Beranda / Romansa / Suami Brondong Nona Presdir / Ingin Waktu Cepat Berlalu

Share

Ingin Waktu Cepat Berlalu

Penulis: Ima Alyanadira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-22 20:51:15

Usai mengganti baju seragam sekolahnya, Devan sudah rapi dengan baju kaos oblong yang dipadukan dengan hoodie serta celana jeans. Dia keluar dari rumah dan mengunci pintu. Melangkah dengan lebar menuju jalan Raya. Seharusnya saat ini dia ingin ke rumah sakit buat menjenguk sang ayah yang tengah terbaring tidak berdaya sebelum nanti dia berangkat pergi bekerja. Namun, ketidakberdayaan membuatnya harus memilih pergi pulang ke rumah Laura.

Devan bergegas naik di atas motor Abang ojol yang tadi dia pesan dan mulai melaju menuju kediaman Laura. Setibanya di kawasan elit itu, Devan turun dari motor ojol. Melihat kehadiran Devan disana, security bergegas membuka gerbang. “Pak,” tegur security itu ramah.

Devan membalas senyum security itu dengan perasaan canggung. “Panggil aku Devan aja Pak,” ujarnya, lalu mulai melangkah hingga tiba di depan pintu utama kediaman Arya Wiguna.

Tresno menyusul. “Mas, sudah di tunggu Tuan besar sama Nona Laura.”

Devan menganggukkan kepala sembari mengikuti langkah Tresno menuju dapur.

Seorang laki-laki tua tampak duduk di depan meja makan menggunakan kursi roda sembari menyungging senyum. “Ayo, duduk.”

Devan terlihat kikuk bercampur sungkan. Menarik kursi dengan perasaan canggung dan mulai duduk.

“Kenapa duduk di situ?” suara Arya Wiguna.

Devan kembali mengangkat bokongnya. Bingung entah kesalahan apa yang telah dia perbuat. Sulit juga rasanya beradaptasi dengan kehidupan orang kaya. Wajahnya tampak seperti orang bodoh. Namun, Laura cepat tanggap seolah mengerti dengan maksud sang ayah. Walaupun terdengar kagok akhirnya Laura berhasil melafalkan kalimat yang sebenarnya dia tidak suka katakan itu. “Sayang, kenapa duduk di sana. Ayo sini.”

Devan termangu. Darah berdesir, tetapi bukan karena jatuh cinta melainkan kalimat itu terlalu sakral untuk ia dengar.

Ucapan Laura barusan yang dilontarkan seolah tanpa beban membuat degup jantung Devan menjadi tidak karuan. Bisa-bisanya Laura berucap sayang padanya seperti ringan kapas yang diterbang angin. Pun begitu, Devan tetap pindah duduk di samping istrinya itu. Arya Wiguna kembali menyungging senyum menatap pada sang menantu.

“Papa gak nyangka kalau kamu orangnya. Tapi Papa sangat senang orang itu adalah kamu.”

Devan tersenyum tipis. Tampak sangat sungkan sekali.

“Kalian saling kenal?” Laura menatap pada sang ayah dan Devan secara bergantian.

“Menantuku ini superhero yang telah menyelamatkan aku dari begal waktu itu.”

Devan tampak salah tingkah. Rasanya kalau dia bisa jurus menghilang, dia sangat ingin menghilangkan wajahnya atas pujian yang ia anggap terlalu berlebihan itu. Devan duduk tampak sangat tidak nyaman. Laura melirik pada suaminya, tidak menyangka jika penyelamat itu adalah Devan suaminya sendiri.

Arya Wiguna, mengulum senyum. Sejujurnya laki-laki tua itu sangat bahagia ketika mengetahui Devan adalah orang yang menjadi pengantin pengganti itu. Pemuda di depannya sudah terhitung dua kali menyelamatkannya, mulai dari berhutang nyawa sampai berhutang budi dengan menyelamatkan nama baik keluarga besarnya.

“Ayo makan.”

Devan mengangguk. Ditatapnya hidangan yang tersaji di atas meja sungguh menggiur selera. Ragam lauk pauk yang begitu amat banyak, padahal hanya akan dimakan oleh tiga orang. Decak kagum pun tidak henti bagaikan syair di dalam hati Devan. Rasanya seperti mimpi bisa menikmati hidangan yang lezat seperti saat ini. Tiba-tiba saja wajah Devan terlihat sendu sebab Dia teringat pada adik perempuannya. Alhasil Devan tidak mampu menikmati hidangan itu dengan semestinya. Kerongkongan terasa seperti banyak ditumbuhi duri hanya sekedar untuk menelan nasi.

“Laura,” tegur Arya.

“Ha? Iya, Pa.” Laura yang tengah sibuk mengunyah itu cepat mengangkat kepala.

Arya berdecak gemes melihat putrinya yang tidak peka. “Kamu makan sendiri aja! Suamimu nggak ditawarin lauk yang dia suka?”

Laura melirik pada Devan yang makan dengan menunduk, lalu dia berdehem untuk berkompromi dengan egonya yang tinggi. Membujuk hati dan berkata tidak apa-apa hanya demi membuat hati sang ayah menjadi senang. Tangannya bergerak menarik rendang daging dan menawarkan rendang daging itu pada Devan. “Kamu mau ini sayang?”

Padahal kalimat terakhir itu diucapkannya dengan sangat bersusah payah. Laura sampai mengumpati dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia berani berucap demikian pada laki-laki yang baru dikenalnya. Pipi Laura menggelembung menahan sesak.

Devan mengangkat kepala dan tersenyum kecut. “Aku akan mengambilnya sendiri.” Devan bergegas menghabiskan nasi di dalam piringnya. Kemudian melirik pada jam yang melingkar pada pergelangan tangan.

“Kamu punya janji dengan seseorang?”

Suara Arya membuyarkan lamunan Devan.

“Hah! Eh! Umm. Aku harus berangkat bekerja,” lirihnya. Suasana ini benar-benar membuatnya merasa canggung.

“Kalian berdua baru menikah. Cutilah beberapa hari.”

Devan tampak terlihat serba salah. Dia bingung harus menanggapi mertuanya itu bagaimana. Orang seperti dirinya sangat tidak mungkin izin cuti dengan alasan ingin berbulan madu. Hah! Yang benar saja. Yang ada keseriusannya dalam bekerja akan dipertanyakan, lalu hal terburuknya bisa saja dia dipecat. Ah, orang kaya raya yang penuh dengan gelimang harta tidak akan bisa memahami hal seperti ini. Devan mengusap kedua pahanya di balik meja makan. Dia melirik pada Laura berharap istri baru dinikahinya itu bisa menyelamatkan dirinya. Namun, siapa mengira jika Laura akan membuat keadaan semakin runyam. Laura tersenyum manis. “Hahaha,” Laura tertawa seperti orang bodoh. “Benar. Kita baru menikah, masa hari ini kamu udah mau masuk kerja.”

Devan melagakan giginya. ‘Tuhan, aku mohon bantuan tolong secepatnya waktu berlalu menuju enam bulan.’ Wajahnya tampak meringis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Brondong Nona Presdir    Konferensi pers

    Usai menelpon orang yang dipercayakan untuk mengurus ayahnya di luar negeri, Laura berdiri di depan cermin dengan tatapan datar. Beberapa orang pembantu masuk ke dalam kamar. Mereka datang untuk mendandani Laura dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ya, setelah pulang dari kediaman Wiguna, Laura langsung mencari Devan, dia mulai mengajak suaminya itu berbicara empat mata. Setelah pembicaraan itu mereka berdua sepakat untuk mengadakan konferensi pers hari ini. Axel masuk ke dalam kamar, dia melangkah mendekati Laura. “Nona, kita berangkat sekarang?”“Huum. Dimana Devan?”“Dia ada di ruang tamu.”Laura membalik tubuhnya, lalu melangkah dengan anggun. Axel berusaha mensejajarkan langkah mereka. “Nona, aku sudah berusaha menekan segala informasi tentang Devan, tapi setelah kejadian ini dia pasti akan jadi bahan perhatian. Sulit untuknya tetap seperti biasa.”“Baiklah.”Laura sudah berdiri di depan Devan yang menatapnya dengan pandangan tidak bersemangat. Baru saja tadi malam dia merasaka

  • Suami Brondong Nona Presdir    Skandal panas

    Nada dering ponsel terdengar begitu berisik memenuhi ruangan kamar hotel membuat mimpi indah Laura terganggu. Dia membuka mata sembari meliuk dan meraih ponsel itu. Dia memposisikan tubuhnya terlentang sembari menatap layar ponsel pada genggaman tangannya, tetapi suara gumaman Devan yang tengah meliuk memutar tubuh ke arah dirinya membuat Laura tersentak kaget. Tiba-tiba pipinya merona merah tersipu malu. Dia memperhatikan wajah Devan yang tengah terlelap dalam wajah damai. Tidak sengaja bibirnya tertarik membentuk lengkungan indah saat menikmati wajah tampan itu. Tidak bisa mengendalikan diri, tangan bergerak begitu saja menyentuh bibir yang membuatnya tergila-gila hingga membuat Devan bergerak, Laura bergegas menarik tangannya, lalu mengubah posisi tubuh terlentang seperti semula.“Mbak, kamu sudah bangun?”“Hmmm.”Devan miring ke arah Laura. “Lagi yuk, Mbak.”Sontak Laura melirik pada suaminya dengan tatapan melotot. “Bicara yang sopan!” cercanya dalam debaran jantung tidak mene

  • Suami Brondong Nona Presdir    Mau tapi Gengsi

    “Mas, ayo kita samperin Mbak Laura.”“Kita cari tempat makan lain aja.” Devan memutar tubuhnya dan itu membuat Tiara kebingungan serta serba salah. Untuk beberapa menit dia menatap kakak iparnya bangkit dari duduk dengan pandangan mata tertuju pada Devan yang sudah mendorong pintu sembari keluar, di saat itulah Tiara berlari mengejar saudara laki-lakinya itu. “Mas!” dadanya turun naik karena berusaha mengatur nafas yang ngos-ngosan. Devan mengulurkan helm. “Cepat pakai.”Tiara hanya bisa pasrah dan meraih helm tersebut. Dia tidak mengerti mengapa Devan begitu tampak marah ketika melihat kakak iparnya dengan laki-laki lain, menurut pemikiran Tiara bukankah seharusnya hal seperti ini tidak perlu terlalu di perhitungkan karena bisa jadi laki-laki itu adalah klien atau semacamnya jika mengingat status sosial kakak iparnya tidak sederhana seperti mereka berdua. Namun, begitu Tiara tetap duduk di belakang Devan dalam diam dan mereka mulai melaju.Sementara itu, Bisma yang melihat reaksi tid

  • Suami Brondong Nona Presdir    Sakit tapi Tidak Bersuara

    Tiara berlarian menghambur memeluk Devan, sedangkan Daffa tetap duduk di atas motor sport sembari memandangi gadis pujaannya tengah melepaskan rindu dengan sahabat baiknya. Arya yang duduk di sebelah menantunya itu sampai mengernyitkan dahi, bingung kenapa ada gadis lain memeluk suami putrinya.Devan berusaha melerai pelukan adiknya itu. “Tiara, jangan kenceng-kenceng dong meluknya, ini Mas sampai nggak bisa nafas.”Tiara bergegas melepaskan pelukan dari tubuh masnya itu sembari cengengesan. “Hehehe,” lalu ekspresi itu cepat berubah berganti marah-marah. “Mas kenapa nggak ada kasih kabar! Mas tahu nggak kalau Tiara khawatir banget! Gak mikir gimana takutnya Tiara kalau sampai terjadi apa-apa sama Mas seperti waktu itu.”Melihat kecemasan yang dipunyai adiknya membuat Devan merasa bersalah, bukan maksud hatinya untuk membuat sang adik merasa khawatir teramat sangat seperti ini, semua karena pekerjaannya yang tidak berkesudahan sedangkan ponselnya jatuh di dalam timba sabun saat memberi

  • Suami Brondong Nona Presdir    Perasaan Gue Tulus untuk Tiara

    Jam istirahat, Tiara melangkah menuju kelas XII IPS, dia ingin mencari keberadaan Devan yang sedari pagi tidak tampak batang hidungnya sama sekali. Bukan hanya pagi ini, bahkan dari kemarin mas nya itu tidak ada kabar ataupun pulang ke rumah orang tua mereka sekedar untuk bertanya kabar tentang dirinya. Namun, sentuhan tangan seseorang membuat Tiara memutar kepala, ketika dia tahu orang yang menyentuh bahunya tersebut adalah laki-laki yang paling tidak ingin ia lihat membuat wajahnya cemberut.“Mau cari Devan,” tanya Daffa sembari memamerkan senyumnya, tetapi Tiara malah merespon dengan wajah jutek. “Jangan ganggu aku!”Daffa melangkah dan berdiri di hadapan adik perempuan sahabatnya itu. “Galak amat sih adik manis.” Tangan Daffa terulur ingin menyentuh dagu Tiara tetapi gadis itu bergegas menepisnya kasar. “Lama kelamaan kamu gak sopan ya.” Mata Tiara melotot dengan aura tidak senang. Bukannya tersinggung, Daffa malah tertawa seperti orang yang sedang menikmati permainan menyenangkan

  • Suami Brondong Nona Presdir    Uring-uringan tidak menentu

    “Susah banget sih ngomong sama bocah abg! dikit-dikit marah, dikit-dikit tersinggung. Lama kelamaan dia udah kayak cewek gak sih!” Laura amat sangat kesal dengan sikap datar Devan padanya. Bahkan suami brondongnya itu berani mengacuhkan dirinya begitu saja hanya karena bocah itu menganggap ucapannya di kantor tadi menyakiti. Sebagai seorang yang tidak pernah berpikir keras bagaimana cara mengerti perasaan seorang laki-laki, kini Laura melakukan hal itu. Dia pusing memikirkan apa yang menyebabkan suami brondongnya tersinggung sedangkan ucapan yang dia katakan semua merupakan fakta, lalu di bagian mana yang telah membuat tersinggung?“Gini amat nikah sama bocah!” Laura berbaring sembari menarik selimut dan menutupi sebagian tubuhnya. Perlahan ingin menutup mata, tetapi urung setelah melihat sosok Devan keluar dari kamar mandi. Dada Laura kembang kempis menahan sesak ketika melihat dada telanjang suaminya itu. Matanya bergerak sendiri menikmati keindahan yang tengah tersungguh. Air dari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status