Siang hari mendekati jam makan siang Kayla sudah menunggu Dicky di depan ruang jurusan untuk melakukan bimbingan skripsi. Kali ini depan ruang jurusan yang biasanya ramai kini hanya ada dirinya seorang yang tengah menunggu. Sementara di seberang gedung terlihat beberapa mahasiswa yang tengah duduk santai sambil mengobrol.
Kayla yang sedari tadi sendiri, berusaha menyibukkan diri untuk menghilangkan kebosanan dengan membuka somed nya. Kali ini ia membuka instagram, melihat postingan teman-temannya. Melihat postingan terbaru dari teman-temannya, Kayla pun dengan lincah memberikan like pada setiap postingan. Begitu scroll beberapa lama terlihat postingan Dicky yang begitu ramai mendapat like yang banyak dan komen ramai sekali. Hal itu membuat penasaran Kayla.
Terlihat postingan foto dua tangan yang sedang berdekatan meski tidak saling berpegangan dengan caption ‘menunggu kemantapan hatimu... ‘. Sebelum Kayla membuka se
Suara adzan ashar berkumandang membelah keheningan di ruang tengah depan tv di rumah Kayla. Terdapat 3 orang terlelap dengan posisi yang tidak berubah sedari awal. Kayla berada di sebelah kanan tertidur dengan kepala disandarkan di paha Dicky, sedang Dicky tidur masih dengan posisi duduk dengan di pahanya ada kepala Kayla dan ia bersandar di sofa. Sementara Rafi yang tadi masih semangat menonton film kini sudah tertidur pulas di samping Dicky dengan kepala berada di ujung kiri dan kaki dekat dengan kaki Dicky yang selonjoran.Bu Murni pun mendekat dan tersenyum melihat keadaan itu tapi juga cemas melihat anak gadisnya terlalu dekat dengan dosen yang kini menjadi kekasihnya itu. Segera ia memanggil suaminya yang berada di luar rumah sedang mengurus tanaman. Mendengar panggilan istrinya, pak Hermawan segera mendekatinya.“Yah, itu anak-anak gak dibangunin udah ashar? Siapa tahu itu masnya mau pulang ke Jogja... ““Iya bu, bentar aku bangunin... &
Pagi hari matahari mulai muncul dengan sedikit malu-malu. Sinarnya sedikit muram tidak secerah biasanya. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, karena meski sudah jam 7 belum juga ada sinar matahari bersinar seperti biasanya.Pagi itu Kayla baru saja menyapu rumah, menggiring debu-debu dari dalam rumah untuk dikeluarkan. Terlihat ayahnya sedang memberi makan ikan-ikan di kolam sambil sesekali membersihkan pot-pot bonsainya.“Yah, gimana kalau ntar malam bakar-bakar ikan? Tuh ikannya dah gede-gede lho... “ ledek Kayla sambil duduk di samping ayahnya.“Boleh... Nanti bilang ibumu suruh siapin semuanya. Ntar ayah yang bakar sendiri. ““Beneran nih? Aku bercanda lho yah... ““Emang udah ada niatan sebenarnya, nanti sore kakak kamu pulang sama temannya. Minta nikah kayaknya... “ suara pak Hermawan sambil tertawa kecil.“Berarti ini pulang bawa calon mantu buat ayah ya? “ tanya Kayla mas
Bakda maghrib semua keluarga pak Hermawan berkumpul di ruang depan tv. Pak Hermawan dan bu Murni duduk di sofa, sedang Kayla, Rafi, Dika dan satu wanita muda duduk di karpet bulu di bawahnya. Semua terlihat menikmati kebersamaan, namun terlihat wajah canggung dan malu dari wanita muda yang asing itu. Dengan duduk di samping Dika, wanita itu lebih banyak diam dan hanya ikut tersenyum ketika semua tertawa.“Mbak Rahma satu kantor ya sama mas Dika? “ tanya Kayla mencoba akrab.“Iya... “ jawab perempuan muda yang bernama Rahma itu dengan senyum dan anggukan.“Eh, kok bisa jadian? Pasti mas Dika suka kecakapan dan tebar pesona ya... (semua tertawa) mbak Rahma nanti lebih sabar sama mas Dika, soalnya mas Dika itu kalau udah tidur dibangunin susah banget. Kecuali dibilang ada apa gitu... Aku suka ngerjain mas Dika kalau disuruh bangunin sama ibu.”“Apa sih Kay... Kamu itu ngasih taunya yang jelek-jelek.... “ ucap D
Minggu pagi kira-kira pukul 9 Kayla dan keluarganya tengah berkumpul di teras rumahnya membersihkan ikan bersama. Garasinya di sulap jadi dapur umum, mobil avanza silver di parkirkan di bahu jalan tepat depan rumahnya, sedang dua sepeda motor diparkirkan tepat di luar pintu masuk rumahnya. Suasana terlihat begitu hangat. Dika, Rafi dan pak Hermawan membersihkan ikan-ikan yang ditangkap dari kolam kecil depan rumah. Sedangkan Kayla, Rahma calonnya Dika, dan bu Murni mengupas bawang dan membuat bumbu di teras rumah.Saat semua sedang asyik dengan kegiatan masing-masing, sebuah mobil honda jazz putih tengah bingung hendak parkir. Terlihat pengemudinya membuka kaca mobil dan melihat bingung karena jalan masuk ke rumah tertutup sepeda motor yang terparkir.“Siapa itu Kay? Teman kamu bukan? “ tanya Dika.“Nah, itu orangnya Dik... (pak Hermawan berdiri melempar senyum pada pengemudi mobil) Fi, itu coba dikasih tahu suruh parkir di belakang mobil
Selesai makan dan membereskan semua perlengkapan, semua berada di ruang depan. Pak Hermawan dan bu Murni duduk di sofa yang menghadap ke pintu, Dika dan Rahma duduk di sofa panjang yang menghadap ke kamar depan. Sementara Kayla, Dicky dan Rafi memilih duduk di bawah menyandar pada sofa yang tak berpenghuni. Rafi memilih untuk dekat dengan Dicky, entah bagaimana Rafi terlihat akrab dan dekat dengan Dicky meski mereka belum lama kenal. Kayla duduk di samping Dicky sambil membuka-buka hp milik Dicky.“Eh, bukannya ini adik tingkat ku ya? Yang sok cantik dengan dandanan waoo itu kan? “ tanya Kayla lirih menunjukkan salah satu chat WA di hp Dicky yang tanpa nama.“Iya... Kamu kenal?” tanya Dicky balik.“Gak lah... Cuma tahu aja. Aku hapus gakpapa kan? “Dicky hanya mengangguk dan tersenyum menjawab ucapan Kayla. Dicky sudah begitu percaya pada Kayla hingga sandi hp nya ia tunjukkan pada Kayla. Ia juga tidak merasa k
Pagi hari rutinitas Kayla bersama anak-anak didiknya terlihat lebih santai. Tidak ada kejadian murid yang berkelahi ataupun kecelakaan kecil sehingga benar-benar hari yang menenangkan bagi Kayla. Semua muridnya hari ini terlihat sangat manis, penurut dan juga pintar semua. Entah semua itu karena suasana hati Kayla yang sedang bahagia ataukah memang kenyataan yang sama dirasakan oleh guru yang lain. Entahlah mungkin karena aura asmara membuat suasana hatinya menjadi lebih ceria.Setelah murid-muridnya pulang, segera Kayla membereskan mejanya dan mengemas barang-barangnya ke tas untuk kemudian pulang ke rumah. Sampai di rumah pun setelah membersihkan diri, ia mengambil laptopnya dan memulai melanjutkan pengerjaan skripsinya. Berharap esok bisa bimbingan dengan Prof. Subagja sekaligus bisa ketemu dengan Dicky meski hanya sebentar.Semangat Kayla menyelesaikan skripsi tak lain karena ingin segera bisa wisuda juga karena kedekatannya dengan Dicky saat ini. Keinginannya sete
Kayla PovSiang itu setelah keluar dari sekolah tempatnya mengajar Kayla segera melajukan motornya ke kampus. Dengan hati bahagia bak baru saja mendapat bongkahan berlian ia melaju melewati jalanan Purworejo yang cukup ramai dan indah menurut Kayla. Suasana biasapun akan menjadi indah bagi seorang yang tengah berbunga-bunga karena akan bertemu dengan pujaan hatinya sebelum ia mengikuti rapat.Hampir sampai di kampus tiba-tiba sepeda motor yang ia naik berhenti tanpa mendapat komando dari si pengemudi. Dicoba berkali-kali dinyalakan namun tetap saja tidak berhasil. Seketika ia melihat arloji yang melilit tangan kirinya dengan penuh kecemasan.“Ya ampun, setengah jam lagi dia rapat. Ini motor kenapa berhenti mendadak sih... “ gerutu Kayla sambil mengamati motornya. Mulai ban ia periksa semua ternyata tidak ada masalah, kemudian ia memandangi motor itu penuh iba karena meski dilihat-lihat oleh dirinya sepeda motor itu tidak terlihat sakit at
Sore hari yang cerah, udara tidak terlampau panas sinar mentari berwarna orens mulai bersinar. Di teras dekat kolam kecil Kayla dan ayahnya duduk santai berdua sambil memberi makan ikan-ikan yang kini berubah kecil sejak acara bakar-bakar sebelumnya. Sedang ayahnya membersihkan daun kering yang jatuh di pot-pot kecil pohon bonsainya.“Yah, besok mas Dika itu lamaran langsung apa baru tunangan sih? ““Lamaran, gak tunangan segala. Selang sebulan dua bulan terus nikah, kasihan anak orang kalau tunangan segala dan jaraknya lama sampai pernikahan. ““Emang kenapa yah? ““Perempuan kalau tunangan dan jaraknya lama itu ibarat kupu-kupu dia gak bisa lagi terbang bebas. Padahal setelah tunangan biasanya godaannya lebih besar. Laki-laki juga kalau sudah tunangan terkadang suka berfikiran kalau tunangannya itu adalah miliknya jadi yang ditakutkan tidak bisa mengerem nafsunya. Itu kalau pandangan ayah... “&ldqu