Share

Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!
Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!
Penulis: Citra Sari

Bab 1

Penulis: Citra Sari
Di tahun ketiga pernikahan, saat kakak tertua Adrian Pranadipa meninggal, Shanaya Wirajaya mengajukan cerai padanya.

Adrian mengernyit bingung. "Hanya karena aku menahan tamparan itu untuk Bianca?"

Bianca Wibisono, begitu akrab dia menyebut namanya.

Padahal Bianca adalah kakak iparnya.

Shanaya tersenyum tipis. "Ya, cuma karena itu."

Namun, mana mungkin sebuah pernikahan runtuh hanya karena hal sepele seperti itu.

Bekas tamparan yang merah menyala di wajah Adrian terlihat sangat mencolok.

Saat itu, dia melindungi Bianca seperti itu, membuat seluruh Keluarga Pranadipa terkejut.

Hanya Shanaya satu-satunya yang tidak merasa terkejut sedikit pun.

Tiga hari yang lalu adalah hari ulang tahun pernikahan mereka.

Shanaya sudah menyiapkan kejutan, terbang ke kota tempat Adrian sedang dinas. Namun, yang dia dengar justru percakapan Adrian dengan dua sahabatnya.

"Adrian, bukan bermaksud menghakimi, tapi setiap tahun kamu selalu kabur di hari ulang tahun pernikahan. Itu tidak adil untuk Shanaya yang tulus mencintaimu."

Pria yang biasanya tampak tenang dan elegan itu, kini sorot matanya justru penuh kekecewaan. "Kamu pikir aku mau? Kalau tidak begini... dia tidak akan pernah percaya selama ini aku sama sekali tidak menyentuh Shanaya."

"Dia..."

Sahabatnya yang tadi membela Shanaya mulai naik pitam, lalu mencibir, "Yang kamu maksud itu Bianca? Adrian, kamu benar-benar gila. Jangan-jangan nanti saat Bianca hamil anak kedua, kamu masih belum bisa melupakannya?"

Nada bicara langsung berubah, dia melanjutkan, "Lagi pula, setelah semua ini, kamu memperlakukan Shanaya seperti itu. Tidak takut Lucien akan menuntutmu?"

"Dia tidak akan."

Adrian memainkan jari-jarinya. "Sejak Shanaya menikah denganku, hubungan mereka langsung renggang. Bahkan sudah tiga tahun mereka saling blokir di WhatsApp."

Shanaya melangkah pergi dari ruang VIP tanpa sepatah kata pun, tetapi ujung jarinya bergetar halus, nyaris tak terlihat.

Dia bukan tidak tahu kalau Adrian punya seseorang yang dia cintai.

Sudah bertanya ke banyak orang, tetapi tak seorang pun yang mau menyebutkan siapa orang itu.

Berbagai kemungkinan sudah dia tebak.

Namun, tak pernah terpikir bahwa orang itu adalah kakak iparnya sendiri.

Kakak ipar yang sudah dia panggil dengan sopan selama tiga tahun.

Sungguh memalukan!

Saat Shanaya keluar dari klub malam, hujan deras mengguyur. Tapi dia seperti tidak merasakannya, membiarkan tubuhnya basah kuyup.

Malam itu juga, dia naik penerbangan tengah malam menuju Kota Panaraya.

Begitu sampai rumah, dia langsung jatuh sakit.

Demam selama dua hari penuh. Hari ini baru sedikit membaik, lalu datang kabar kalau Darren Pranadipa, kakak tertua Adrian mengalami kecelakaan.

Tujuh hari kemudian, pemakaman Darren diadakan di Kota Panaraya.

Beberapa hari terakhir ini, dia hanya tidur dua atau tiga jam setiap malam di rumah keluarga besar. Jadi begitu pemakaman selesai dan dia berjalan keluar dari pemakaman dengan terhuyung-huyung.

Saat ini sopir sudah menunggu dengan mobil di depan gerbang.

Shanaya masuk mobil dan langsung memejamkan mata. "Pak Dani, ayo pulang."

"Tidak ke rumah tua?"

"Tidak."

Pemakaman memang sudah selesai, tetapi kekacauan Keluarga Pranadipa baru saja dimulai.

Darren adalah anak sulung dan cucu tertua, sejak kecil selalu dipuja dan dimanjakan.

Kematian mendadak Darren terjadi karena Bianca memaksanya ikut terjun payung. Sayangnya, peralatannya rusak. Dia pun jatuh dari ketinggian dan tewas seketika.

Saat dibawa ke rumah sakit, itu pun bukan untuk diselamatkan.

Namun, untuk menjahit tubuhnya.

Jadi kemarahan Keluarga Pranadipa terhadap Bianca saat ini masih belum padam.

Tapi Shanaya tidak ingin lagi menyaksikan suaminya membela perempuan lain. Dia punya urusan sendiri yang lebih penting.

Hanya saja begitu mobil mulai berjalan, pintu belakang tiba-tiba dibuka seseorang.

Adrian muncul mengenakan setelan jas hitam yang dirancang khusus. Tubuhnya tegap, tinggi, dan berwibawa seperti biasa, tetapi kali ini ada kegugupan yang samar di wajah tampannya. Dia menatap Shanaya sejenak, lalu bertanya dengan suara pelan, "Shanaya, kamu mau pulang ke rumah?"

"Ya."

Baru saja menjawab, Shanaya menangkap sosok Bianca di sampingnya, dan seorang anak laki-laki kecil.

Anak Bianca dan Darren, Verzio Pranadipa. Dia baru berusia empat tahun, tubuhnya gempal dan menggemaskan.

Shanaya tidak mengerti maksud Adrian, sampai Verzio langsung memanjat ke dalam mobil dan berkata tanpa malu, "Tante, tolong antar aku dan Ibu pulang, ya!"

Dahi Shanaya sedikit mengernyit. Dia mengangkat kepala, menatap Adrian untuk memastikan.

Adrian menekan bibirnya, "Ayah dan Ibu masih marah. Untuk sementara, biarkan Bianca dan Verzio tinggal di rumah kita dulu."

Seolah khawatir dia menolak, Adrian menambahkan, "Kamu pernah bilang ingin punya anak. Anggap saja ini kesempatan buat belajar mengurus Verzio dulu."

Shanaya tak bisa berkata-kata mendengarnya, bahkan hampir tertawa.

Namun, merasa tidak pantas tertawa di area pemakaman.

Menyuruh Bianca dan anaknya tinggal bersamanya, sementara dia sendiri pulang ke rumah keluarga untuk menahan kemarahan semua orang?

Dia sungguh bertanggung jawab.

Begitu sampai rumah, aku baru sadar tampaknya Adrian sudah lebih dulu menelepon. Bi Santi sudah membereskan kamar tamu.

Shanaya merasa lega, langsung mandi, lalu menjatuhkan diri ke tempat tidur dan tertidur lelap.

Saat bangun, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Baru saja mengambil ponsel, telepon dari sahabatnya masuk.

"Surat cerainya sudah kubuat sesuai permintaanmu. Mau kamu lihat dulu?"

"Terima kasih, Delara."

Suara Shanaya masih lembut karena baru bangun, "Tidak perlu. Langsung kirim saja pakai layanan antar instan."

"Sebegitu buru-burunya? Kamu benar-benar sudah yakin?"

Delara sudah menangani banyak kasus. Dia khawatir Shanaya sedang emosional sesaat. "Adrian mungkin bukan pasangan yang baik, tapi dalam beberapa hal..."

Shanaya menyalakan lampu, duduk tegak, pikirannya makin jernih. "Aku sudah yakin. Delara, dia onani pakai foto perempuan lain."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nada Azzah
Rasain Daren Di ceraikan kau
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
pergi ajayg jauuhhhh
goodnovel comment avatar
ira ekasari
bener si shanaya..pergi dan menjauh sejauh jauhnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!   Bab 426

    "Aku tahu, Ayah."Begitu berhadapan dengan Zafran, Helsa langsung berubah menjadi gadis yang patuh dan manis.Zafran tahu bahwa kaki Nadira mulai membaik. Dia mengangkat gelasnya dan menatap Shanaya dengan senyum tulus. "Dokter Shanaya, kaki istriku benar-benar membaik berkatmu. Izinkan aku bersulang untukmu," ucapnya dengan nada penuh rasa terima kasih.Dia kemudian menambahkan dengan ramah, "Selama beberapa hari ini, kamu tinggal saja di rumah kami. Jangan merasa sungkan. Kalau butuh apa pun, silakan bilang kapan saja."Shanaya tersenyum sopan dan menggeleng pelan. "Pak Zafran, Anda terlalu sopan," jawabnya lembut, suaranya sehangat tatapan matanya.Dengan sikap anggun dan tenang, Shanaya mengangkat gelas tinggi berisi jus buah. "Beberapa hari ini aku sudah banyak merepotkan kalian. Tapi karena situasinya sedikit khusus, kita hanya bisa bersulang dengan jus saja."Sementara mereka berbincang, Helsa mengambil sepotong udang dan meletakkannya di piring Lucien. Dengan senyum lembut di

  • Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!   Bab 425

    Sejak kecil, Helsa sudah suka berebut perhatian dengan Winona yang masih bayi di gendongan.Namun, setelah dewasa, di Kota Selatanaya, dia bukan hanya gadis yang suka menonjolkan diri. Dia jauh lebih dari itu.Berkat latar belakang keluarganya yang luar biasa, membuatnya terbiasa menguasai keadaan dan memerintah sesuka hati di luar sana. Namun, entah kenapa, Zafran selalu merasa bersalah padanya. Tanpa banyak bicara, Zafran selalu turun tangan menyelesaikan segala urusannya.Lama-kelamaan, batas di antara mereka pun makin kabur."Baik," katanya pelan.Shanaya mengangguk pelan, menatap Elvano dengan mata bening yang dipenuhi kekhawatiran. "Kamu… baik-baik saja?" tanyanya lembut.Dia bisa merasakan, sejak Helsa mengucapkan pertanyaan terakhir tadi, suasana hati Elvano berubah. Ada sesuatu yang gelap dan berat bersembunyi di balik senyumnya.Elvano hanya tersenyum tipis, suaranya terdengar tenang tetapi jauh. "Aku tidak apa-apa. Kamu istirahat dulu, ya."Mungkin karena semalam tidurnya ti

  • Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!   Bab 424

    Shanaya tertegun.Jadi… Helsa bukan keturunan Keluarga Wirantara?Wajah Helsa membeku, matanya membulat tak percaya. Dia berbalik menatap Elvano, suaranya bergetar di antara amarah dan kepedihan."Kak Elvano… kamu benar-benar memperlakukanku seperti ini di depan orang luar?"Sejak Zafran membawa Helsa pulang ke Keluarga Wirantara, dia selalu mengatakan kepada orang luar bahwa gadis itu adalah anak ketiga Keluarga Wirantara.Karena itu, tak seorang pun pernah mencurigai identitas aslinya.Ditambah lagi, setelah Winona hilang, orang-orang di luar hanya tahu bahwa Keluarga Wirantara memiliki empat anak.Aurelia, Elvano, Helsa, Rivaldi.Elvano adalah pria berkepribadian klasik. Didikan keluarganya tidak mengizinkannya masuk begitu saja ke kamar wanita. Dia hanya berdiri di ambang pintu, sikapnya tenang tetapi dingin saat berkata, "Aku hanya tahu Dokter Shanaya adalah tamu yang dibawa pulang oleh Ibu dan Kak Aurelia. Kalau kamu masih menganggap dirimu bagian dari Keluarga Wirantara, seharu

  • Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!   Bab 423

    Keesokan harinya, setelah Shanaya bangun dan menyelesaikan ritual paginya, dia bersiap untuk mengurus proses keluar dari rumah sakit.Namun, begitu dia membuka pintu kamar, dia terkejut melihat Elvano sudah berdiri di ambang pintu.Mungkin karena dia sedang tidak bekerja, penampilannya agak santai. Dengan sopan dan lembut dia berkata, "Aku baru saja kembali ke Kota Selatanaya semalam. Ibuku menyuruhku menjemputmu pulang dari rumah sakit.""Proses pulang dari rumah sakit tidak perlu dilakukan. Kalau kamu tidak bawa banyak barang, kita bisa langsung pergi."Sebenarnya yang seharusnya datang adalah Aurelia.Namun, Aurelia harus pergi ke kota tetangga untuk menghadiri sebuah rapat dan baru bisa kembali besok.Shanaya terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu, ayo pergi."Agar Shanaya bisa keluar rumah sakit dengan lebih nyaman hari ini, pakaian yang dibawanya ke Kota Selatanaya kemarin sudah lebih dulu diambil Nadira dan dibawa ke rumah tua Keluarga Wirantara.Di perjalanan menu

  • Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!   Bab 422

    Untuk waktu yang lama, Lucien tetap dalam satu posisi, tak bergerak sama sekali, dan tidak memberikan reaksi apa pun.Seolah-olah segala sesuatu di sekitarnya sama sekali tidak ada hubungan dengannya.Rivaldi tak tahan lagi. Dia mendorong Lucien perlahan dan bertanya dengan nada tegas, "Apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Apa kamu berniat benar-benar memutuskan hubungan dengan Shanaya?"Memutuskan hubungan...Hal seperti ini... sudah pernah Lucien lakukan sekali sebelumnya.Saat mencoba bangkit, seharusnya semuanya terasa mudah dan terbiasa. Namun, entah mengapa, begitu memikirkannya, rasa putus asa datang seperti ombak besar, menelan semua akalnya.Dia pun tetap menundukkan kepala, mata merah dan penuh penderitaan, suaranya serak tak karuan, seakan menyelipkan sedikit sindiran pada diri sendiri. "Putuskan hubungan? Gimana bisa putuskan hubungan?""Aku… sudah tidak bisa hidup tanpanya lagi."Lucien… tak bisa hidup tanpa Shanaya.Namun, ketika Shanaya meninggalkannya, Shanaya malah tidak

  • Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!   Bab 421

    Melihat tidak ada reaksi dari lawannya, Bianca melangkah beberapa langkah menuju mobil. Baru saja hendak menepuk jendela, pintu mobil tiba-tiba didorong kuat-kuat dari dalam.Dorongan itu membuat Bianca terhuyung mundur beberapa langkah, hampir terjatuh ke tanah.Bianca mana bisa menahan kekesalannya. Tanpa pikir panjang, tangannya terangkat ingin menunjuk hidung orang itu sambil memaki. Namun, tiba-tiba seorang pria dengan aura mengerikan turun dari mobil.Matanya langsung menyala saat mengenali sosok itu. "Kamu… kamu adalah Pak Felix dari DK Medika, 'kan?"Felix sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Wajahnya suram. Dia melangkah mendekat, meraih leher Bianca, dan dengan satu gerakan mendorongnya hingga menempel keras ke bodi mobil yang keras itu.Bianca terkejut. Dia menatap pria itu yang menahan amarahnya dengan gigi terkatup rapat, lalu suara seraknya pecah. "Apa kamu punya otak? Siapa yang memberimu keberanian untuk menyentuh Shanaya di Kota Selatanaya?"Ayah angkatnya, meski

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status