Share

Guruku Sudah Mengenaliku

Hari ini mata pelajaran informatika, aku senang karena akan bertemu Pak Aidan, aku ingin segera melihatnya. Mata pelajaran pertama sudah berganti, aku dan teman-teman ke ruang komputer. Tak lama kemudian pak Aidan datang, ia hari ini memakai kemeja berwarna biru elektrik, terlihat tampan sekali.

Aku tak berani menatapnya lama-lama karena aku benar-benar jatuh cinta padanya. Ia sedang menjelaskan materi hari ini, lalu mempraktekkannya.

Ketika aku ingin menyalakan perangkat komputerku, tiba-tiba tidak nyala.

"Tiara, komputer aku ga nyala. Gimana nih?" Tanyaku yang kebingungan.

"Bilang aja sama Pak Aidan!"

Tiba-tiba Tiara bilang pada Pak Aidan bahwa komputer diuser 12 tempatku duduk tidak nyala. Pak Aidan langsung memghampiriku, disaat ia mendekat jantungku berdetak lebih kencang. Ia berusaha menyalakan perangkat komputer ini, namun tetap tidak bisa. Wangi parfumnya sangat menyengat dihidungku. 

"Kamu lihat ke pc teman sebelah kamu dulu ya!" Ucap Pak Aidan.

"Iya!"

Ia lanjut menjelaskan kembali sambil mempraktekkannya. Setelah menjelaskan, ia memberikan tugas. Aku tidak bisa mengerjakan tugas karena komputer ditempatku belum juga bisa nyala.

"Adeeva, sini!" Pak Aidan memanggilku, ternyata ia tahu namaku. Jangan-jangan ia juga tahu, kalau aku yang waktu itu memfollow akun instagramnya.

"Iya Pak!"

"Kamu kerjakan soalnya di pc saya ya!"

Aku melirik kearah Tiara, ia tersenyum kepadaku, senyuman yang merupakan kode bahwa ia sedang meledekku.

Aku langsung berjalan kedepan, lalu aku duduk dikursi guru. Pak Aidan duduk disebelahku. Aku grogi, aku tidak bisa mengerjakan soal ini, karena sepertinya ia memperhatikanku disebelah.

"Bisa nggak?" Tanya Pak Aidan.

"Lupa caranya, Pak!" Jawabku.

Ia membuyarkan konsentrasiku, aku benar-benar tidak bisa mengingat apa yang sudah ia jelaskan tadi.

Ia mendekat kepadaku, lalu mengajariku. Aku melirik kearah matanya, lalu ia juga melihatku sambil sedikit tersenyum kepadaku  lagi-lagi mata kami bertemu.

Kulihat teman-temanku, semuanya serius mengerjakan soal-soalnya. Kalau boleh memilih, lebih baik aku duduk diantara teman-temanku, kalau disini aku malah tidak fokus. Karena ada yang lebih aku fokuskan yaitu ia, guruku yang tampan ini.

"Sudah ngerti belum?" Tanya Pak Aidan kepadaku.

"Sudah!"

"Oke, silahkan dikerjakan ya!" Perintahnya.

Aku mulai mencoba mengerjakannya lagi. Namun lagi-lagi otakku buntu, tidak dapat kuselesaikan soal-soal ini.

"Katanya sudah ngerti? Kok belum dikerjakan?"

"Maaf Pak!"

Aku seperti orang bodoh jika berada didekatnya. Siapa orang yang tidak gugup ketika berada didekat orang yang dicintainya? Pastinya semua akan gugup sepertiku.

Akhirnya Pak Aidan membantuku mengerjakan tugasnya, hanya aku yang dibantu, sedangkan yang lain tidak. Setelah itu Pak Aidan memberikan PR, semoga aku bisa mengerjakannya dirumah.

Jam istirahat tiba, aku dan teman-teman beranjak kekantin.

"Cieee yang tadi duduk dekat Pak Aidan, seneng banget nih!" Canda Tiara.

"Ih deg-degan tau!"

"Cieee… Cieee…" Ledek Salsa.

"Tau nggak sih, aku sampai nggak fokus ngerjain soalnya."

"Tapi seneng kan bisa ada didekatnya?" Tanya Salsa.

"Ya seneng."

Aku senang melihatnya, apalagi ada didekatnya, tapi aku juga tidak ingin berharap lebih. Pak Aidan hanya jadi penyemangat untukku saat berada disekolah.

"Ehhmmm ada pasangan yang baru jadian nih!" Ucapku saat melihat Drea dan Vicky datang.

"Iya nih, pasti mau traktir kita makan kan?" Terka Tiara.

"Iya, aku traktir makan. Kalian mau makan apa? Pesan aja! Nanti aku yang bayar." Ucap Drea.

"Yeaayyy!" Aku langsung memesan semangkuk bakso beserta minumnya, begitupun teman-temanku yang lain, dengan semangat langsung memesan makanan dikantin. Siapa yang tidak senang jika ditraktir. Ada kebahagiaan tersendiri bagi anak SMA sepertiku jika ditraktir oleh teman yang baru jadian.

Sambil makan, kami terus meledek Drea dan Vicky yang baru jadian, masih hangat-hangatnya. Terlihat pancar kebahagiaan diwajah Drea, ia cerita bahwa ia memberi kejutan kepada Vicky dihari ulang tahunnya kemarin. Aku tak bisa membayangkan kalau nanti aku punya pasangan, rasanya aku bukan orang yang romantis yang bisa selalu memberikan kejutan pada pasanganku nanti.

****

Waktu pulang sekolah tiba, aku sholat dzuhur dimusholla sekolah, setelah itu aku berjalan menuju parkiran motor.

"Adeeva!" Ada yang memanggilku. Aku menoleh kesamping, ternyata yang memanggilku adalah Pak Aidan. Aku kaget, jangan-jangan ia dari tadi sudah memperhatikanku. Pak Aidan juga ingin pulang, ia memarkirkan motornya tak jauh dari motorku.

"Iya, Pak!" Sahutku.

"Rumah kamu dimana?"

"Di jalan mawar."

"Oh! Ga jauh dong ya?"

"Iya!"

"Bapak rumahnya dimana?" Aku memberanikan diri untuk bertanya balik.

"Saya di jalan anggrek."

"Oh, jalan anggrek!"

"Iya, kamu tau?"

"Tau!"

Aku tahu jalan anggrek, tidak jauh juga dari sekolah. Ya allah, aku tak menyangka ia menyapaku lebih dulu. Pak Aidan, sosok guru yang tampan dan tidak sombong, semoga ia juga tidak pelit dengan nilai yang diberikan kepada siswanya.

"Pak, saya duluan ya!" Ucapku sambil menyalakan motorku.

"Iya, hati-hati!"

"Iya."

Aku melajukan motorku, berjalan menuju rumahku.

Hatiku berbunga-bunga disapa oleh guru pujaanku. Apalagi saat ia berpesan "hati-hati" aku merasa diperhatikan olehnya. Namun sebenarnya pesan itu sudah biasa disampaikan oleh orang, tapi kalau Pak Aidan yang menyampaikannya terasa spesial untukku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status