Aksa segera mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah dari saku jas yang dipakainya, ternyata ada satu buah cincin berlian mewah. "Sava kamu maukan jadi pendamping hidup aku?" tanya Aksa dengan senyuman dan menatap wajah Savana dengan penuh cinta.
Rona merah terkuras dari wajahnya. "Iya aku mau," sahut Savana yang tertunduk malu sambil tersenyum tipis.
Aksa mengangkat tangan kanannya ke atas "Yes, Alhamdulillah!" ucap Aksa dengan wajah penuh kegembiraan.
Sambil tersenyum lebar, Aksa segera memakaikan cincin mewah itu pada jari manis Savana. "Cincin yang cantik untuk seorang Putri yang cantik." tutur Aksa dengan nada menggoda. Aksa pun mencium tangan Savana dengan senyum bahagia di wajahnya.
"I love you tuan putri," ucap Aksa sambil tersenyum dan menatap mata Savana.
wajah cantiknya berubah merah muda. "l love you to kak," sahut Savana sambil tersipu malu.
Setelah itu Aksa kembali menyalakan mesin mobilnya dan segera mengantarkan Savana untuk pulang kerumahnya, di dalam mobil keduanya terlihat sangat bahagia.
***
Sesampainya di rumah Savana menunjukan cincin berlian mewah yang ada di jari manisnya kepada Papa Rangga yang sedang duduk di sofa, Savana pun ikut duduk di samping Papa Rangga dan menceritakan bahwa dirinya telah dilamar oleh Aksa.
"Jadi kamu udah dilamar Aksa?" tanya Papa Rangga kepada Savana sambil menatap ke arah cincin yg di pakai Savana.
"Iya pah aku dilamar Aksa," sahut Savana dengan senyum manis di wajahnya.
Ekspresi wajahnya datar sepertinya Papa Rangga sedikit keberatan karena putri kesayangannya kini sudah dilamar oleh laki-laki lain, dan sebentar lagi akan ada yang menggantikan posisi dirinya untuk menjaga dan menyayangi putri kesayangannya itu dengan tulus. "Kenapa Pah? Papa gak keberatan kan?" tanya Savana sambil mengernyitkan keningnya.
Matanya menatap ke arah langit-langit. "Jadi gimana ya? keberatan sih iya," sahut Papa Rangga sambil menurunkan pandangannya.
Savana mengernyitkan dahinya. "Jadi artinya Papa enggak setuju dong, aku dilamar Aksa," tutur Savana.
Sang papah pun tersenyum tipis lalu memegang tangan kanan Savana. "Semua Ayah yang ada di dunia ini pasti akan keberatan kalo putri yg dia sayang akan dilamar oleh laki-laki lain, tapi Papa yakin Aksa ini orang yg baik, dia pasti bisa menggantikan posisi Papa untuk mencintai, menyayangi, dan melindungi kamu dengan penuh rasa tulus dan cinta," tutur Papa Rangga Sambil tersenyum dan menatap mata Savana dengan penuh cinta.
Senyum bahagia terlukis di wajah Savana. "Makasih Papa," ucap Savana sambil memeluk erat Papa Rangga.
Tidak lama setelah itu Mama Maia yang baru selesai belanja pun datang dengan membawa banyak barang-barang mewah. "Mah-Mah sini," perintah Papa Rangga pada Mama Maia.
Mama Maia meletakan belanjaannya di atas meja dan ia ikut duduk bersama Papa Rangga dan Savana. "Iya Pah ada apaan sih?" tanya Mama Maia sambil mengerutkan keningnya.
"Anak kita udah dilamar Mah," ucap Papa Rangga sambil tersenyum.
"Oh bagus dong akhirnya Savana dilamar juga sama Erik," ucap Mama Maia.
"Aku bukan dilamar sama Erik kok Mah dan aku udah lama putus sama Erik karena dia khianatin aku," tutur savana.
"Terus sama siapa kok Mama gatau?" tanya Mama Maia dengan nada jutek.
"Itu karena kamu terlalu sibuk diluar dan jarang ngobrol Mah, Savana sama aku sering cerita," sambung Papa Rangga.
"Aku dilamar sama Aksa mah," tutur Savana dengan senyum manis di wajahnya.
"Oh ya? Kalo gitu kamu udah tau latar belakang keluarganya atau belum gimana bibit bebet bobotnya keluarga dia?" tanya Mama Maia.
"Aku liat Aksa dari keluarga baik-baik kok mah," sahut Savana.
"Oh, Oke selamat kalo gitu," tutur mama Maia.
"Keluarga Aksa juga rencananya besok mau ke sini buat lamar aku secara resmi Pah, Mah," tutur Savana.
"Baik Papa pasti bisa nemenin kamu sayang, kalo kamu Mah? tanya Papa Rangga.
"Aku gak tau Pah gimana besok aja," sahut mama Maia.
"Loh Mah, anak kita lamaran gak setiap hari loh masa kamu gak bisa mendampingi anak kita," tutur Papa Rangga sambil mengernyitkan keningnya.
"Iya deh, aku bisa nemenin," ucap mama Maia sambil menatap mata Papa Rangga.
Papa Rangga dan Savana langsung tersenyum lebar, sementara itu Mama Maia hanya menunjukkan ekspresi datar di wajahnya pada Papa Rangga dan Savana, lalu ia berdiri dari tempat duduknya dan mengambil barang-barang yang tadi disimpan lalu pergi ke kamar meninggalkan Savana dan Papa Rangga.
Mama Maia memang selalu bersikap cuek dan tidak memperdulikan apapun yang berhubungan dengan Savana, ia hanya selalu perhatian dan memanjakan anak kesayangannya yaitu Maura adik perempuan Savana.
Baru saja Mama Maia pergi meninggalkan Papa Rangga dan Savana di ruang keluarga, Putri kedua Papa Rangga alias Maura yang baru datang dari luar segera menuju tangga untuk langsung ke kamarnya, langkahnya terhenti saat Papa Rangga memanggilnya.
Sambil tersenyum lebar pada Maura. "Maura sini, kakak kamu udah dilamar nih," tutur Papa Rangga kepada Maura.
"Oh selamat ya kak akhirnya dilamar juga sama si Erik," ketus Maura sambil berjalan menaiki tangga lantai dua untuk menuju ke kamarnya.
"Kakak bukan dilamar sama Erik, kamu kesini makanya kakak mau cerita," ucap Savana pada Maura.
"Gue lagi badmood Kak, nanti lagi ceritanya," teriak Maura dari lantai dua.Setelah Mama Maia dan Maura pergi ke kamar, Papa Rangga meminta Savana untuk segera bersih-bersih lalu tidur dan beristirahat karena besok ia akan dilamar secara resmi oleh Aksa, Savana pun memeluk erat Papanya dan menuruti permintaan Papanya untuk segera bersih-bersih lalu beristirahat dan tidur.Setelah selesai mandi, Savana duduk di atas ranjang kamarnya ia membuka handphonenya dan ternyata ada pesan dari Aksa ia pun sangat gembira saat membuka pesan dari Aksa."Selamat malam sayang, see you tomorrow, tidur yang nyenyak ya," tulis Aksa.Savana pun tersenyum manis saat membalas pesan yang di kirim aksa."Iya kak, selamat beristirahat kak," balas Savana sambil tersenyum melihat isi pesan Aksa."Udah waktunya buat aku tidur, aku gak sabar buat nunggu acara besok," gumam Savana pelan sambil tersenyum lebar.Savana pun segera meletakkan handphonenya di mej
Sementara itu Savana sedang melihat seserahan yang dibawa Aksa untuknya. Banyak barang-barang mewah terkemas rapih. Savana pun sangat bahagia melihat semua seserahan yang diberikan Aksa kepadanya.Tiba-tiba Mama Maia datang dan membentak Savana dengan sangat keras."Savana mama minta kamu batalin pertunangan kamu dengan Aksa!" bentak Mama Maia pada savana."Loh kenapa? Mama kan udah setuju." Sahut Savana."Itu sebelum Mama tau kalo Aksa adalah mantan pacar Maura dan Maura masih sangat mencintainya," ketus mama Maia.Savana pun terkejut ia terdiam dan begitu sedih saat mendengar perkataan mama Maia, ia sangat kecewa karena dia sendiripun tidak mengetahui jika Aksa pernah berpacaran dan mempunyai hubungan dengan Maura adiknya sendiri."Maura mantan pacar Aksa Mah?" tanya Savana."Iya, Maura bilang sama Mama kalo Aksa adalah mantan pacarnya, dan ia masih sangat mencintainya, tapi ternyata Aksa justru melamar orang lain dan or
Saat itu waktu menunjukan pukul 18.30 dan hujan turun dengan sangat deras melengkapi pertengkaran di rumah itu, Savana pergi dari rumah karena telinganya sudah tidak kuat mendengar cacian dan makian yang di lontarkan Mama Maia kepadanya, ia sangat kecewa, hatinya seperti tersayat-sayat, air mata terus mengalir membasahi wajah cantiknya, ia teringat bahwa dari kecil dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu dan ternyata semuanya sudah terjawab, kenapa Mama Maia selalu bersikap dingin kepadanya dan hanya memanjakan dan menyayangi maura.Papa Rangga pun menemui Mama Maia, sambil menatap tajam Mata Mama Maia. "Tega kamu, Mah!" ujar Papa Rangga pada Mama Maia."Aku sakit Pah, hati aku sakit ketika melihat wajah anak itu, aku selalu ingat pengkhianatan yang kamu lakukan 25 tahun yang lalu," sahut Mama Maia.Papa Rangga pun langsung mengejar Savana yang pergi dari rumah ketika hujan turun dengan sangat deras.Sambil mengais. "Ternyata sel
Savana pun langsung menyimpan handphonenya, lalu mengambil handuk putih miliknya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.Setelah selesai mandi Savana sedikit berdandan agar mata sembabnya sedikit menghilang. Savana segera turun ke lantai bawah setelah sedikit berdandan, Savana berjalan perlahan menuju meja makan.Papah Rangga yang melihat putri kesayangannya datang menghampirinya ia langsung menyapa. "Selamat pagi sayang," sapa Papa Rangga pada Savana sambil tersenyum lebar.Savana tersenyum tipis. "Pagi juga Pah," sahut Savana pelan. Kemudian ia segera duduk di kursi kosong yang ada di depan Papa Rangga.Savana mengerutkan keningnya. "Mama sama Maura kemana Pah? gak ikut sarapan bareng?" tanya Savana pada Papa Rangga karena ia tidak melihat adik dan ibu tirinya itu.Dalam hatinya Savana merasa tidak enak karena sudah membuat hubungan Papa dan Mamanya renggang, namun ia sendiri tidak dapat membohongi perasaannya jika dirinya
Setelah sampai di rumahnya Savana membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sangat bingung dengan perasaannya saat ini. "Aku harus ketemu Maura," gumam Savana pelan.Ia pun langsung bangun dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar sang adik, Maura. Savana mengetuk pintu adiknya. "Tok ... Tok ... Tok ..." Meskipun hatinya bergetar ia mencoba memberanikan diri untuk masuk ke kamar adiknya dan membicarakan permasalahannya."Iya masuk," sahut Maura yang tidak mengetahui jika yang akan masuk ke kamarnya adalah Savana, orang yang sangat ia benci.Savana segera masuk kedalam kamar Maura dengan jantung yang berdetak kencang. Ketika Savana masuk kedalam kamar Maura ia melihat adiknya tengah menangis dengan muka tertutup bantal. Savana menghela nafasnya. "Maura ..." ucap Savana pelan.Maura tampaknya sudah hafal dengan suara sang Kakak, ia langsung membanting bantal yang ia pegang. "Ngapain Lo kesini Kak, belum puas bikin gue hancur," bent
Savana menggeliat ketika membuka matanya, tubuhnya terasa lumayan sakit, matanya sembab karena ia sering menangis akhir-akhir ini. Savana terlihat sedang memijat keningnya karena kepalanya terasa pusing. Savana duduk di atas ranjangnya. "Aduh! Kepala aku pusing banget," gumam Savana sambil terus memijat keningnya.Savana melihat kearah jarum jam yang terpasang cantik di kamar mewahnya, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.15. Waktu dimana biasanya ia sudah bersiap - siap untuk pergi ke kantor. "Aku udah kesiangan," lirih Savana.Savana mencoba berdiri dan mencoba mengambil obat pereda pusing yang ada di laci mejanya. Savana berjalan perlahan menghampiri meja itu, untungnya didalam kamarnya masih tersedia satu gelas air putih, meski tidak banyak namun itu cukup untuk ia minum ketika memakan obatnya. Setelah memakan obat, Savana dengan perlahan berjalan kearah kamar mandi yang ada didalam kamarnya untuk bersih - bersih dan bersiap pergi ke kantor.Savana mema
Kehadiran mantan pacarnya membuat mood Savana kembali turun seketika. "Erik?" tanya Savana dengan wajah kecutnya.Erik tersenyum penuh kemenangan. "Iya," sahut Erik sambil menatap mata Savana yang terlihat tegang."Kamu ngapain sih pake ikutin aku terus! Kita itu udah enggak ada hubungan apa - apa lagi Erik!" ketus Savana.Tiba - tiba Erik memegang tangan Savana hingga membuat Savana merasa risih dengan kehadirannya. "Savana aku enggak akan berhenti ikutin kamu sebelum kamu mau balikan lagi sama aku!" ujar Erik dengan nada memohon.Savana mengerutkan keningnya. "Erik kamu itu udah gila atau gimana sih? Udah berapa kali aku bilang kalau aku enggak mau balikan lagi sama kamu!" ketus Savana yang merasa geram dengan tingkah laku mantan kekasihnya itu."Awas! Aku mau kerja!" bentak Savana sambil mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan mantan kekasihnya."Erikkkk!" teriak Savana hingga membuat pada karyawan memperhatikannya.Sem
Mama Maia datang dan menarik tangan Savana dengan kasar. "Savana kamu cuci semua pakaian Mama sama Maura sekarang juga!" bentak Mama Maia.Savana mengerutkan keningnya. "Apa Mah? Kan ada Bibi yang biasa nyuci baju - baju ini," ujar Savana.Savana mengernyitkan keningnya ia benar - benar kesal dengan Mama Maia yang menyuruhnya mencuci semua pakaian Maura. "Baru aja aku mau istirahat, kepala aku pusing, badan aku juga pegel - pegel banget," batin Savana dalam hatinya.Mukanya memerah ia menatap tajam mata Savana. "Jadi kamu melawan permintaan Mama! Savana?" bentak Mama Maia."Apa kamu enggak kasian sama Maura! Savana? Maura baru aja pulang kerja dari pagi dia baru pulang dan baru aja selesai pemotretan! Sementara kamu? Kamu kan cuma manager perusahaan yang kerjaannya cuma duduk - duduk doang sambil ngadep laptop!" bentak Mama Maia sambil menatap sinis mata bening Savana.Savana merasa geram dengan apa yang diucapkan oleh Mama Maia kepadanya, namun ia