Beranda / Romansa / Status Talak di FB Suamiku / Kontak Bernama Nagita

Share

Kontak Bernama Nagita

Penulis: Novi Aprilia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-27 10:54:58

Ruang tamu rumahku terasa panas. Padahal AC dalam posisi menyala. Kulirik ke segala arah, kedua keluarga sudah berkumpul dalam satu ruangan. Tak ada pembicaraan. Hening. Sebelah kanan ada ibu kandungku dan sebelah kiri posisi ibu mertua. Ah! Masih pantaskah aku menyebutnya ibu mertua. Talak sudah putranya ucapkan. Aku sudah menjadi bekas madunya. 

Di depanku sudah ada Bapak, Mas lukman, Mbak Tari, Mbak Aisyah dan juga suami. Tak ketinggalan Ali dan istri yang cantik dan baik budi. Mereka semua hidup bahagia tanpa masalah. Aku iri, kehidupan yang lengkap dan sempurna. 

"Ali, tolong panggilkan Mas Gilang. Kenapa dia lama sekali. Kasian Bapak dan Ibu sudah jauh datang, bukannya istirahat malah harus ditahan di sini," ujar Ibu pada Ali. Tanpa membantah lelaki berhidung mancung itu melangkah menaiki tangga. 

"Sebenarnya ini bagaimana ya, Bu. Dua hari yang lalu Nia bilang akunnya gilang di apaain itu namanya?"

"Dihack, Bu," jawab Mbak Aisyah.

"Iya, begitulah. Kenapa kemarin ada video pernikahannya?" tanya Bapak pada mertuaku.

Ibu mertua menghela napas berat. Bibirnya bergerak. Namun, tak ada suara yang keluar. Melihat hal itu, Mbak Aisyah langsung mengambil alih pembicaraan.

"Maaf sebelumnya, Pak. Kami juga tidak paham dengan prahara apa yang melanda rumah tangga mereka. Karena, ketika kami tanyakan pada Nia. Dia mengatakan semuanya baik-baik saja ...."

"Kalau sama Gilang?" sela ibu kandungku.

"Itulah yang mau kita dengar, Bu. Sejauh ini, adik saya itu belum bicara apa-apa," ungkap Mbak Aisyah. 

Bapak terlihat tak tenang. Berulang kali membuka peci dan memakainya kembali. Lain hal dengan Mas Lukman yang fokus dengan gawai di tangan. Mbak Tari juga memilih diam. 

"Benaran, kamu tidak berantem sebelumnya, nduk?" tanya Bapakku. Sorot matanya menampakkan kesedihan.

"Tidak, Pak. Kami jarang bertengkar. Hampir tak pernah, Pak," kilahku.

"Lha, kenapa tiba-tiba bisa kek gini, nduk?" tanya Bapak heran. 

"Aku juga nggak tahu, Pak," balasku. 

Kenapa Mas Gilang lama sekali. Huufh! Otakku tak mampu berpikir jernih. Diriku ibarat masuk labirin yang kecil dan gelap. Di setiap tikungan yang berbelok ada bermacam peristiwa menyakitkan. Ibu mengengam jemariku erat. Mertua tak kalah perhatian mengusap pundakku pelan. Pokoknya aku korban dalam ketidakadilan ini. 

"Itu gilang!" seru Mbak Aisyah. Kami semua menoleh ke arah yang sama. 

Ya Allah, lelaki itu semakin terlihat tampan. Ah! Meski ada beberapa lebam biru. Namun, aku masih tergila-gila dengannya. Bagaimana mungkin aku sanggup melepasnya begitu saja. Parasnya, hartanya, sungguh mengoda imanku.

Mas Gilang melangkah santai, mendekati Bapak. Diraih tangannya dan dicium takzim. Begitu pada ibuku dan ibunya. Namun, dia memasang wajah acuh saat netra kami beradu.

"Lho, wajah Gilang dan Lukman kok sama memarnya, kenapa?" tanya ibuku. 

"Biasa, Pak. Kami baru siap latihan tinju," jawab Mas Gilang. Kami yang menyaksikan pertarungan sengit mereka, hanya mampu saling pandang. 

Mas Gilang duduk di sofa di hadapanku. Posisinya dekat dengan Bapak dan Mas Lukman. Bapak kelihatannya masih ragu dengan ucapan mantan menantunya. 

"Pak, Bu, Gilang sudah menceraikan Nia dengan talak tiga, dua hari yang lalu," ungkap Mas Gilang. Jemarinya dijalin satu sama lain. Walau dia terlihat tenang. Aku tahu, dia gelisah. 

"Kenapa, Mas? Kenapa kamu mempermalukanku sekeji itu?" tanyaku pelan. Aku tidak ingin meninggikan suara. Harus terkesan anggun dan sopan di depan kedua belah keluarga. 

"Benar, kenapa kamu melakukannya di media sosial? Seluruh dunia orang melihatnya. Ini perbuatan yang salah, Gilang. Seluruh keluarga kita malu dengan hal ini. Dampaknya sangat buruk. Ditambah dengan video pernikahan kemarin. Boomerang untuk diri kamu sendiri dan orang lain," Ibuku berusaha tenang dalam bicara. Meski, aku tahu hatinya hancur karena hal ini. 

"Karena, Bagi Gilang itu hukuman yang pantas untuk Nia," jawabnya santai. 

Tangan Mas Lukman bergerak. Namun, Mbak Tari segera memeluknya. Ali juga terlihat geram dengan jawaban Kakaknya. 

"Apa yang aku lakukan, Sehingga kamu menghukumku seperti ini, Mas? Apa?" tanyaku tak sabar. 

"Sabar, nduk. Pelan-pelan," bisik Ibu.

"Benar, Gilang. Apa yang putriku lakukan, hingga kamu menghukumnya serendah itu?" Nada bicara Bapak mulai berubah. Orang tua mana yang tak kecewa melihat putrinya ditalak dengan alasan tak jelas. 

"Jawabannya ada pada Nia, Pak, Bu," jawab Mas Gilang seraya menunjuk ke arahku. 

Mereka semua menatapku, sorot mata mereka seakan meminta penjelasan kepadaku. 

"Mbak, ada apa sih? Dari tadi Mas Gilang selalu bilang permasalahan ada pada Mbak. Sebenarnya ada apa?" tanya Ali geram. Istrinya memberi kode untuk diam.

"Kenapa kalian saling lempar kesalahan seperti ini?" timpal ibu mertua. 

"Aku yakin, dia tidak ingat akan kesalahannya. Entah lupa atau pura-pura lupa," sindir Mas Gilang. Pandangannya di lempar jauh ke depan. Entah apa yang menjadi objek penglihatannya. 

"Ya Allah, kalian kenapa jadi begini? Dewasa sedikit. Katakan apa yang terjadi?" Mas Lukman tak sabar dengan teka-teki yang Mantan suamiku berikan. 

"Katakan Gilang! Apa yang Nia lakukan. Bapak tidak suka bertele-tele seperti ini!" tegas Bapak. Dia mulai tak tenang. Beberapa kali merubah posisi duduk. 

Air mata kembali lolos ke pipi. Apa yang harus kukatakan pada mereka semua. Aku meraung histeris membuat kedua wanita yang kucintai ikut menangis bersamaku.

"Pak, bukankah membuka aib seseorang itu tidak bagus. Dilarang dalam islam__"

"Ah! Kamu, Mas! Kebanyakan ilmu makanya gini. Terus kelakuan kamu mengumbar talak di media bukan aib?" tanya Ali berani. 

"Kamu pikir, setelah talak itu kamu tulis di media sosial, pikiran orang akan positif pada keluarga kita?" serang Mbak Aisyah. Wajahnya terlihat memerah menahan amarah. 

"Mas kecewa padamu," ucap Mas Lukman. 

"Semua tenang, semua orang akan berubah pendapatnya ketika hal sebenarnya kita ungkap ke media. Namun, aku masih ragu. Karena itu aib orang lain," papar Mas Gilang. 

Bapak bangkit, dia meraih kerah baju mantan menantunya. Anggota keluarga berusaha melerai. Bapak merasa dipermaikan oleh lelaki yang selama ini dia hormati dan sayangi. 

"Nia, cepat katakan pada mereka tentang yang sebenarnya yang terjadi?!" Mas Gilang menatapku dingin. Tatapannya sedingin balok es di kutub utara. 

"Apa yang harus aku katakan? Sekarang yang ada aku hamil dan kamu menalakku sepihak tanpa pemberitahuan." Aku bersikukuh tidak melakukan kesalahan. 

"Baik, kalau kamu tidak mau menjawab. Aku rasa permasalahan kita selesai. Kamu sudah aku ceraikan dan aku tak perlu mengumbar kesalahanmu. Sekarang apa mau_mu?" 

"Aku mau kita rujuk kembali," jawabku lantang. 

"Tidak bisa. Talak tiga Nia __"

"Aku bisa menikah dengan orang lain, setelah itu akan kembali bersamamu__"

"Dengan siapa? Dengan orang yang bernama Nagita di kontak gawaimu???

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Heni Setianingsih
selanjutnya.
goodnovel comment avatar
Novi Aprilia
keren banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Status Talak di FB Suamiku   Plan B

    Suasana hening, Nia fokus pada pikirannya yang sulit diurai, sementara Lukman membiarkan Nia tenang sebelum melanjutkan ucapannya. "Sampai kapan ini akan berakhir, Mas?" lirih Nia pelan."Mas tidak menyangka bahwa Gilang belum berhenti untuk merebutmu dari Khanif. Mas bingung mikirin cara agar kita semua hidup tenang," keluh Lukman. Keduanya seakan terperangkap pada beban tanpa ujung. "Bukankah Gilang akan menikah dengan Maya dalam waktu dekat?" selidik Nia. "Menikahi Maya sahabat SMA Khanif?" Lukman mencoba memastikan karena ia belum menerima kabar apa pun tentang hal ini. "Iya, Mas. Aku mendengar hal tersebut dari Maya kemarin. Namun, aku tidak yakin mereka menikah karena cinta." Nia berspekulasi. "Mas akan bicara kepada Gilang mengenai hal ini, perkara perusahaan Khanif yang disabotase Gilang untuk sementara tolong rahasiakan dari Khanif, jangan sampai pikirannya kembali terbeban. Mas akan cari cara agar Khanif tidak tahu bahwa Gilang merupakan dalang dari ini semua," tukas Lu

  • Status Talak di FB Suamiku   Lagi-lagi Gilang

    "Mbak mau kita tinggal serumah?" tanya Daffa yang terkejut dengan permintaan Nia. Nia mengangguk pelan, bola matanya menatap lurus ke arah jalanan yang disesaki bermacam jenis mobil dan sepeda motor. "Ada apa? Kenapa mendadak?" tanya Daffa. Lelaki muda itu merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakak tercintanya. "Nggak ada apa-apa, pengen kamu dekat sama Mbak saja. Lagian kamu selama ini sendiri," jawab Nia. Dia masih mencoba menyembunyikan prahara yang merudungnya. "Iya sih, aku sendiri semenjak abang kerja keluar negeri." Daffa membenarkan ucapan Nia. "Jadi tidak ada penolakan, kamu setuju, 'kan?" Nada bicara Nia terdengar mendesak. "Sudah ada izin dari Mas Khanif?" "Sudah, makanya Mbak berani." Nia berbohong pada Daffa. Padahal, Khanif tidak memberikan izin secara jelas akan permintannya. Daffa tersenyum tipis, kedua tangannya tiba-tiba membingkai wajah Nia. "Mbak bahagia dengan Mas Khanif?"Nia menghela napas sejenak, berat untuk menjelaskan gejolak perasaannya saat

  • Status Talak di FB Suamiku   Tidak Pernah Aman

    "Beneran Maya mau menikah dengan Mas Gilang?" tanya Nia pada Khanif. Khanif menoleh sejenak, lalu fokus pandangan ke depan. Posisinya sedang mengemudi mobil dalam kecepatan cepat karena memburu waktu agar segera sampai ke rumah yang mereka tempati sekarang. "Nggak tahu, Sayang. Memangnya kenapa, cemburu?" tanya Khanif datar. Intonasi suara seakan orang kesal jelas memekik di telinga Nia. "Cemburu? Atas dasar apa?" tanya Nia seraya merebahkan kepalanya ke bahu sang suami. Tatapannya fokus menatap wajah tampan Khanif yang nyaris tanpa ekspresi. "Ntah, mungkin belum bisa move on," ketus Khanif. Nia hendak tertawa, tapi diurungkan. Wanita cantik itu enggan memantik emosi sang suami yang sedang tidak mood diajak bercanda. Nia memuji Khanif setinggi bintang di langit, membelai pelan dada bidang sang suami seraya menghitung kancing kemeja yang membalut tubuh kekarnya. Ya, walaupun ototnya sudah mulai hilang karena sudah sangat jarang olahraga. "Jangan dipikirkankan, aku hanya bertanya,

  • Status Talak di FB Suamiku   Panggil aku "Mbak Maya"

    Hening menyelimuti ruang privat milik Lukman di lantai paling atas bangunan pencakar langit miliknya. Ruang itu digunakan untuk acara penting dengan tamu yang tentunya khusus dan spesial. Lukman duduk bersila di depan Khanif dan Nia, tidak bicara. Namun, tatapan matanya tertuju pada Khanif yang sibuk menatap indahnya hamparan puncak gunung dari balik kaca gedung. "Apakah kalian datang hanya untuk berdiam diri?" Lukman bertanya dengan nada santai. "Begini, Mas. Khanif ...," Ucapan Nia terjeda karena Khanif berdehem dengan sorot mata tajam ke arahnya. "Mas Khanif setuju bekerja di perusahaan Mas Lukman." Nia menambah embel Mas di belakang nama Khanif. Hampir saja ia melupakan perjanjian mereka sebelumnya. Lukman yang menyadari adanya progres dalam hubungan sang adik hanya mampu mengulum senyum bahagia. "Apakah yang disampaikan Nia itu benar?" "Iya, Mas," jawab Khanif singkat. "Sejak kapan kamu pelit bicara? Apakah Nia sekarang menjadi juru bicara kamu?" goda Lukman dengan tawa r

  • Status Talak di FB Suamiku   Mas!

    Trauma, Nia harap rasa itu segera menghilang dalam diri Khanif. Dia sudah tidak sabar mereguk indahnya jalinan cinta yang semestinya. Dia mulai bosan kala aktivitas malam hanya berbaring tanpa cerita mesra. Terkadang, sisi buruk mengajaknya untuk menyerah. Namun, sisi baik selalu menjadi penengah. "Sayang, bangun! Katanya mau jenguk ibu, kok tidur lagi?" Nia menatap wajah Khanif yang kembali terlelap. Wanita cantik itu baru saja keluar kamar mandi, tubuhnya dibalut handuk putih yang menutupi area dada sampai pangkal paha. "Sayang, bangun, Sayang," desah Nia manja. Perlahan tangannya menyentuh pipi Khanif. Ekpresi wajah Nia langsung berubah. Wajah Khanif terasa panas. "Astaghfirullah! Kamu sakit, Mas?!" pekik Nia. Jemari Nia berpindah ke dahi Khanif. "Mas, sakit, ya!" "Engh ..., tidak. Aku hanya sedikit pusing." Khanif membuka matanya perlahan. "Ya sudah, Sayang lanjut tidur. Nanti setelah mendingan kita ke rumah sakit. Aku ambilkan kain kompres dulu." Nia terlihat panik. Khanif m

  • Status Talak di FB Suamiku   Ingin Hamil

    Nia duduk di depan cermin rias, bukan karena ingin meneliti setiap lekuk wajahnya. Namun, memantau Khanif yang duduk di sisi ranjang, layar gawai menyala dalam genggamannya. Namun, fokusnya terpusat ke arah lainnya. Untuk kesekiankalinya Khanif duduk termenung tanpa menghiraukan kehadiran Nia di sampingnya. Perasaan Nia seakan ditarik ulur dengan sikap Khanif yang bisa berubah dengan sangat cepat. Seperti malam ini, harusnya Khanif mengarahkan perhatiannya pada Nia yang sejak tadi berusaha menggoda. Lingerie tipis berenda membalut tubuhnya, setiap lekuk tubuh menguncang birahi. Namun, Khanif diam seolah Nia tidak terlihat oleh pandangannya. Khanif terlalu larut dalam beban pikiran dan melupakan hal indah yang seharusnya dilakukan bersama Nia. "Sayang ...." Panggil Nia lembut.Khanif menoleh dengan begitu cepat, mengulas senyum menawan, mencoba menyembunyikan gumpalan beban yang menyesaki alam pikirannya. Bukannya ia melupakan Nia, tapi ketakutan dan kegelisahannya telah mengikis kew

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status