Share

Stuck With Cassanova
Stuck With Cassanova
Author: Ursula Maria

Permintaan

"Gue bersedia nikahin elo dengan satu syarat!" ucap Ezar di pertemuan ketiganya dengan Fay. Senyum licik tercetak jelas di wajah pemuda itu.

"Katakan!" jawab Fay cepat seakan tak ingin membuang waktu sia-sia karena berada di dekat Ezar.

Ezar sengaja menjemput Fay di kampusnya dan membawa gadis itu makan siang di sebuah café hanya untuk mengatakan keinginannya kepada Fay Amira. Gadis yang dijodohkan kedua orangnya beberapa minggu lalu.

Dari tempatnya duduk Fay melihat Ezar tersenyum licik padanya. Sumpah, Fay ingin muntah dan memaki pria itu. Tapi apa daya itu hanya keinginan terdalamnya tanpa tahu kapan bisa mewujudkannya.

Pria yang ia tahu hanya berpura-pura menerima perjodohan, padahal mereka sama-sama menolak mentah-mentah diawal pertemuan. Fay masih ingat bagaimana Ezar menyatakan penolakannya dengan cara yang kasar.

Namun, entah mengapa? Beberapa hari yang lalu Ezar berkunjung ke rumah dan mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa  ia bersedia menerima perjodohan itu. Ia akan menikahi Fay seperti yang kedua orangnya inginkan.

Fay sangat terkejut dengan pernyataan Ezar kala itu. Karena yang Fay tahu, Ezar bahkan sempat bertengkar hebat dengan sang Papa demi menolak perjodohan yang menurutnya konyol itu.

Mama dan Papa Fay sangat surpraise mendengar ucapan Ezar. Mereka tidak menyangka Ezar akan berubah pikiran secepat itu.

Fay yang menyaksikan  keduanya  kegirangan menjadi luluh dan tidak tega menolak pria dihadapannya itu. Demi keduanya Faypun menerima Ezar dengan berat hati tentunya.

 Bahkan keduanya tidak mempermasalahkan sikap arogan yang Ezar tunjukkan beberapa hari lalu. Fay  sampai tak habis pikir, bagaimana Mama dan Papanya bisa dengan mudahnya percaya pada putra sahabatnya itu.

Gadis itu sampai berpikir bahwa Ezar memiliki ilmu pengasihan, pelet, susuk atau semacamnya agar setiap orang dengan mudah menunjukkan sikap kasih dan suka kepadanya. Mengerikan jika itu benar adanya, Fay sampai mengedikkan bahunya. Merasa jijik dengan Ezar.

"Hei, cewek...!" panggil Ezar tanpa tendeng aling-aling bahkan mengabaikan sikap lemah lembutnya kepada Fay. 

Ezar seolah lupa jika seorang wanita dimanapun sangat ingin diperlakukan dengan lemah lembut, membuat Fay semakin muak dengan calon tunangannya itu. Padahal di hadapan kedua orang tuanya Ezar selalu menunjukkan sikap santunnya.

"Gue punya nama kali, nama gue Fay bukan cewek atau Hei!" solot Fay  tak mau kalah dengan Ezar.

Ezar hanya terkekeh mendengarnya, cowok itu benar-benar tidak mempedulikan perasaan Fay. 

"Okay ... Fay," ucap Ezar dengan nada kaku.

Karena memang selama dua kali pertemuan keduanya tidak ada interkasi ataupun saling mengenal. Bisa jadi Ezar tidak tahu namanya. Sehingga melafalkan namanya saja begitu kaku.

Faypun mengabaikan dan memaklumi kekakuan calon tunangannya itu, baginya si Ezar bisa memanggil namanya saja sudah sebuah kemajuan. meski masih canggung, bahkan dirinya saja belum bisa memanggil Ezar dengan nyaman.

Interaksi keduanyapun terpaksa,  Fay menerima perjodohan tersebut karena melihat kedua orang tuanya yang begitu antusia dan menyukai Ezar.

Sedangkan Ezar, pria itu menerima perjodohan setelah ceramah panjang lebar dari sang Papa.

Bukan itu saja, sebetulnya Ezar menemukan bukti lain tentang Fay. Sehingga ia mempunya alasan kuat untuk menerima perjodohan tersebut. Namun, tetap saja Ezar melancarkan dramanya.

"Bagaimana? Apa kamu setuju?" ucap Ezar sembari memandang Fay yang masih sibuk melamun.

"Katakan dulu apa itu!" ucap Fay menoleh ke arah Ezar.

Ezar kembali menyeringai, Fay hanya bergidik ngeri. Sungguh,  dalam hati gadis itu hanya dipenuhi negatif thinking kepada Ezar.

"Syaratnya, kita O-N-S-an dulu. Baru gue nikahin elo!" ucap Ezar pelan tetapi menekankan kata ONS dengan tegas dan ringan seakan hal tersebut adalah sesuatu yang biasa.

Senyum licik dan angkuhnya masih menguasai seluruh mimik wajahnya.

"What?" pekik Fay kaget dengan mata membulat penuh.

"You knowlah, apa itu  ONS?" ulang Ezar seolah gadis polos itu sudah terbiasa berpolos-polos ria tanpa etika.

"One Night Stand. Bercinta satu malam denganku!" jelas Ezar karena Fay hanya menatapnya tanpa berkedip.

Bukan karena terpesona tetapi karena geram dan emosi.

"Gue paham dan ngerti maksud elo. Dasar cowok gak ada akhlaq," umpatnya.

Ezar terkekeh mendengar makian Fay.

"Dasar cowok gila," maki Fay dalam hati.

"Udah nyebelin sekarang brengsek pula," sambung Fay lagi masih memaki dalam hati.

Iya, hanya dalam hati mengingat mereka kali ini masih di tempat umum. Lagi pula siapa yang berani membantah ucapan Ezar.

Pemilik Aji Company itu sanggup melakukan apapun kepadanya. Sehingga saat ini Fay hanya bisa bersiaga dan waspada terhadap semua ulah yang akan pria muda itu tujukan padanya.

"Udahlah, aku yakin kamu nanti bakal ketagihan dan candu," bisik Ezar sembari menghembuskan napasnya ke telinga gadis polos itu.

Tubuh Fay meremang mendadak, kulitnya merinding. Saat Ezar dengan sengaja memberi Fay napas buatan yang menggoda ke gadis itu.

"Gimana sensasinya?" bisik Ezar.

"Gue yakin tubuh elo udah bereaksi," Fay melotot seketika ke arah Ezar.

Ezar kembali menanggapi Fay dengan santai seolah semuanya wajar saja.

“Muka elo lucu tau gak kalo pas tegang gini. Gue jadi pengen cepet-cepet,” bisik Ezar tanpa difilter, senyumnya tersu mengembang membayangkan kemenangan telak yang akan ia peroleh.

“Keterlaluan cowok ini, pengen gue bejek-bejek aja biar dia tahu rasanya dikuliti tanpa senjata,” umpat Fay dalam hati.

“Fay, tatap gue!” titah Ezar.

“Ngapain gua harus natap elo?” untuk pertama kalinya Fay berbicara dengan nada tinggi kepada Ezar.

“Owh... oh… calon istri aku udah berani rupanya,” ledek Ezar.

“Gue jadi semakin gak sabar, elo pasti luar biasa di atas ranjang!” Ezar menatap tajam kea rah Fay.

Sejenak gadis itu meremang mendapat tatapan elang Ezar. Beruntung Fay bisa segera menguasai diri.

Dengan berani iapun menatap balik Ezar. Pandangan mata keduanya bertemu di satu titik.

Dua tatapan yang tentu saja berbeda. Ezar dengan tatapan santainya sedangkan Fay dengan tatapan geramnya.

Seorang waitress datang mengantar pesanan mereka, seketika suasana tegang milik Fay dan mesum milik Ezar lenyap seketika.

“Makasi…,” ucap Ezar dan Fay bersamaan.

“Silahkan dinikmati,” balas sang waitress dengan ramah ia tidak peduli dengan suasana yang baru saja terjadi meskipun ia melihat, tetapi berpura-pura tidak tahu adalah yang terbaik.

“Makanlah dulu, karena melawanku juga butuh tenaga!” pemuda itu menyodorkan menu yang dipesan Fay dengan tangan kananya.

Faypun menerima tanpa membantah. Bagi Fay pantang menolak makanan, tetapi saja ia masih menunjukkan senyum masamnya kepada pria yang katanya calon suaminya itu.

“Senyumlah dikit!” goda Ezar melihat sneyum Fay.

Gadis itu hanya menatap sekilas Ezar lalu kembali fokus ke makanannya tidak peduli dengan ucapan Ezar daripada nafsu makannya hilang.

“Fay, gue masih menunggu jawaban elo. Semakin cepat elo jwab semakin cepet kita nikah. Semakin lama elo jawab semakin lama juga kita nikah. Terserah elo pilih yang mana?” bisik Ezar sesaat sebelum Fay keluar dari mobilnya setelah makan siang.

“Cowok gelay.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status