Share

Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir
Suami 6 Bulan Untuk Ibu Presdir
Penulis: Loyce

Part 1. Sakit Tak Berperi

Violet berdiri dari duduknya ketika melihat sosok lelaki yang dicintai tengah masuk ke dalam hotel bersama dengan seorang perempuan. Caranya memeluk pinggang si perempuan, lalu sesekali memberikan kecupan di pelipisnya, menandakan hubungan mereka bukan sekedar teman. Apalagi ketika lelaki itu menerima sebuah kunci dari petugas resepsionis dengan senyum lebar, sudah bisa dipastikan, calon suaminya selingkuh. 

“Ibu, ada apa?” Sekretaris Violet bertanya dengan raut wajah bingung melihat bosnya seperti terkejut akan sesuatu. Violet yang tak kunjung duduk itu hanya terdiam dengan tatapan kosong. 

Namun, untuk selanjutnya Violet bertanya, “Kamu tidak melihat itu tadi, Raya?” 

“Ibu melihat apa? Apa klien kita sudah sampai?” Pertanyaan itu tentu saja wajar dilontarkan oleh Raya yang tidak mengetahui apa pun. Terlebih lagi, mereka datang ke hotel tersebut untuk pertemuan bisnis dan sejak tadi mereka sedang menunggu klien. 

“Batalkan pertemuannya!” titah Violet kepada Raya. Tanpa mengulur waktu lagi, Violet pergi meninggalkan Raya tanpa basa-basi. Violet tak memiliki banyak waktu untuk menjelaskan tentang sikapnya. Baginya sekarang, dia hanya perlu melihat apa yang sedang dilakukan oleh calon suami dengan perempuan lain di hotel ini. 

“Berikan saya kunci kamar Evan Adhyaksa!” gertak Violet kepada petugas resepsionis. Tatapannya tajam menusuk, memberikan tanda jika permintaannya tidak bisa diganggu gugat. Sayangnya, hal tersebut tidak begitu saja dikabulkan oleh petugas resepsionis. Pasalnya, kedatangan lelaki itu diminta untuk dirahasiakan.

“Saya istrinya.” Violet segera mengimbuhkan agar usahanya untuk segera bertemu dengan Evan dimudahkan. “Katakan atau saya akan membuat kekacauan di tempat ini!” Violet tak sabar. 

Seorang perempuan tinggi bernama Hesti itu menoleh ke arah temannya yang ada di sampingnya, seolah meminta bantuan. Tapi Violet tidak memiliki waktu sebanyak itu untuk menunggu. Maka dia mengangguk dan bergerak menjauh. 

“Baiklah kalau itu yang Anda mau,” tegasnya dengan dingin. Berjalan ke arah dinding sebelah kanan untuk mengambil APAR pemadam api dan bersiap melemparkan benda itu ke guci tinggi yang berdiri sebagai pajangan. Beberapa orang yang melihat itu membelalakkan matanya. Bahkan Raya yang masih berada di kursi tamu terkejut melihatnya. Gadis itu segera saja mendekat pada Violet untuk menghentikan perempuan itu.

“Ibu, tolong jangan lakukan ini.” Raya memegangi tangan Violet dengan raut wajah tegang luar biasa. Seorang satpam mendekat untuk menghentikan kerusuhan yang dilakukan Violet, tapi mereka segera berhenti ketika suara Violet memenuhi ruangan.

“Berikan kuncinya!” titah Violet lagi kepada petugas resepsionis. Karena takut akan terjadi masalah besar, maka perempuan itu segera pergi mengambilkan kunci dan memberikan kepada Violet. Violet menyerahkan APAR yang dipegangnya kepada satpam sebelum dia pergi dari lobby dan meninggalkan orang-orang yang sejak tadi terlihat ketakutan karena ulahnya. 

Raya tak tinggal diam. Dia segera menyusul Violet untuk memastikan bosnya itu tidak melakukan sesuatu yang membahayakan. 

“Ibu. Ibu kenapa? Siapa yang akan Ibu temui?” Raya bertanya saat mereka sudah masuk di dalam lift. Gadis itu menahan ketakutannya melihat Violet yang terlihat mengeluarkan emosinya begitu besar. Sayangnya, pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban dari Violet. Violet hanya menutup bibirnya rapat. 

Keluar dari lift, mereka menyusuri koridor dengan langkah lebar, Violet tak sabar ingin segera melihat apa yang dilakukan oleh Evan di dalam kamar hotel bersama seorang perempuan. 

Violet membaca nomor yang terpasang di pintu dengan tatapan keji miliknya. Violet menggedor dengan seluruh tenaganya sampai pintu kokoh itu terbuka lebar. Memunculkan Evan yang tampak emosi pada awalnya, sebelum raut wajahnya berubah pucat pasi. 

“Violet,” katanya dengan suara rendah. Getaran suaranya bahkan bisa Violet rasakan. Violet tak banyak kata ketika kakinya melangkah mendekati lelaki itu. Menatap dari atas sampai bawah apa yang dikenakan oleh calon suaminya tersebut. Hanya sebuah jubah mandi berwarna putih milik pihak hotel. 

Kemerahan di leher Evan membuktikan jika lelaki itu baru saja melakukan kegiatan tak bermoral. Raya yang sejak tadi mengikuti Violet hanya membeku diam di tempatnya. Terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya. 

“Violet, kita bisa membicarakan ini.” Kepanikan Evan tak bisa disembunyikan. Tapi Violet tak sudi mengakhirinya dengan mudah. Violet lebih mendekat lagi untuk meneliti kemerahan yang bukan hanya tercetak satu atau dua saja. Tangan Violet membuka jubah di bagian dada dan kemerahan itu juga tercetak di sana. Di pundak Evan juga menampilkan bukti yang sama. Seringaian tercetak jelas di bibir Violet. 

“Bersenang-senang hari ini, Evan?” pertanyaan yang cukup santai. Tapi mampu menggetarkan jiwa Evan. 

Lelaki itu gagap tak bisa menjawab. Mulutnya terbuka kemudian tertutup kembali bak seekor ikan kekurangan air. Violet mendorong lelaki itu dengan kasar sampai terhuyung. Kakinya melangkah maju untuk masuk sepenuhnya ke dalam kamar. Evan menghalangi Violet dengan cekalannya, tapi sayang tak cukup mampu membuat gadis itu mengurungkan niatnya. 

Benar saja, saat Violet melihat di atas ranjang, seonggok manusia tengah berbaring memunggunginya tanpa busana. Hanya mengenakan satu set dalaman berwarna merah terang. Bagus. Bagus sekali.

“Siapa, Sayang? Mengganggu saja.” Perempuan itu berbalik dan matanya terbuka lebar ketika melihat bukan hanya Evan yang berdiri di sana. Buru-buru mengambil selimut tebal untuk menutupi tubuh telanjangnya. Violet kini menatap Evan berdiri di sampingnya. Keringat dingin muncul dari pori-pori kulit lelaki itu padahal AC menyala dengan baik. 

“Violet, aku akan menjelaskan semuanya. Kamu harus mendengarkanku.” Evan membuka suara agar Violet bisa mengerti posisinya. Mungkin Evan menyangka kalau Violet adalah perempuan bodoh yang bersedia disakiti. Memang benar, hati Violet sudah terasa porak-poranda tak karuan akibat ulahnya. Tapi lihatlah sosok itu. Dia bahkan tidak mengeluarkan air matanya sedikitpun. 

Violet kuat menahan rasa sesak yang terasa membakar jiwanya. Violet mampu bertahan dalam rasa sakit yang dirasakan. Menangis di depan orang yang menyakitinya hanya akan memberikan kemenangan kepada orang itu dengan cara yang mudah. 

Satu tamparan keras melayang di pipi Evan sampai lelaki itu terhuyung. Tidak ada kata yang dikeluarkan oleh Violet sejak dia tahu teman kencan Evan ada di atas kasur. 

“Bersenang-senanglah. Kalian memang pasangan yang serasi.” Setelah mengatakan itu, Violet akan berlalu dari sana. Tapi dia melihat dua ponsel berada di atas nakas dengan satu lampu tidur. Violet mengambil dua ponsel itu dan melemparkannya ke arah dinding secara bergantian sampai ponsel itu hancur. Yang terakhir, dia mengangkat lampu tidur, lalu melemparkannya di dinding. Jeritan wanita Evan itu memenuhi ruangan ketika bunyi pecahan lampu terdengar nyaring. 

“Apa yang kamu lakukan!” Evan melotot marah tapi Violet sama sekali tak peduli.

Pergi dari tempat itu dengan langkah pasti, meskipun kakinya terasa lemas setelah berada di luar kamar. Jantungnya terasa ingin meledak karena menahan amarah yang begitu dahsyat. Tapi, tugasnya masih satu lagi yang perlu dilakukan. Mencari cara agar pernikahannya tidak gagal atau itu akan mempermalukan dirinya dan orang tuanya. 

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
selingkuh itu enak tapi menyakitkan bagi paaangan
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
selingkuh memang enak kalau ngga ketahuan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status