Share

Tentang Ezar

 “Kamu benar-benar membuat Papa malu, Zar!” geram Guntur.

“Mau kamu itu apa?” sambung Guntur masih dengan nada tinggi.

Ezar duduk dengan posisi lebih nyaman sebelum menjawab pertanyaan dari Papanya.

“Biarkan Ezar mencari pasangan hidup sendiri!” jawab Ezar tanpa takut.

“Apa papa harus menjadi egois hanya demi seorang menantu?” sambung Ezar. Anak sulung pasangan Guntur dan Shafiyah itu sudah memikirkan matang-matang kalimat demi kalimat yang akan ia ucapkan untuk membantah permintaan sang Papa.

“Terus selama itu kamu akan bermain-main dengan banyak wanita di luaran sana!” geram sang Papa kembali.

Pria itu sudah terlalu banyak menerima laporan bagaimana perilaku putranya di luar yang selalu berganti-ganti wanita setiap malam.

“Zar, usia kamu sudah tidak muda lagi! Ikutilah perintah Papa dan Mama kali ini!” seru Guntur di tengah keputusasaannya.

Ezar terdiam tidak menghiraukan ucapan sang Papa. Karena saat ini ia masih belum siap terikat dengan ikatan apapun, Ezar masih ingin mneikmati kehidupan bebasnya bersama puluhan wanita seksi di manapun tanpa perlu merasa ada tanggung jawab.

Baginya cukup dengan mentransfer sejumlah uang ke rekening mereka untuk memuaskan hasrat kelelakiannya.

“Papa tidak mau tahu. Mau tidak mau. Setuju atau tidak kamu harus tetap menikah dengan putri sahabat Papa,” putus Guntur sambil berlalu dari hadapan Ezar.

“Siapa sih calon istri aku?” gumam Ezar dalam hati.

“Kenapa Papa sampai ngotot banget? Apa istimewanya dia?” Ezar yang mulai kepo kembali menemui papanya.

“Pa…” panggil Ezar begitu berada di ruang tengah di mana sang papa sedang duduk dengan kepala di letakkan di penyangga sofa setelah menyuarakan keputusan egoisnya.

Pandangannya menatap ke langit-langut rumahnya, napasnya naik turun dengan cepat seolah menahan sesuatu.

Mendengar ada yang memanggil, Guntur menegakkan tubuhnya.

“Kenapa lagi?” ucap Guntur dengan sinis.

“Pa…” sahut Ezar.

“Kalo hanya untuk menolak, sebaiknya tinggalkan Papa. Biarkan Papa sendiri,” maki Guntur kepada putranya itu.

“Pa…! dengerin Ezar dulu!” mohon Ezar begitu Guntur berpaling darinya.

“Siapa nama gadis itu?” tanya Ezar cepat sebelum Papanya benar-benar meninggalkan dirinya. Sehingga yang tersisa hanya penyesalan dirinya.

“Fay… Fay Amira,” jawab Papa Ezar sembari menoleh ke belakang seakan ingin tahu bagaimana reaksi putranya begitu ia mneyebut nama gadis yang akan dijodohkan dengannya itu.

“Fay…” gumam Ezar lirih seolah mengingat sesuatu.

***

“Bos…!”panggil seseorang berjaket dan berkacamata hitam yang masuk ke ruangan Ezar begitu saja bahkan tanpa mengetuk pintu.

“Gimana. Den?” tanpa terkejut sedikitpun Ezar menatap pemuda yang ia panggil Den itu.

Pemuda berusia sekitar dua puluh limaan itu menarik kurdi di depan Ezar dan memasang aksi gagahnya. Melepas kacamata dna jaket hitamnya dengan elegan.

Ezar hanya menunggu dengan sabar. Hingga Si Den menyelesaikan aktifitasnya.

“Namanya Fay Ameera,” ucap Den tanpa ditanya begitu ia selesai melepas semua atributnya.

“Itu aku udah tahu dodol. Informasi yang lain!” kali ini Ezar sedikit tidak sabar menunggu laporan pemuda yang sengaja ia bayar untuk mencari informasi tentang Fay.

Sehari setelah ia mengetahui nama gadis yang dijodohkan dengannya. Ezar segera meminta bantuan Deni untuk mencari informasi apapun tentang gadis itu.

Ezar hanya ingin memastikan sesuatu tentang Fay. Tentang enam belas tahun lalu.

Sehari setelah sang ibu wafat, tiba-tiba Papanya membawa seorang wanita bernama Shafiya yang sekarang menjadi Mamanya.

Betapa hancur dan terlukanya hati Ezar kecil saat itu, mnegetahui sang Papa yang ia cintai ternyata memiliki wanita lain selain mendiang Mama Echa, ibu kandungnya.

Ezar kecil yang belum bisa menerima kehadiran Shafiyah, setiap pulang sekolah hanya bisa duduk berlama-lama di halte tanpa ada niatan pulang. Karena ia merasa rumahnya bukan lagi miliknya.

Di rumah yang penuh kenangan dengan sang Mama kini dikuasai wanita lain yang harus ia akui sebagai Mama juga.

Ezar kecil tidak mau dan tidak ingin posisi Mama Echa digantikan siapapun. Karena itulah ia sengaja selalu pulang terlambat hanya untuk menghindari berlama-lama dengan sang Mama gadungannya.

Hingga suatu ketika seorang gadis cilik yang mengaku bernama Fay. Mendatanginya. Memergokinya yang sedang menangis.

Ezar masih mengingat bagaimana Fay kecilnya mengatakan kalau diirnya harus kuat. Gadis itu bahkan berjanji akan datang kembali esok.

Entah mengapa Ezar percaya dengan gadis cilik berusia lima tahun itu. Sikap centil dan cerianya sudah mencuri sedikit sisi hatinya.

Namun, Ezar tidak pernah lagi bertemu gadis bernama Fay itu. Fay tidak pernah lagi muncul dihadapannya. Padahal setiap hari ia menunggu kehadiran Fay cili di halte.

Yang Ezar tahu tentang Fay ciliknya adalah waktu itu ia mengenakan seragam TK yang ada di sebelah sekolah dasarnya.

Sampai ia lulus sekolah dasar enam bulan kemudian, Fay tidak pernah lagi muncul di hadapannya. Fay seolah menghilang begitu saja.

Bahkan ia sempat mencari gadis cilik itu di TK tempatnya sekolah. Namun, ia tidak menemukannya.

Fay seolah sengaja dikirim sesaat oleh Tuhan agar dirinya bisa bangkit dari keterpurukan. Karena setelah ucapan dari gadis cilik misterius itu, Ezar berusaha menerima keadaannya.

Ezar mulai menerima kehadiran Mama Shafiyah tanpa melupakan Mama Echa. Ternyata wanita itu tidak sejahat ibu tiri Cinderella, Mama Shafiyah sangat menyayanginya.

Walaupun tak bisa dipungkiri acapkali ia mendapat cibiran sebagai pelakor dari warga atau bahkan keluarga almurhumah Mama Echa. Namun, Mama Shafiyah berusaha tegar dan kuat dihadapan Ezar.

Ezar juga tahu bagaimana sedihnya sang Mama sambung mendapat cibiran tersebut, ia bahkan pernah memergoki wanita menangis sesenggukan di pelukan sang Papa karena merasa tidak kuat dan ingin menyerah dengan semua hinaan yang ia terima.

Sejak itu juga, Ezar berusaha menjadi anak yang baik untuk keduanya. Namun, tetap saja terkadang ia masih belum terima dengan sang Papa yang menduakan Mama Echa tercintanya sampai akhir hayatnya bahkan mendiang tidak pernah berkeluh kesah tentang Papa yang sudah memiliki wanita lain.

Yang Ezar kecil tahu, Sang Mama seringkali menangis setiap selesai salat. Bahkan setahunya Mama Echa dan Papa Guntur sudah tidak lagi sekamar, meski mereka masih serumah.

Namun, Ezar kecil yang tidak tahu apapun menganggap masih wajar. Sedikit yang dipahami anak berusia sembilan tahun tentang hubungan suami istri.

Meski tidak sekamar tetapi Mama masih melayani kebutuhan fisik Papa Guntur denagn baik. Membuatkan sarapan, mencuci pakaiannya bahkan menyiapkan keperluannya ke kantor.

Andai saja ia tahu perselingkuhan Papa sejak awal, ia pasti akan menjaga Mama Echa lebih baik. Ia takkan membiarkan Mama Echa sedih sendiri. Bahkan sakit yang di derita Mama Echa sedikit banyak karena ulah sang Papa.

Andai ia harus dendam, yang harus ia balas adalah sang Papa. Sampai saat inipun ia masih menyimpan sakit hatinya kepada sang Papa.

Ezar tumbuh menjadi remaja lepas kontrol. Ia mengisinya dengan bermain dengan banyak wanita manapun. Karena kepiawaiannya merayu dan pengalamannya ia dijuluki cassanova.

Entah sudah berapa banyak wanita yang ia jadikan pelampiasan. Tidak ada satupun yang akan bertahan lebih dari semalam.

Berganti pasangan bukanlah hal tabu bahkan kedua sahabatnya Kenza dan Nevan banyak berguru padanya jika berurusan dengan wanita.

Sedangkan sang Papa sibuk dengan Mama Shafiyah dan kedua adiknya. Dirinya seolah tersingkirkan sesaat.

Sang Cassanova tampak menghela napas panjang dan dalam seolah melepas semua beban dan penatnya.

Ditatapnya kembali sang mata-mata sewaannya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status