Share

BAB 12B

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-01 23:51:54

"Tapi apa, Mbak? Ada tapinya begitu berarti dugaan ibu tak salah dong. Intinya selama ini kamu nggak ikhlas menyekolahkanku sampai sarjana. Begitu?" Abel mendekati Senja dan ibunya ke dapur.

"Kamu kan masih jualan, Mbak. Justru sekarang kamu sudah nggak menanggung biaya kuliahku. Seharusnya uangnya lebih banyak. Kenapa masih menuntutku ini dan itu. Kamu harusnya juga tahu kalau aku baru dua bulan kerja di sana. Gaji juga belum seberapa kok sudah dituntut macam-macam."

"Ada apa ini ribut-ribut?" Anwar dan Langit muncul di ambang pintu dengan sarung dan baju panjang mereka. Keduanya baru saja pulang dari masjid untuk shalat subuh.

Anwar memutar kursi rodanya mendekati Susan, sementara Langit menatap wajah istrinya yang tampak jelas tak baik-baik saja.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Senja sembari merangkul pundak istrinya dari belakang.

"Ada apa ini pagi-pagi sudah ribut di sini?" tanya Anwar menatap istri dan kedua anaknya bergantian.

"Anak kesayangan bapak itu loh, dia sudah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Siti Mualimah
bagus banget ceritaya q suka
goodnovel comment avatar
angelikha59
lanjut Thor ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 13

    "Mas, hari ini shopping boleh? Aku mau belanja baju sama beli tas. Besok kita kan honeymoon, maunya pakai baju baru." Abel mulai menggelayut manja di lengan suaminya setelah mereka menyelesaikan sarapan. "Sesekali cuci piring, Bel. Nanti kalau Mbak nggak tinggal di sini lagi kamu yang gantiin beberes rumah loh," ujar Senja saat beranjak ke wastafel dengan piring kotor di tangannya. "Nggak tinggal di sini lagi? Memangnya kalian mau tinggal di mana? Sanggup mengontrak?" tanya Susan setelah meneguk air putih di gelasnya. "Mengontrak sekarang nggak murah. Jangan dikira cuma seratus dua ratus ribu per bulan," sambungnya. "Belum beri perabotan ini dan itu, nggak mungkin tidur cuma beralaskan tikar kan?" sambungnya lagi. "Kalau nggak sanggup ngontrak, mau ngegembel kali, Ma. Sudah enak di sini nggak bayar, malah mau keluar rumah. Lagaknya kaya punya gaji gede aja." Abel menimpali dengan cibiran. "Siapa bilang di sini nggak bayar? Kan Mbak yang bayar cicilan rumah tiap bulan, Bel." Abe

    Last Updated : 2025-05-02
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 14

    Seperti hari-hari biasanya, Senja disibukkan dengan kegiatan beberes rumah. Menyapu, mengepel dan membersihkan halaman adalah pekerjaan yang tak pernah dia tinggalkan setiap pagi. Tak lupa menyiram beberapa bunga dan tanaman yang sengaja ditanamnya di pekarangan. Setelah itu dia mulai mencuci pakaian. Biasanya, Senja melakukan pekerjaan ini untuk semua penghuni rumah termasuk pakaian Abel. Tapi kali ini dia tak akan lagi melakukan hal yang sama. Pakaian Abel dan Adi yang dimasukkan ke keranjang, sengaja disingkirkannya. "Punya siapa, Sayang?" Langit bertanya saat Senja menyingkirkan beberapa potong pakaian itu ke keranjang lain. "Punya Abel dan suaminya, Mas. Biar saja dicuci sendiri." "Memang seharusnya begitu, Sayang. Kamu jangan mengalah terus. Adikmu justru akan semakin ngelunjak kalau kamu terlalu mengalah.""Iya, Mas. Sebelumnya kupikir Abel sudah lelah kuliah, makanya nggak masalah jika urusan rumah aku yang handle. Tapi anak itu memang semakin seenaknya." Langit mengusap

    Last Updated : 2025-05-02
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 15

    "Siapa yang beli semua ini, Bu? Kenapa dibawa ke sini?" Anwar keluar kamar dengan kursi rodanya. "Menantu kita yang beli, Pak. Iya kan, Mas?" Susan masih semringah sembari meminta supir truk dan dua temannya yang lain memasukkan perabot rumah itu ke dalam rumah. "Menantu kita yang mana, Bu? Langit atau Adi?" "Aduh bapak ini. Ya jelas Adilah, Pak. Memangnya Langit punya uang buat bayar ini semua? Tabungannya paling juga sudah habis buat gantiin acara kemarin. Gaji supir berapa sih, Pak? Nabung puluhan juta begitu pasti harus kerja bertahun-tahun." "Kita nggak kenal siapa Langit, Bu. Baru kemarin juga kan kita bertemu dia. Keluarganya siapa kita juga belum tahu. Jangan suka merendahkan orang lain begitu, apalagi menantu kita sendiri." "Siapa yang merendahkan sih, Pak? Jelas-jelas dia sendiri yang bilang kalau pekerjaannya memang supir." "Susan benar, War. Dari segi mahar saja sudah beda. Masa kamu juga nggak lihat kalau Adi memang semapan itu. Beruntung banget keponakanku dapat su

    Last Updated : 2025-05-02
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 16

    "Rin, sini ke dapur sama aku. Kita ngobrol-ngobrol, sudah lama nggak ketemu kamu, kangen." Senja melambaikan tangannya ke arah Ririn yang masih berdiri di halaman rumah. Perempuan itu pun mengangguk lalu mengikuti Senja masuk ke rumah. Senja tak lagi peduli dengan obrolan para ibu di depan rumahnya yang terus membicarakan Adi dengan segala kebaikannya. Senja dan Ririn mulai mengobrol di dapur sembari menata beragam sayuran, ayam dan ikan itu ke dalam kulkas. Sesekali terdengar tawa mereka, lalu Ririn menceritakan tentang suaminya yang sedang diPHK. "Kalau di tempat suamimu ada lowongan, aku maulah, Ja. Suamiku bisa nyetir mobil kok. Dulu dia sempat jadi supir angkot juga, cuma setelah dapat kerja di pabrik dia resign. Eh sekarang malah kena PHK." Ririn menghela napas panjang. "Nanti aku coba tanya Mas Langit ya, Rin. Semoga saja ada lowongan di sana. Kalau belum ada, kudoakan suamimu lekas dapat kerja ya?" Ririn mengaminkan lalu mengucapkan terima kasih. Setelah selesai menata be

    Last Updated : 2025-05-03
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 17

    [Perabot rumahnya sudah datang, Sayang? Kasur sama lemarinya taruh kamar ya. Ranjangnya keluarin aja, nggak muat buat kita berdua ganti kasur aja. Ada tukang tiga orang sudah kuminta ke sana buat benerin plafon. Maaf sepertinya hari ini belum bisa pulang. Ada masalah kerjaan. Nanti kalau sudah selesai langsung pulang, oke?] Langit mengirimkan pesan untuk istrinya. Sebenarnya dia tak tega meninggalkan Senja di hari kedua pernikahannya. Hanya saja, mendadak dia mendapatkan kabar dari sahabat papanya agar lekas pulang karena papanya kecelakaan. [Iya, Mas. Semua sudah ditata di kamar kita. Bapak tanya terus sebenarnya Mas Langit kerja apa. Bapak takut Mas kerja aneh-aneh sampai bisa beli ini dan itu. Maaf kalau sedikit menyinggung. Semua yang Mas dapatkan itu halal kan? Nggak dari hasil aneh-aneh?] Langit tersenyum tipis. Dia sudah mengira jika Senja dan keluarganya akan menanyakan hal itu. Namun, saat ini dia belum mengatakan semuanya. Ada beberapa hal yang masih dia sembunyikan, demi

    Last Updated : 2025-05-03
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 18

    "Ada fotonya? Om mau lihat fotonya dulu. Foto pernikahan kalian mungkin." Langit tersentak. Dia baru sadar jika tak ada foto Senja satupun di handphonenya. Dia terlalu sibuk menikmati hari-harinya bersama Senja, sampai tak terfikir untuk memotretnya. "Nggak ada, Om. Lain kali saya tunjukkan langsung saja. Kadang, aslinya jauh lebih cantik dan menawan dibandingkan di layar handphone." Erwin terkekeh lalu menepuk-nepuk pelan pundak Langit yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu. "Oke kalau gitu kita langsung bahas masalah bisnis papamu. Bagaimana?" Langit mengangguk. Dia menerima lalu mengamati beberapa berkas yang disodorkan Erwin."Ini pembangunan apartemen di daerah Salemba. Mangkrak karena tangan kanan papamu kabur membawa ratusan juta biaya pembangunannya. Bahkan sampai sekarang belum ketemu rimbanya. Apartemen di kawasan ini macet karena ada masalah soal perizinan lahan. Warga demo dan tak setuju jika tempat itu dijadikan apartemen. Mereka bilang ada banyak dampak buru

    Last Updated : 2025-05-03
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 19

    Mobil merah yang dikendarai Tasya berhenti di garasi rumah mewah itu. Perempuan itu tercekat saat melihat Langit masih berdiri di ambang pintu. Tiga tahun tak pernah melihat mantan kekasihnya itu membuat Tasya merasa bersalah. Tak dapat dipungkiri jika di dalam hatinya masih menyimpan rasa cinta. Hanya saja, dulu dia pikir Langit tak sekaya yang dibayangkannya. Dia tak tahu jika Langit adalah putra tunggal Dimas Kuncoro, pengusaha ternama yang akhirnya menjadi suaminya. Tasya keluar dari mobil dengan high heels merahnya. Serasi dengan pakaian dan tasnya. Senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya. Dress di atas lutut melambai seiring dengan gerak langkahnya. "Mas, apa kabar?" tanya Tasya sembari mengulurkan tangan mulusnya. Langit hanya tersenyum miring sembari melipat tangannya ke dada. Dia tak menyangka jika perempuan yang dulu begitu dicintainya, perempuan baik-baik dan begitu lembut, tak pernah neko-neko bahkan selalu berpakaian sopan itu berubah cukup drastis pasca tiga tah

    Last Updated : 2025-05-04
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 20

    "Assalamualaikum, Mas. Kamu beneran nggak pulang malam ini?" Suara merdu Senja terdengar dari seberang. Langit tersenyum sembari memperbaiki letak tidurnya agar lebih nyaman. "Wa'alaikumsalam, Sayang. Iya, malam ini belum bisa pulang. Ada pekerjaan yang tak bisa kutinggalkan. Sepertinya tak hanya malam ini, Sayang, tapi sampai beberapa hari ke depan aku belum bisa ke rumah. Ada banyak masalah yang harus aku selesaikan. Aku janji setelah semua kelar, aku akan pulang secepatnya. Kamu nggak apa-apa kan kutinggal sendiri?" Langit merasa sangat bersalah pada istrinya, tapi apa mau dikata. Dia juga tak mungkin membiarkan masalah papanya melebar kemana-mana. Langit akan mengurus dan menyelidiki apa yang terjadi setelah kepergiannya. Dia yakin ada dalang di balik ini semua. "Kenapa diam? Kamu kecewa ya sama aku?" lirih Langit yang merasa ada hal tak mengenakkan pada istrinya. Wajar jika Senja berpikir macam-macam padanya karena dia memang belum tahu siapa Langit, bahkan mereka menikah seo

    Last Updated : 2025-05-04

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 24

    "Sarapan dulu, Pak. Setelah ini Senja ajak bapak kontrol ya?" ujar Senja saat menyiapkan sarapan di meja makan. Susan muncul dari kamar sembari membenarkan kuncir rambutnya yang panjang. "Masak apa kamu?" tanya Susan singkat lalu mengambil air dingin di kulkas. "Masak sayur bayam sama ayam goreng, Bu. Ada tempe sama tahu goreng juga itu.""Suamimu nggak pulang semalaman?" bisik Susan semakin penasaran. Senja menoleh lalu menggeleng pelan. "Lihat tuh, Pak. Menantu kesayangan bapak itu benar-benar nggak pulang semalam. Jangan-jangan dia memang punya pekerjaan lain atau-- "Mas Langit memang banyak urusan, Bu. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dulu, setelah selesai dia baru pulang. Mungkin sampai beberapa hari ke depan. Ibu tenang saja, semalam Senja sudah tanya soal pekerjaan Mas Langit. Dia bilang kerjaannya halal kok, bahkan dia bersumpah nggak akan kasih istri dan anaknya duit haram. Ibu jangan terlalu banyak pikiran, takutnya tensi ibu naik lagi." Senja menoleh sesaat lalu kemb

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 23

    "Aku berangkat dulu ya, Bu. Nanti pulangnya kubawakan oleh-oleh deh." Abel berpamitan pada ibu dan bapaknya. Dia bilang mau honeymoon di Bali bersama sang suami. "Jangan iri ya, Mbak. Aku mau honeymoon, sementara kamu malah ditinggal suami kerja. Mau kasihan, tapi gimana namanya cari duit kan nggak apa-apa. Daripada nggak punya duit, nggak ada salahnya kerja meski baru saja akad nikah." Abel kembali melirik sinis lalu menggamit lengan suaminya. "Kamu juga hati-hati, Bel. Jangan terlalu foya-foya, takutnya suamimu banyak hutangnya. Sesuaikan sama pendapatan suami. Jangan besar pasak daripada tiang nanti roboh rumahmu." Senja menyahut. Dia sudah bertekad tak akan mengalah lagi pada adiknya. Terlalu banyak pengorbanannya selama ini, tapi tak sedikitpun dianggap ada. Sudah saatnya memberontak daripada terus diinjak. Senja merasa, sesekali Abel memang harus di-skak. "Mbak! Suamiku nggak seperti suamimu yang supir itu ya!" sentak Abel lagi lalu menoleh pada suaminya yang hanya tersenyum

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 22

    [Mas, sudah bangun? Hampir subuh] Sebelum adzan subuh berkumandang, Senja sudah mengirimkan pesan pada suaminya. Seolah seperti alarm yang mengingatkannya tentang shalat. Langit meraba handphone yang dia letakkan di atas meja di samping pembaringan. Kedua matanya masih memicing sembari menyalakan lampu utama. Saat melihat pesan dari istrinya, kedua matanya berbinar. Kantuk yang sedari tadi menyelimuti kelopak matanya mendadak hilang seketika. [Baru bangun, Sayang. Dengar pesan dari kamu ini jadinya kebangun. Ada apa, Sayang? Kangen?] Langit membalas pesan itu dengan hati berbunga. Meski dia tahu, Senja belum sepenuhnya mencintainya dan sikap-sikapnya selama ini hanya bentuk baktinya pada suami, tapi Langit yakin dengan ketulusannya hati Senja akan luluh juga. [Sedikit sih, Mas. Jangan lupa shalat subuh berjamaah di masjid ya, Mas. Entah mengapa hatiku sedikit tak tenang. Kamu baik-baik saja di sana kan, Mas?] Lagi-lagi Langit tersenyum saat membaca balasan dari istrinya itu. Har

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 21

    "Woi! Ngapain kamu di situ?! Keluar!" sentak Langit saat melihat Tasya masuk ke kamarnya lalu menutup pintu rapat. Dia teramat kaget. Baru saja meletakkan handphonenya kembali ke atas meja, tiba-tiba muncul perempuan yang teramat dibencinya itu. Tasya masih berdiri di tempat. Dia tersenyum tipis dan tak mempedulikan perintah Langit barusan. "Keluar kubilang! Jangan gila!" sentak Langit sembari menuding wajah Tasya yang semakin mendekat. Perempuan itu semakin menjadi. Langit benar-benar tak mengerti mengapa perempuan yang dulu dicintainya itu berubah sedrastis ini. Bahkan dia seperti tak mengenali Tasya lagi. Sikapnya berubah. Tak lagi lembut seperti dulu. Tak lagi kalem dan sopan, tapi sebaliknya. Kini Langit mulai berpikir apakah dulu Tasya hanya bersandiwara di depannya, atau memang inilah sifat aslinya? Entah. "Mau ngapain kamu?!" Langit melipat kedua tangannya ke dada sembari menatap lurus ke depan. Tasya tak membalas pertanyaan-pertanyaannya. Wajahnya memerah, marah. Dia ce

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 20

    "Assalamualaikum, Mas. Kamu beneran nggak pulang malam ini?" Suara merdu Senja terdengar dari seberang. Langit tersenyum sembari memperbaiki letak tidurnya agar lebih nyaman. "Wa'alaikumsalam, Sayang. Iya, malam ini belum bisa pulang. Ada pekerjaan yang tak bisa kutinggalkan. Sepertinya tak hanya malam ini, Sayang, tapi sampai beberapa hari ke depan aku belum bisa ke rumah. Ada banyak masalah yang harus aku selesaikan. Aku janji setelah semua kelar, aku akan pulang secepatnya. Kamu nggak apa-apa kan kutinggal sendiri?" Langit merasa sangat bersalah pada istrinya, tapi apa mau dikata. Dia juga tak mungkin membiarkan masalah papanya melebar kemana-mana. Langit akan mengurus dan menyelidiki apa yang terjadi setelah kepergiannya. Dia yakin ada dalang di balik ini semua. "Kenapa diam? Kamu kecewa ya sama aku?" lirih Langit yang merasa ada hal tak mengenakkan pada istrinya. Wajar jika Senja berpikir macam-macam padanya karena dia memang belum tahu siapa Langit, bahkan mereka menikah seo

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 19

    Mobil merah yang dikendarai Tasya berhenti di garasi rumah mewah itu. Perempuan itu tercekat saat melihat Langit masih berdiri di ambang pintu. Tiga tahun tak pernah melihat mantan kekasihnya itu membuat Tasya merasa bersalah. Tak dapat dipungkiri jika di dalam hatinya masih menyimpan rasa cinta. Hanya saja, dulu dia pikir Langit tak sekaya yang dibayangkannya. Dia tak tahu jika Langit adalah putra tunggal Dimas Kuncoro, pengusaha ternama yang akhirnya menjadi suaminya. Tasya keluar dari mobil dengan high heels merahnya. Serasi dengan pakaian dan tasnya. Senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya. Dress di atas lutut melambai seiring dengan gerak langkahnya. "Mas, apa kabar?" tanya Tasya sembari mengulurkan tangan mulusnya. Langit hanya tersenyum miring sembari melipat tangannya ke dada. Dia tak menyangka jika perempuan yang dulu begitu dicintainya, perempuan baik-baik dan begitu lembut, tak pernah neko-neko bahkan selalu berpakaian sopan itu berubah cukup drastis pasca tiga tah

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 18

    "Ada fotonya? Om mau lihat fotonya dulu. Foto pernikahan kalian mungkin." Langit tersentak. Dia baru sadar jika tak ada foto Senja satupun di handphonenya. Dia terlalu sibuk menikmati hari-harinya bersama Senja, sampai tak terfikir untuk memotretnya. "Nggak ada, Om. Lain kali saya tunjukkan langsung saja. Kadang, aslinya jauh lebih cantik dan menawan dibandingkan di layar handphone." Erwin terkekeh lalu menepuk-nepuk pelan pundak Langit yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu. "Oke kalau gitu kita langsung bahas masalah bisnis papamu. Bagaimana?" Langit mengangguk. Dia menerima lalu mengamati beberapa berkas yang disodorkan Erwin."Ini pembangunan apartemen di daerah Salemba. Mangkrak karena tangan kanan papamu kabur membawa ratusan juta biaya pembangunannya. Bahkan sampai sekarang belum ketemu rimbanya. Apartemen di kawasan ini macet karena ada masalah soal perizinan lahan. Warga demo dan tak setuju jika tempat itu dijadikan apartemen. Mereka bilang ada banyak dampak buru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 17

    [Perabot rumahnya sudah datang, Sayang? Kasur sama lemarinya taruh kamar ya. Ranjangnya keluarin aja, nggak muat buat kita berdua ganti kasur aja. Ada tukang tiga orang sudah kuminta ke sana buat benerin plafon. Maaf sepertinya hari ini belum bisa pulang. Ada masalah kerjaan. Nanti kalau sudah selesai langsung pulang, oke?] Langit mengirimkan pesan untuk istrinya. Sebenarnya dia tak tega meninggalkan Senja di hari kedua pernikahannya. Hanya saja, mendadak dia mendapatkan kabar dari sahabat papanya agar lekas pulang karena papanya kecelakaan. [Iya, Mas. Semua sudah ditata di kamar kita. Bapak tanya terus sebenarnya Mas Langit kerja apa. Bapak takut Mas kerja aneh-aneh sampai bisa beli ini dan itu. Maaf kalau sedikit menyinggung. Semua yang Mas dapatkan itu halal kan? Nggak dari hasil aneh-aneh?] Langit tersenyum tipis. Dia sudah mengira jika Senja dan keluarganya akan menanyakan hal itu. Namun, saat ini dia belum mengatakan semuanya. Ada beberapa hal yang masih dia sembunyikan, demi

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 16

    "Rin, sini ke dapur sama aku. Kita ngobrol-ngobrol, sudah lama nggak ketemu kamu, kangen." Senja melambaikan tangannya ke arah Ririn yang masih berdiri di halaman rumah. Perempuan itu pun mengangguk lalu mengikuti Senja masuk ke rumah. Senja tak lagi peduli dengan obrolan para ibu di depan rumahnya yang terus membicarakan Adi dengan segala kebaikannya. Senja dan Ririn mulai mengobrol di dapur sembari menata beragam sayuran, ayam dan ikan itu ke dalam kulkas. Sesekali terdengar tawa mereka, lalu Ririn menceritakan tentang suaminya yang sedang diPHK. "Kalau di tempat suamimu ada lowongan, aku maulah, Ja. Suamiku bisa nyetir mobil kok. Dulu dia sempat jadi supir angkot juga, cuma setelah dapat kerja di pabrik dia resign. Eh sekarang malah kena PHK." Ririn menghela napas panjang. "Nanti aku coba tanya Mas Langit ya, Rin. Semoga saja ada lowongan di sana. Kalau belum ada, kudoakan suamimu lekas dapat kerja ya?" Ririn mengaminkan lalu mengucapkan terima kasih. Setelah selesai menata be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status