lirih Savana.Savana mencoba berdiri dan mencoba mengambil obat pereda pusing yang ada di laci mejanya. Savana berjalan perlahan menghampiri meja itu, untungnya didalam kamarnya masih tersedia satu gelas air putih, meski tidak banyak namun itu cukup untuk ia minum ketika memakan obatnya. Setelah memakan obat, Savana dengan perlahan berjalan kearah kamar mandi yang ada didalam kamarnya untuk bersih - bersih dan bersiap pergi ke kantor.Savana mema