Fay dan Ezar yang semula menolak perjodohan, akhirnya luluh dan menerima. Namun, siapa sangka ternyata Ezar memiliki niat lain kepada Fay. Ezar menginginkan bercinta satu malam bersama Fay sebelum menikah. Fay yang tidak tega dengan kedua orang tuanya karena saking bahagianya karena Ezar menerima perjodohan keduanya merasa tidak ada pilihan selain menerima syarat dari Ezar. Namun, Fay bukanlah gadis yang menerima begitu saja. Faypun akhirnya mengajukan syarat balik kepada Ezar. Apalagi setelah tahu bahwa Ezar adalah seorang cassanova, semakin menyakinkan Fay untuk mengajukan persyaratanya.
Lihat lebih banyak"Gue bersedia nikahin elo dengan satu syarat!" ucap Ezar di pertemuan ketiganya dengan Fay. Senyum licik tercetak jelas di wajah pemuda itu.
"Katakan!" jawab Fay cepat seakan tak ingin membuang waktu sia-sia karena berada di dekat Ezar.
Ezar sengaja menjemput Fay di kampusnya dan membawa gadis itu makan siang di sebuah café hanya untuk mengatakan keinginannya kepada Fay Amira. Gadis yang dijodohkan kedua orangnya beberapa minggu lalu.
Dari tempatnya duduk Fay melihat Ezar tersenyum licik padanya. Sumpah, Fay ingin muntah dan memaki pria itu. Tapi apa daya itu hanya keinginan terdalamnya tanpa tahu kapan bisa mewujudkannya.
Pria yang ia tahu hanya berpura-pura menerima perjodohan, padahal mereka sama-sama menolak mentah-mentah diawal pertemuan. Fay masih ingat bagaimana Ezar menyatakan penolakannya dengan cara yang kasar.
Namun, entah mengapa? Beberapa hari yang lalu Ezar berkunjung ke rumah dan mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa ia bersedia menerima perjodohan itu. Ia akan menikahi Fay seperti yang kedua orangnya inginkan.
Fay sangat terkejut dengan pernyataan Ezar kala itu. Karena yang Fay tahu, Ezar bahkan sempat bertengkar hebat dengan sang Papa demi menolak perjodohan yang menurutnya konyol itu.
Mama dan Papa Fay sangat surpraise mendengar ucapan Ezar. Mereka tidak menyangka Ezar akan berubah pikiran secepat itu.
Fay yang menyaksikan keduanya kegirangan menjadi luluh dan tidak tega menolak pria dihadapannya itu. Demi keduanya Faypun menerima Ezar dengan berat hati tentunya.
Bahkan keduanya tidak mempermasalahkan sikap arogan yang Ezar tunjukkan beberapa hari lalu. Fay sampai tak habis pikir, bagaimana Mama dan Papanya bisa dengan mudahnya percaya pada putra sahabatnya itu.
Gadis itu sampai berpikir bahwa Ezar memiliki ilmu pengasihan, pelet, susuk atau semacamnya agar setiap orang dengan mudah menunjukkan sikap kasih dan suka kepadanya. Mengerikan jika itu benar adanya, Fay sampai mengedikkan bahunya. Merasa jijik dengan Ezar.
"Hei, cewek...!" panggil Ezar tanpa tendeng aling-aling bahkan mengabaikan sikap lemah lembutnya kepada Fay.
Ezar seolah lupa jika seorang wanita dimanapun sangat ingin diperlakukan dengan lemah lembut, membuat Fay semakin muak dengan calon tunangannya itu. Padahal di hadapan kedua orang tuanya Ezar selalu menunjukkan sikap santunnya.
"Gue punya nama kali, nama gue Fay bukan cewek atau Hei!" solot Fay tak mau kalah dengan Ezar.
Ezar hanya terkekeh mendengarnya, cowok itu benar-benar tidak mempedulikan perasaan Fay.
"Okay ... Fay," ucap Ezar dengan nada kaku.
Karena memang selama dua kali pertemuan keduanya tidak ada interkasi ataupun saling mengenal. Bisa jadi Ezar tidak tahu namanya. Sehingga melafalkan namanya saja begitu kaku.
Faypun mengabaikan dan memaklumi kekakuan calon tunangannya itu, baginya si Ezar bisa memanggil namanya saja sudah sebuah kemajuan. meski masih canggung, bahkan dirinya saja belum bisa memanggil Ezar dengan nyaman.
Interaksi keduanyapun terpaksa, Fay menerima perjodohan tersebut karena melihat kedua orang tuanya yang begitu antusia dan menyukai Ezar.
Sedangkan Ezar, pria itu menerima perjodohan setelah ceramah panjang lebar dari sang Papa.
Bukan itu saja, sebetulnya Ezar menemukan bukti lain tentang Fay. Sehingga ia mempunya alasan kuat untuk menerima perjodohan tersebut. Namun, tetap saja Ezar melancarkan dramanya.
"Bagaimana? Apa kamu setuju?" ucap Ezar sembari memandang Fay yang masih sibuk melamun.
"Katakan dulu apa itu!" ucap Fay menoleh ke arah Ezar.
Ezar kembali menyeringai, Fay hanya bergidik ngeri. Sungguh, dalam hati gadis itu hanya dipenuhi negatif thinking kepada Ezar.
"Syaratnya, kita O-N-S-an dulu. Baru gue nikahin elo!" ucap Ezar pelan tetapi menekankan kata ONS dengan tegas dan ringan seakan hal tersebut adalah sesuatu yang biasa.
Senyum licik dan angkuhnya masih menguasai seluruh mimik wajahnya.
"What?" pekik Fay kaget dengan mata membulat penuh.
"You knowlah, apa itu ONS?" ulang Ezar seolah gadis polos itu sudah terbiasa berpolos-polos ria tanpa etika.
"One Night Stand. Bercinta satu malam denganku!" jelas Ezar karena Fay hanya menatapnya tanpa berkedip.
Bukan karena terpesona tetapi karena geram dan emosi.
"Gue paham dan ngerti maksud elo. Dasar cowok gak ada akhlaq," umpatnya.
Ezar terkekeh mendengar makian Fay.
"Dasar cowok gila," maki Fay dalam hati.
"Udah nyebelin sekarang brengsek pula," sambung Fay lagi masih memaki dalam hati.
Iya, hanya dalam hati mengingat mereka kali ini masih di tempat umum. Lagi pula siapa yang berani membantah ucapan Ezar.
Pemilik Aji Company itu sanggup melakukan apapun kepadanya. Sehingga saat ini Fay hanya bisa bersiaga dan waspada terhadap semua ulah yang akan pria muda itu tujukan padanya.
"Udahlah, aku yakin kamu nanti bakal ketagihan dan candu," bisik Ezar sembari menghembuskan napasnya ke telinga gadis polos itu.
Tubuh Fay meremang mendadak, kulitnya merinding. Saat Ezar dengan sengaja memberi Fay napas buatan yang menggoda ke gadis itu.
"Gimana sensasinya?" bisik Ezar.
"Gue yakin tubuh elo udah bereaksi," Fay melotot seketika ke arah Ezar.
Ezar kembali menanggapi Fay dengan santai seolah semuanya wajar saja.
“Muka elo lucu tau gak kalo pas tegang gini. Gue jadi pengen cepet-cepet,” bisik Ezar tanpa difilter, senyumnya tersu mengembang membayangkan kemenangan telak yang akan ia peroleh.
“Keterlaluan cowok ini, pengen gue bejek-bejek aja biar dia tahu rasanya dikuliti tanpa senjata,” umpat Fay dalam hati.
“Fay, tatap gue!” titah Ezar.
“Ngapain gua harus natap elo?” untuk pertama kalinya Fay berbicara dengan nada tinggi kepada Ezar.
“Owh... oh… calon istri aku udah berani rupanya,” ledek Ezar.
“Gue jadi semakin gak sabar, elo pasti luar biasa di atas ranjang!” Ezar menatap tajam kea rah Fay.
Sejenak gadis itu meremang mendapat tatapan elang Ezar. Beruntung Fay bisa segera menguasai diri.
Dengan berani iapun menatap balik Ezar. Pandangan mata keduanya bertemu di satu titik.
Dua tatapan yang tentu saja berbeda. Ezar dengan tatapan santainya sedangkan Fay dengan tatapan geramnya.
Seorang waitress datang mengantar pesanan mereka, seketika suasana tegang milik Fay dan mesum milik Ezar lenyap seketika.
“Makasi…,” ucap Ezar dan Fay bersamaan.
“Silahkan dinikmati,” balas sang waitress dengan ramah ia tidak peduli dengan suasana yang baru saja terjadi meskipun ia melihat, tetapi berpura-pura tidak tahu adalah yang terbaik.
“Makanlah dulu, karena melawanku juga butuh tenaga!” pemuda itu menyodorkan menu yang dipesan Fay dengan tangan kananya.
Faypun menerima tanpa membantah. Bagi Fay pantang menolak makanan, tetapi saja ia masih menunjukkan senyum masamnya kepada pria yang katanya calon suaminya itu.
“Senyumlah dikit!” goda Ezar melihat sneyum Fay.
Gadis itu hanya menatap sekilas Ezar lalu kembali fokus ke makanannya tidak peduli dengan ucapan Ezar daripada nafsu makannya hilang.
“Fay, gue masih menunggu jawaban elo. Semakin cepat elo jwab semakin cepet kita nikah. Semakin lama elo jawab semakin lama juga kita nikah. Terserah elo pilih yang mana?” bisik Ezar sesaat sebelum Fay keluar dari mobilnya setelah makan siang.
“Cowok gelay.”
“Gue harus ngapain?” gumamnya lirih.Berkali-kali ia menghirup dan mengeluarkan napas berat. Rasa bimbangnya begitu besar.“Gue gak mau nikah hanya karena sebuah kesalahan,” ucapnya lirih.Tangannya sibuk mencoret-coret kertas putih yang sedianya akan ia gunakan mengerjakan tugas dari dosen. Namun, tangan mungilnya lebih lincah dan kreatif. Kertas putih tersebut sudah penuh dengan gambar abstrak karyanya.“Gue bener-bener gak bisa konsen ngerjain tugas,” serunya kesal melemopar kertas penuh coretan tersebut ke keranjang sampah.Drrt … drrt …Terdengar ponselnya bordering menandakan ada panggilan masuk.Dengan enggan, Fay meraih ponsel yang ada di atas Kasur.“Apa?” sahut Fay tanpa salam begitu tahu yang memanggil adalah Ezar – lelaki yang kemarin menikahi dan merenggut mahkota.Walaupun sebenarnya, ia yang menyerahkan dengan sadar. Karena tantangan
Fay menatap Ezar setengah terkejut. Ia baru menyadari mereka sudah ada di kamar mandi. “Keluarlah! Aku bisa sendiri!” usir Fay. Ezar tersenyum tipis mendengar pengusiran dari Fay. “Udah, aku tungguin di sini. Aku yakin setelah ini kamu masih kesulitan kembali ke kasur!” ucap Ezar tanpa mempedulikan Fay yang terus menatapnya sebal. Fay akhirnya melanjutkan ritual mandi besarnya dengan melirik ke arah Ezar, khawatir pria tersebut mengulang perbuatannya semalam. Apalagi di tempat yang tidak nyaman ini. Ezar yang menyadari kekhawatiran Fay, hanya bisa tersenyum tipis. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Memberi rasa nyaman pada pasangannya semalam. “Awh ...!” pekik Fay lirih saat hendak melangkah hendak meraih handuk. Sejenak ia membenarkan ucapan Ezar. Merasakan sakit di daerah inti. “Nih!” Ezar dengan sigap menyerahkan handuk yang dimaksud Fay. Tanpa diminta, Ezar menggendong tubuh Fay ala bridal.
Ezar menatap iba ke arah gadis yang terpejam di sebelahnya. Ada rasa bersalah menyeruak di dadanya, menyaksikan kesakitan yang dialami Fay. Selama ini ia selalu berhubungan dengan gadis-gadis yang memang sudah tidak virgin sehingga tidak ada kesulitan berarti saat melakukan penetrasi. Sedangkan bersama Fay, ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami kesulitan yang cukup berarti. Jiwa-jiwa petualangnya seolah tidak berarti dihadapan gadis yang ia impikan sejak kecil itu. Sudah lebih dari lima belas menit yang lalu Fay masih meringis menahan rasa sakit di area selangkangannya. Menahan benda asing yang menerobos miliknya walaaupun sudah dilakukan dengan sangat pelan dan hati-hati oleh pria yang tadi sudah sah menjadi suaminya. Air matanya sudah mengering seiring suksesnya Ezar menerobos gawangnya. Namun, rasa sakit itu masih terasa meski suaminya itu sudah menyelesaikan hajatnya yang ia takini tanpa ada rasa puas. Karena terganggu air matanya.
Fay duduk terpaku menghadap ke sebuah meja. Dibelakang meja tersebut ada seseorang bersorban lengkap dengan thawb atau thobe pakaian gamis pria khas timur tengah.Disamping Fay ada Ezar ia sudah mengganti pakaiannya dengan stelan jas yang ada di mobilnya. Sedangkan Fay masih mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana jeans. Kostum kebesaran kemanapun gadis itu berada.Di sebelah Ezar ada dua pria asing lagi yang tidak Fay kenal. Mereka berempat tampak bercakap sejenak. Entah apa yang mereka bahas, Fay tidak faham.“Kalian sudah siap?” ucap pria berthawb itu dengan bersahaja.Fay dan Ezar reflek mengangguk bersamaan. Dalam hati Fay mempertanyakan keputusannya ini benar atau salah. Namun, bagi Fay toh semua ini sudah ia putuskan. Resiko akan ia tanggung belakangan.Keinginannya saat ini hanya lepas dari perjodohannya dengan Ezar. Pemuda yang menantangnya bercinta semalam, sebelum menikah. Harapannya Ezar meninggalkannya setelah
Tante Sissy mengelus rambut panjang Fay, setelah gadis itu dipanggilnya dengan lembut.“Jangan terlalu percaya sama cowok brengsek ini!” tuduh Tante Sissy kepada Ezar.Lelaki yang merasa menjadi tertuduh itupun menatap tajam ke arah Tante Sissy. Sedangkan Fay tertawa lebar tanpa suara mendengar tuduhan teman Mamanya itu. Karena tanpa Tante Sissy menyampaikan pun dia sudah tahu belang calon suaminya.“Kita balik sekarang, Tan!” pamit Ezar yang terlihat kesal. Entah ditujukan pada siapa.“Hmmm …. Hati-hati bawa anak orang!” ingat Tante Sissy sebelum Ezar menyeret calon istrinya dari ruangan besar di tengah butik milik sahabat Mama Shafiyahnya.Wanita paruh baya itu hanya tersenyum lebar dengan sedikit suara menyaksikan tingkah anak Echa – sahabatnya yang sudah meninggalkan dunia.Ezar masih menunjukkan senyum termasamnya ketika mendudukkan Fay di jok samping kemudinya. Mendapati senyum mengerika
Ezar menarik tangan Fay masuk kembali ke dalam ruangan dimana tadi gadis itu keluar. Sampai di dalam lelaki itu sibuk mencari gaun yang sesuai dengan hatinya. Hanya dalam hitungan detik tangan Ezar menyambar sebuah gaun warna yang tertutup.“Coba, ini!” titah Ezar dengan tegas menyerahkan gaun yang ia pilih ke arah Fay.Gadis itu dengan segan menerima gaun dari Ezar.“Mau di sini?” tantang Fay sembari melambai ke seorang pegawai untuk membantunya membuka resliting gaun di punggung.Mendengar ucapan Fay, Ezar segera melangkah ke luar ruangan. Pria itu tidak ingin tergoda imannya di tempat yang salah.Fay tertawa puas setelah Ezar menghilang di balik pintu. Gadis itu merasa ada kelegaan begitu sosok pria yang menyebut dirinya calon suaminya itu keluar dengan wajah pias."Zar!" panggil Tante Sissy sembari menuntut Fay keluar dari ruang ganti.Merasa namanya dipanggil Ezar menoleh. Namun, pandangannya malah tertuju
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen