Share

Status Janda, Bikin Resah!
Status Janda, Bikin Resah!
Author: Nadaauliaa

1. Dilabrak istri Mas Jaka.

"Hei, Siska! Keluar kamu!" Suara seorang yang berteriak kasar, terdengar.

Aku yang sedang tiduran di dalam rumah, dengan terpaksa harus bangkit dan melihat keributan yang terjadi di luar rumah.

"Haduh, apalagi sih ini? Baru juga tiduran sebentar, sudah ada aja yang bikin kesel. Mana bahuku sakit sekali lagi. Ingin tiduran, malah dapat gedoran di pintu. Menyebalkan!"

Mulutku terus saja menggerutu saat hendak membuka pintu.

"Siska!!!" Teriakan itu kembali terdengar. Bahkan, dengan suara yang semakin keras. Tak menunggu lama, aku langsung mempercepat langkah menuju ke arah pintu.

"Ada apa sih, mbak Dewi ini, datang ke rumah aku, marah marah begini."

Aku yang sudah membuka pintu, langsung bertanya pada intinya. Heran deh, malam malam begini, ada aja yang cari masalah denganku. Pikirku dengan kesal. Kulihat Mbak Dewi, seorang wanita cantik dengan dandanan menornya, datang bersama dengan kakak madunya.

"Tentu aja aku marah marah. Dasar janda gatel kamu ya! Beraninya kamu godain suamiku. Udah gak tahan kamu, pengen rasain pisang tetangga!" ujarnya yang membuat Aku langsung naik pitam, hanya dengan sekali tuduhan saja.

Sosok kakak madu dari mbak Dewi terlihat mangut mangut, setujui apa yang dikatakan oleh adik madunya kepadaku.

Enak aja menuduhku sembarangan. Walau aku ini seorang janda, aku gak pernah kegatelan. Apalagi, kegatelannya sama laki orang. Mana istrinya udah tiga, lagi.

"Jangan sembarangan kamu Dewi. Siapa juga yang godain suami kamu?! Laki jelek gitu juga. Mana mau aku!" Aku bersedekap dada. Kupandangnya Dewi dengan wajah kesal dan geram. Tak lupa dengan wanita yang ada di sebelahnya. Memangnya, aku takut apa sama dia? Eh, sama mereka?

Oh, tentu aja tidak!

Walau bibirnya Semerah cabe rawit dengan level tertinggi, aku tak takut dengannya. Aku bahkan, bisa mengolah cabe itu, hingga jadi bahan makanan yang lezat. Lalu, akan aku lahap habis, sampai tak tersisa.

Lihat, lihat. Bibirnya tertutup rapat. Tapi bisa kulihat, jika gigi yang berada di dalamnya, sedang saling bergesekan satu sama lain. Pasti saking geramnya dengan perkataan yang aku katakan padanya.

Yah, beginilah kejujuran. Walau menyakitkan, tapi harus dikatakan bukan? Dan apa yang aku katakan ini 100% benar. Mas Jaka, suami dari Mbak Dewi ini memang jelek. Hanya saja, dia tajir melintir. Tentu aja Mbak Dewi ini takut kehilangannya. Pasti kakak madunya pun menakuti hal yang sama.

Sudah kuduga!

Bisa mati gaya Mbak Dewi ini, kalau jatuh miskin.

Oh, no! Mungkin, itu pikirnya dalam hati.

"Kurang ajar kamu! Sudah menggoda suami orang, pake ngatain jelek segala lagi." Dewi tak terima. Sekarang, ia menunjuk wajahku dengan sangar.

"Iya, mentang dia cantik, bisa ngatain suami kita sembarangan! Dasar janda gatel!" Mbak Rika, kakak madu dari mbak Dewi akhirnya ikut bersuara juga. Tak kusangka, suara keluar dari mulutnya tak kalah pedas dari suara yang keluar dari mulut adik madunya.

"Loh, itu kan memang kenyataannya. kalian aja yang gak sadar, punya laki jelek. Tapi, gayanya ituloh.... Bilangin sama laki kamu dan kamu yang so kecakapan itu, jangan suka gangguin aku, kalau aku lagi jualan. Walaupun aku ini seorang janda, seleraku bukan dia."

Ini kenyataan. Walau si Mas Jaka itu kaya raya. Aku tak akan mau dengannya. Sudahlah beristri tiga, matanya masih aja suka jelalatan sama janda bohay kayak aku.

Ih, ora Sudi aku!

Semua bermula saat kemarin malam Mas Jaka itu membeli nasi goreng ke tempatku.

"Neng, nasi goreng berapa?" tanya seorang pria berperut buncit. Matanya berkedip sebelah. Senyumnya merekah saat aku langsung menoleh ke arahnya. Siapa lagi, kalau bukan mas Jaka, orang tajir melintir yang sukanya godain janda.

"Special apa yang biasa aja, pak?" tanyaku dengan ramah. Wajarlah, aku bersikap demikian. Toh, aku ini seorang penjual, dan seorang pembeli datang menghampiriku bertanya.

"Yang spesial dong. Masa yang biasa aja." Pria buncit itu kembali membalas. Wajahnya masih sama, masam mesem tak jelas. "Oh iya, jangan panggil Pak, dong. Panggil Mas aja, biar enak."

"Lima belas ribu, Mas." Aku memberitahu harganya dengan ramah, sambil mengganti nama panggilan untuk pelangganku ini.

"Murah amat, Neng."

"Ya udah, seratus lima puluh ribu aja. Mau gak?"

"Kok, mahal amat, Neng."

'Wush!'

Aku refleks menghindar saat laki buncit itu hendak menyentuh tanganku.

"Jangan sembarangan ya, Mas. Ini banyak orang loh! Kalau aku teriak, Mas Jaka bisa abis!" ancamku dengan nada kesal. Bisa bisanya aku di goda di tempat jualanku sendiri. Dasar laki laki mata keranjang!

"Eh, eh. Kok marah sih. Mas Jaka yang kaya raya ini kan cuma becanda!"

"Gak lucu, Mas!"

"Hehe, maafin ya... Jadi, berapa tadi harganya?"

Haduh, dia ini tuli atau apa sih? Dengan kesal aku kembali memberitahunya.

"Lima belas ribu, Mas Jaka yang kaya raya."

"Oh iya, mas Jaka lupa. Kok mahal amat, Neng?" Kembali pertanyaan yang sama terdengar.

"Katanya tadi murah!" Aku mencibir. Mas Jaka yang buncit itu malah garuk garuk kepala. Pasti banyak kutunya tuh!

Ih, geli.

"Jadi, gak nasi gorengnya? Yang spesial kan?" Aku bertanya kembali untuk memastikan. Jadi tidak, dia beli? Kalau cuma mau godain aja, mending gak usah! Pergi aja sana!

"Kalau neng Siska, harganya berapa?"

Aku melotot! Dia bilang apa barusan? Berapa hargaku?! Minta dihajar nih orang!

Baju lengan pendek, aku naikkan lagi ke atas. Hingga memperlihatkan lengan dekat bahuku yang begitu mulus dan kinclong.

Sial! Bukannya takut, laki buncit itu malah melongo lihat tanganku yang mulus dan kinclong ini. Niat hati ingin menghajar, dia malah dapet durian runtuh. Karena bisa melihat tanganku yang mulus.

"Bagus ya ... Istri udah tiga, masih aja ganjen sama janda! Emang bener bener ya, Abang ini. Gak cukup apa, Abang udah punya istri tiga. Masa Abang malah mau nambah lagi? Kurang lahan, Bang?!"

Tak kusangka dan tak aku duga. Aku yang sudah siap ingin menghajarnya, tiba tiba saja di hentikan oleh seorang wanita dewasa dengan kerudung merah marun yang menutupi bagian kepalanya datang, lalu memarahi si Mas Jaka ini dengan cepat.

Tangannya terulur, lalu memegangi telinga si Mas Jaka dengan bringas. Hingga membuat si pemilik telinga itu Meringis kesakitan minta dilepas.

"Aw, aw, aw!" Bisa aku dengar, Mas Jaka beberapa kali meringis kesakitan karena tangan yang menjewer telinganya begitu keras.

"Sakit ya, Bang?! Rasain! Ini akibatnya, karena Abang udah genit sama Neng Siska! Gak tahu diri! Udah tua, bukannya tobat, malah pengen bikin maksiat! Bener bener Abang ini!"

Wah, aku suka ini. Seorang istri datang memergoki suaminya yang sedang menggoda seorang janda, tanpa menyalahkan si wanita.

"Makannya Mas, jangan suka genit sama orang. Inget anak istri di rumah. Mana istrinya ada tiga lagi. Masa sih, mau nambah lagi. Aku sih ogah!" kataku yang terlihat puas saat melihat pemandangan di hadapanku.

Tak ayal, para pembeli yang sedang menikmati nasi goreng buatanku ikut menyaksikan drama rumah tangga, di mana sang istri datang melabrak sang suami yang sedang menggoda seorang janda.

"Iya nih. Udah tua, bukannya insyaf, malah makin menjadi," tambah istrinya yang aku lihat begitu cantik. Berbanding terbalik dengan suaminya yang memiliki paras tidak menarik. sudahlah buncit, hitam, matanya jelalatan lagi!

Hanya satu yang menarik darinya. Yaitu, hartanya.

Haduuuuh! Sabar bener yang jadi istri pertamanya ini.

"Ayo, Bang. Pulang! Kalo Abang masih genit aja, adek potong nanti pisangnya, biar gak bisa bercocok tanam. Mau!"

Wadaw!

Bibirku meringis. Ancamnya sungguh membuat nyali si Mas Jaka ini kritis.

Bagus! Laki model dia, memang pantas diancam seperti itu. Biar tahu diri sedikit.

"Jangan dong, Dek. Kalau pisang Abang di potong. Nanti, kalian bertiga gimana? Gak sayang emang, sama Abang?!"

Dih, apa itu? Kulihat laki buncit itu merengek pada istrinya yang cantik. Lama lama, mual juga aku lihatnya.

"Gak peduli! Sekarang, ayo pulang?! Kalau enggak mau, Adek beneran potong pisang Abang!" ancamnya dengan garang.

Aku merinding. Iiih, seram!

"Kenapa kamu? Lagi bayangin pisang tetangga ya?"

Lamunanku yang panjang buyar. Seketika mataku mengerjap saat kudengar Dewi bertanya.

Aku kira, masalah semalam cukup dengan istri pertamanya Mas Jaka aja. Eh, taunya ..., kedua kedua istrinya yang lain malah datang dan memperpanjang masalah denganku. Padahal, yang genit kan suami mereka. Bukan aku.

Dan apa katanya barusan? Aku lagi bayangin pisang tetangga? Idih, enggak!

Enak aja dia menuduh! Mending seger, ini alot.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status