Share

Suami Baru Penawar Jiwaku
Suami Baru Penawar Jiwaku
Author: DNN

BAB 1 NYATA

Tok tok tok.

Bunyi ketuk palu yang dilayangkan oleh hakim. Mengisyaratkan bahwa statusku berubah dan sah.

Hari yang sangat menyakitkan bagiku. Tepat dua tahun setelah pernikahan. Masih terngiang dikepalaku bagaimana ekspresi yang tergambar diwajah suamiku.

"Bukan lagi suamiku, sekarang mantan suami." Gumam Arisa sambil berjalan meninggalkan ruang sidang.

Seumur hidup Arisa, ini hari pertamanya duduk dipersidangan. Tak terbayang sekalipun akan terjadi perceraian dengan seseorang yang sangat dia cintai.

Untuk pertama kalinya juga Arisa menyadari bahwa dua insan yang saling mencintai satu sama lain belum tentu kekal abadi bersama seumur hidup. Setiap manusia punya takdirnya masing-masing. Begitu juga dengan Arisa.

Tap tap....tap....tap.....

Langkah kaki Arisa semakin melambat dan tidak bertenaga.

"Arisa, kamu kuat. Jangan nangis." Ucap Arisa kepada dirinya sendiri.

"Please jangan nangis." Lagi-lagi Arisa bertekad menahan tangisnya.

Baru kali ini Arisa merasakan betapa beratnya membendung air mata yang ingin menetes ke pipinya. Rasanya mau teriak dan menangis sejadi-jadinya. Tapi keinginan itu tidak Arisa turuti. Setelah cerai, Arisa tidak ingin dirinya dipandang lemah oleh siapapun apalagi mantan suaminya. Arisa ingin menjadi wanita yang sanggup tersenyum meskipun hatinya digerogoti rasa sakit. Wanita kuat dan tegar itulah tekad yang diinginkannya saat ini.

"Aku harus cepat-cepat pulang ke rumah orang tuaku, jangan berlama-lama di sini." Gumam Arisa sembari mempercepat langkah kakinya.

Tanpa dia sadari, Arisa sudah berada di depan rumah yang memiliki kenangan dengan mantan suaminya. Bukannya pulang ke rumah orang tuanya, Arisa malah tiba di depan rumah yang tidak ingin dia kenang lagi. Lagi-lagi hati tidak bisa dibohongi. Arisa hanya bisa termenung dan memutar badannya ke arah lain menuju rumah orang tuanya.

Sesampainya di rumah orang tuanya, Arisa mengurung diri di kamarnya. Terbaring lemah di kasurnya dengan berlinang air mata yang membasahi pipinya.

"Kali ini kau berhasil menjebol bendunganku, air mata."

"Menangislah."

"Hiks..."

"Tidak ada siapapun yang melihatmu menangis di sini." Gumam Arisa sendirian.

Tangis Arisa pecah sejadi-jadinya. Suara tangisnya memenuhi kamarnya. Tanpa dia sadari, tangisannya didengar orang tuanya.

Hati orang tuanya sangat hancur ketika suara tangis anaknya keluar. Orang tua mana yang tega melihat anaknya disakiti. Orang tua Arisa hanya bisa menangis dalam diam di depan pintu kamar Arisa.

Bagaimana tidak, orang tua Arisa adalah saksi perjalanan cinta Arisa dengan mantan suaminya, Ariel Tristan.

Ariel Tristan, akrab dipanggil Tris oleh Arisa. Arisa mengenalnya sejak ia duduk dibangku SMA hingga perguruan tinggi. Saking akrabnya, mereka sering disebut-sebut sebagai "jodoh dari SMA."

Tak hanya disebut-sebut "jodoh dari SMA", siapapun yang melihat mereka pasti mengira kalau mereka sepasang kekasih.

Perjalanan cinta Arisa dan Tris menuju ikatan yang sah terbilang pendek. Tanpa pacaran, Arisa langsung dilamar Tris. Kala itu, Arisa baru lulus kuliah.

Lamaran yang tiba-tiba bagi sebagian orang, namun tidak bagi Arisa. Arisa sudah lama menantikan lamaran Tris.

Tak berselang lama, pernikahan dan resepsi dilaksanakan dengan lancar dan penuh kebahagiaan dari kedua belah pihak.

"Tris, apa benar aku sudah jadi istrimu?" Ucap Arisa sembari melihat cincin dijari manisnya.

"Menurutmu?" Tanya balik Tris.

"Rasanya gak nyata deh." Jawab Arisa dengan nada gak percaya.

Tris tidak merespon dan mendekatkan tangannya ke wajah Arisa.

"Ctak."

"Gimana? Sekarang sudah percaya kalau jidat di jentik itu sakit?" Usil Tris untuk menyadarkan Arisa.

"Auw, sakit tau!" Jawab Arisa sembari memegang jidatnya.

"Bukannya disayang sudah jadi istri, malah dijentik jidat" Gumam Arisa kesal dihadapan cermin.

"Apa?" Tris yang pura-pura tidak dengar.

"Gak ngomong apa-apa kok." Jawab Arisa singkat dengan dagu sedikit terangkat.

Tiba-tiba tubuh Arisa tertarik dan melayang dipelukan Tris.

Deg

Deg

Deg

Jantung Arisa berdegup kencang.

"Masih sakit, sayang?" Tanya Tris sembari mengelus lembut jidat istrinya.

Bukannya merespon, Arisa malah membeku dipelukan suaminya. Pipi memerah dan denyut jantung yang kencang tidak bisa ia sembunyikan lagi.

"Pfft" Tawa Tris yang tidak mampu ia tahan lagi.

"Barusan kamu ketawa?" Tanya Arisa penasaran.

"Iya, barusan kamu imut banget, sayang." Jawab Tris jujur.

Bukannya terhibur, Arisa malah tambah cemberut dengan pernyataan Tris.

"Tertawa aja sampai puas sana!" Ucap Arisa sembari melepaskan pelukan suaminya dan menjauh.

"Dari dulu sifat usilnya gak hilang-hilang." Gerutu Arisa.

Grep.

Tubuh Arisa yang mungil lagi-lagi jatuh dipelukan Tris.

"Maafkan aku, sayang." Ucap Tris merasa bersalah.

"Gak." Jawab Arisa dingin.

"Coba sini suamimu mau lihat jidatnya yang sakit." Ucap Tris yang khawatir istrinya tambah ngambek.

Cup. Bibir Tris mendarat di jidat Istrinya. Sontak Arisa kaget dan tersipu malu.

"Gimana? Sudah gak sakit lagi?" Tanya Tris untuk memastikan.

"Iya. Sakitnya sudah hilang. Makasih Tris." Jawab Arisa malu-malu.

Cup. Lagi-lagi Arisa dibikin kaget dengan ciuman tiba-tiba di pipi kanannya.

"Kenapa lagi? Sudah sembuh kok." Tanya Arisa heran.

"Kok Masih panggil Tris? Bukannya sayang?" Goda Tris.

"I-iya, suamiku." Ucap Arisa gugup.

Cup cup cup. Serangan mendadak di pipi kirinya Arisa. Seketika wajah Arisa memerah layaknya tomat.

"Panggil sa-ya-ng, oke?" Goda Tris lagi.

"Si si-ap, sa-ya-ng." Jawab Arisa gagap sembari kabur meninggalkan suaminya.

Arisa memang menyukai Tris sejak dulu, namun tak pernah bersentuhan apalagi berhubungan yang macam-macam. Arisa sangat menjaga harga diri dan martabatnya di depan siapapun. Itulah sebabnya Arisa masih kikuk ketika digoda atau diusilin suaminya sendiri. Meski sudah kenal sejak lama, tetap saja itu pertama kalinya bagi Arisa diperlakukan seperti itu.

Mengenal seseorang sejak lama bukan berarti kita sudah murni mengenal orang itu seratus persen. Adakalanya seseorang menyembunyikan kepribadiannya yang lain. Begitulah yang dialami Arisa.

Pada waktu itu, Arisa merasa dikhianati ketika menyaksikan perbuatan bejat suaminya.

"Tris, apa yang sudah kamu lakukan?" Teriak Arisa.

Tanpa memberi penjelasan, Arisa malah dijambak kepalanya dan di seret paksa menuju gudang terbengkalai di rumahnya.

"Sini, masuk sana!" Dorong Tris ke dalam gudang.

"Jangan Tris, please." Pinta Arisa.

"Tris, apa benar ini kamu? Kamu seperti bukan Tris yang aku kenal." Teriak Arisa.

"Plak." Tamparan keras menghantam pipi Arisa dan terjatuh.

Sret sret sret. Ikatan tali yang terikat kuat di kedua tangan Arisa.

Ceklek. Bunyi pintu yang dikunci.

Tap tap tap. Langkah kaki Tris meninggalkan gudang.

"Hiks, sepertinya aku sama sekali tidak mengenalmu Tris." Tangis Arisa kecewa.

"Ha...ha.... Ada orang diluar? Tolong aku!" Teriak Arisa sesak .

"Hah...hah..." Nafas sesak Arisa semakin menjadi-jadi.

"Duk."

Arisa jatuh pingsan.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status