Share

3. Memberi Makan

Teeet toot teet tott

Sera mengusap matanya saat mendengar suara keras dari jam alarmnya. Saat itulah ia sadar, wajahnya dekat sekali dengan Erta. Sera terkejut dan segera mundur. Tiba-tiba memorinya tentang kemarin kembali, jujur saja Sera merasa kemarin ia sangat gila. Sera masih tidak suka dengan perawakan Erta, ia merinding sendiri. 

Sera kemudian cepat-cepat bersiap untuk sekolah, meninggalkan Erta yang sedang tertidur. Hingga tanpa sadar, Sera lupa untuk memberi makan dan minum untuk Erta. 

***

Erta menguap, ia mengedipkan matanya berkali-kali hingga pandangannya cerah. Erta menolehkan kepala kucingnya menyusuri kamar Sera. Kemudian, ia menyadari bahwa majikannya itu sudah pergi ke sekolah. 

Kruuyukkk

Erta memegang perutnya. Ia merasa lapar. Ia pun bangkit dengan keempat kakinya kemudian melompat ke lantai. Ia menghampiri tempat yang biasa terletak piring makanan dan minuman. Namun, ternyata piring itu kosong. Erta mengedipkan matanya tidak percaya. 

'Apakah dia lupa untuk memberiku makan?'

Erta memejamkan matanya. Tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi begitu cepat. Padahal perutnya sangat lapar karena kemarin hanya diberi makan satu kali. Erta juga tidak berani mencuri makanan karena itulah yang selalu diajarkan sang Ibu kepadanya. 

Erta menghela nafas. Bingung apa yang harus ia lakukan. Ia benar-benar kelaparan, rasanya ia seperti diet saja. Padahal badannya tidak obesitas hingga memerlukan diet. Erta menolehkan kepalanya, berusaha setidaknya menemukan kantong makanan keringnya. Namun, ia gagal menemukannya. 

Erta kemudian menyerah. Ia juga tidak ingin menjadi kucing pencuri makanan. Ia pun mengambil posisi tidur. 

'Lebih baik aku tidur saja hingga Sera kembali dari sekolah nya.'

***

"Sera, kata Nita kamu punya kucing ya sekarang?" Triya bertanya dengan semangat. 

Sera mengangguk kaku. 

"Jantan? Betina? Kalau jantan bagaimana kalau kita besanan hahahaha!" Triya tertawa dengan renyah saat mengusulkan hal tersebut. "Terus, terus, kamu dibelikan ras apa?"

Inilah yang Sera takutkan, ia tidak merasa bahwa kucingnya memiliki garis keturunan ras yang terkenal. Karena itu Sera tidak ingin memamerkannya, tetapi saat itu ia keceplosan bilang kepada Nita bahwa dia punya kucing. 

Sera menggeleng, "aku tidak tau rasnya apa. " Sera berkata dengan jujur. 

Triya mengangguk-angguk. "Okay, jadi kapan aku boleh ke rumahmu? Aku ingin lihat kucingmu!"

Sera terdiam, kemudian saat ia membuka mulutnya untuk menjawab tiba-tiba bel masuk sekolah berbunyi. Sera menghela nafas lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan Triya yang baru saja langsungnpamit menuju kelasnya. Triya memang berada di kelas yang berbeda dengan Sera. 

Sera menompang pipi kanannya dengan tangan kanannya, menghela nafas. Jujur saja ia merasa ada sesuatu yang janggal, seperti ia melupakan sesuatu. Disaat Sera melamun, masuklah sang guru. 

"Selamat pagi, anak-anak."

"Selamat pagi, Bu."

Sera menghentikan lamunannya dan segera fokus ke pembelajarannya di sekolah. Ia terus merasa janggal, namun ia tidak bisa melakukan apapun. Hari ini ia tidak boleh kehilangan fokusnya dan harus belajar dengan tekun. 

***

"Daritadi kamu ngelamunin apa sih, Ser?" Nita bertanya sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. 

Sekarang adalah jam istirahat kedua, yang artinya bel pulang akan berbunyi 3 jam lagi setelah melewati 3 jam. pelajaran nanti. Sera tersentak, ia baru saja kembali dari lamunanya. 

"Aku keliatan banget ya kalau melamun?' tanya Sera. 

Nita mengangguk-angguk, "seperti tidak biasanya kamu tidak tertarik dengan jam pelajaran matematika tadi. Padahal itu bab baru, kamu kan suka sekali jika mempelajari bab baru."

Sera menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "entah mengapa aku merasa seperti melupakan sesuatu. Tetapi, aku tidak tau apa itu."

"Mungkin hanya perasaanmu saja."

Sera mengangguk meski dirinya masih merasakan ketidakyakinan itu. 

***

Selama pelajaran, Sera tidak bisa fokus. Bahkan ia sempat mengabaikan panggilana dari guru bahasa inggrisnya tadi. Beruntungnya, guru tersebut baik dan tau Sera adalah anak teladan, maka ia dimaafkan untuk kali ini. Sera memijit pelipisnya, masih bingung kenapa ia masih merasa tidak enak. 

"Nit, aku pulang duluan ya," pamit Sera. Nita yang masih membersihkan alat tulis dan bukunya hanya mengacungkan jempolnya yang memiliki arti yang sama dengan oke. 

Sera pun dengan sedikit bergegas menuju rumahnya. Ia tidak berlari karena jalanan sangat ramai saat baru pulang sekolah, melainkan hanya berjalan cepat. Di jalan ia bertemu seekor kucing yang membuat Sera mendadak terdiam. Ia sadar sekarang. Tadi pagi ia lupa memberi makan Ray. 

Sera kini sedikit berlari, meski ia tidak menyukai Ray, tapi ia tidak boleh membunuh seekor kucing. Setelah sampai di rumahnya, Sera segera mengeluarkan kunci rumahnya dan membukanya. Sera buru-buru melepas sepatunya dan masuk ke dalam rumah. 

"Ray!"  Sera membuka pintu kamarnya, dan melihat Ray atau Erta yang sedang tertidur dengan pulas. Sera menghela nafas lega. Setidaknya Ray tidak sakit apa-apa. 

Erta yang tadi mendengar teriakan Sera pun membuka matanya, melihat si gadis sedang terengah-engah di depan pintu. Sera berjalan mendekati Erta kemudian mengelusnya lembut, membuat Erta sedikit tersentak. 

"Maafkan aku. Aku lupa memberimu makan, ya?" Sera mengambil makanan kering yang ia taruh di lemari bajunya. 

'Ternyata disimpan di situ,' batin Erta. 

Sera kemudian menuangkan makanan kering tersebut kemudian juga menyediakan minum. Erta dengan semangat melompat menuju makanannya, setidaknya dengan tidur tadi ia tidak terlalu lapar. Sera tersenyum saat melihat Erta yang lahap memakan makanannya. 

'Ah, apa kuberi bonus sebagai permintaan maaf?' Sera kemudian segera keluar dari kamarnya. Erta tidak peduli dengan Sera dan hanya fokus pada makanannya, ia benar-benar kelaparan. 

Sera membuka tudung makanan di meja dan melihat ada ayam goreng di sana. Ia pun mengambil satu paha dan membawanya ke kamarnya. Erta yang sedang sibuk memakan makanan keringnya, sedikit terkejut saat Sera meletakkan ayam goreng di hadapannya. Erta menatap Sera yang sedang memandangnya dengan senyum. 

"Ini sebagai permintaan maafku," kara Sera dengan tulus. 

Erta bisa merasakannya, Sera adalah gadis yang baik. Ia juga bisa merasakan Sera yang panik saat memanggilnya tadi. 

"Padahal kamu tidak salah apa-apa, Ray. Tapi aku seperti terlalu memandang fisikmu." Sera membuka pembicaraan satu arah. "Aku juga tidak tahu mengapa aku sangat ingin kucing yang cantik dan berbulu panjang seperti punya temanku. Padahal orangtuaku pasti merasa aku akan bahagia dengan kamu, Ray." Sera tersenyum miris. "Bukankah aku sangat menjijikkan karena suka melihat melalui fisik?"

Erta hanya terus memakan makanannya, namun sebenarnya ia mendengarkan curahan Sera. 

"Aku ingin mengubah diriku menjadi lebih baik. Mungkin aku bisa memulainya dengan mencoba menyukai mu, Ray. Lagipula orangtuaku pasti berharap aku menyayangimu hingga membuat diriku sendiri bahagia." Sera tersenyum. 

"Ah, aku panik sekali tadi saat teringat belum memberi makan padamu." Sera menghela nafasnya. "Aku tau bagaimana rasanya kelaparan. Dulu orangtuaku selalu lupa diriku ada, sehingga di rumah jarang ada makanan. Dan karena itu, aku sekarang mempunyai maag hahahaha." Sera tertawa kecil. "Sejak saat itu, orangtuaku sangat protektif dan merasa sangat bersalah sering melupakanku. Makanya aku tau apa yang mereka berikan padaku, pasti adalah yang terbaik untukku. Termasuk kamu, Ray."

Erta dalam hati merasa kasihan. Ia kira Sera adalah gadis sempurna yang disayangi orangtuanya hingga ia menjadi manja, makanya ia mengira Sera adalah anak yang pilih-pilih karena dimanja. Namun, ternyata ini hanyalah kesalahpahaman. Sera hanya anak yang terlahir menyukai barang-barang yang cantik, dan ia ingin memperbaiki dirinya untuk tidak selalu pilih-pilih. Sera sadar dan ingin memperbaiki dirinya sendiri. Kenyataan bahwa Erta juga baru sadar bahwa ia jarang sekali bertemu orangtua Sera, memiliki arti bahwa Sera hampir selalu sendiri di rumah ini. Dan sekarang yang akan menemani Sera hanyalah satu, Erta. 

Erta menghentikan makannya. Keempat kakinya berjalan bergantian mendekatk Sera, kemudian ia menempelkan kepalanya ke kaki Sera. 

"Meow."

Air mata Sera menetes. Ia tidak tau mengapa, tetapi ia merasa Ray mengerti dirinya. Dan meongan tadi, Sera merasa Ray sedang menenangkan dirinya. Hingga tanpa sadar air mata Sera menetes. Selama ini ia sendiri di rumah dan sekarang akhirnya ia akan mendapat teman yang akan selalu ada dengannya, Ray, kucingnya. Sera menangis lalu terduduk, ia mengangkat Ray dan memeluknya erat. 

"Mari kita berteman baik mulai sekarang, Ray."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status