Share

2. Rumah Mertua

Author: Blue Ice
last update Last Updated: 2024-10-31 20:17:46

Aku diseret dari kampung untuk dipaksa menikah, sosok ayah yang selalu aku rindukan berubah menjadi iblis yang mengancam akan menyekap Ibuku. Lalu, lelaki yang kini berstatus suamiku menyalahkan diriku atas segalanya. Sial sekali nasib ini! Emosi hampir saja meledak jika tidak ingat nyawa ibuku yang jadi taruhan.

Aku terkekeh menertawakan kemalangan diriku sendiri. Lebih sakit lagi, lelaki yang tidak tahu apa-apa itu melampiaskan kemarahan padaku. Ku tarik dagunya menghadapku.

“Abizar Bimantara, itu kan namamu? Dengar ini baik-baik ya Abizar! Kamu pikir aku mau dengan pernikahan konyol ini? Aku juga sama sekali tertarik untuk merusak pertunangan mu dengan Keyla. Dia lah yang memaksa ku untuk menggantikan dirinya. Jika mau menyalahkan, jangan salahkan aku. Karena kita sama-sama korban di sini!” tegasku padanya.

Lantas aku mendorong Abizar. Ku tinggalkan begitu saja ‘Suamiku’ yang masih terbengong di sana. Sialan! Siapa juga yang mau dengan pernikahan ini, Bajingan?!

Aku melangkahkan kaki keluar gedung. Lebih baik aku mencari udara segar lantaran terlalu sesak di dalam sana. Ku pandangi langit yang biru cerah di atas sana. Masih langit yang sama namun sangat berbeda dengan saat masih di desa.

Entah kenapa mataku tiba-tiba memburam. Rasa panas merebak seiring dengan jatuhnya bulir bening yang tak bisa ku cegah. Pikiran ku melayang begitu saja dengan kondisi Ibu. Ku harap dengan ini Ibu bisa hidup dengan tentram tanpa gangguan Ayah.

"Kenapa sih, Key? Jangan cengeng, lah!" monolog ku dengan mengusap air mata yang hampir membuat eyeliner ku luntur.

Ku hirup napas dalam-dalam untuk menguatkan hatiku sendiri. Aku sangat yakin drama Pernikahan tak akan lama. Cukup bertahan saja sampai aku lulus SMA. Lagian, si Abizar juga terlihat tidak minat terhadap pernikahan ini.

Untuk mengalihkan pikiran ku, kaki ku melangkah mengelilingi taman depan gedung itu. Ku pikir gedung itu tempat yang ramai. Nyatanya di luar gedung tidak ada orang sama sekali. Posisinya yang di puncak membuatku bisa melihat hamparan kota yang ada di bawah sana.

Sangat indah! Aku merasa lega melihat betapa indahnya pemandangan yang disuguhkan. Gedung itu dikelilingi hutan dan kebut teh yang luas. Rasanya aku bisa betah lama-lama berkeliling di sana.

Baru menikmati kedamaian yang tidak sampai 10 menit, aku dikejutkan dengan kedatangan Abizar yang keluar dari gedung dengan raut wajah kesal.

“Masuk!” perintahnya langsung menarik tanganku dengan kasar.

Aku meringis merasakan cengkraman Abizar yang terlalu kuat. Ku rasa pergelangan tanganku akan memerah karenanya. Dia menyeretku kembali ke aula pernikahan. Ternyata kami sudah ditunggu untuk berfoto bersama.

Senyum paksa harus ku perlihatkan karena Ayah beberapa kali memelototi ku saat merasa ekspresi ku kurang bahagia. Dasar Pria itu! Siapa juga bisa bahagia dengan kondisi begini?

.

.

Saat ini, aku sedang berada dalam mobil bersama dengan Abizar dan kedua orangtuanya. Kami sedang dalam perjalanan menuju rumah mereka.

Tidak ada percakapan yang berarti di antara kami. Ku rasa kedua orangtua Abizar juga bingung memulai topik pembicaraan karena mereka belum pernah bertemu denganku sebelumnya.

Tak selang berapa lama, kami memasuki gerbang rumah yang menjulang tinggi. Mataku melebar melihat pemandangan yang sangat indah bagai di surga. Halaman depan yang sangat luas yang dipenuhi banyak bunga bermekaran membuatku tak bisa menahan decak kagum.

Belum lagi saat terlihat bangunan bak istana dengan gaya Eropa. Astaga, apa mereka menyebut tempat seperti ini sebagai ‘Rumah’? Ini bahkan 3 kali lebih besar dari rumah ayah.

Saat mobil berhenti, Abizar langsung keluar tanpa menunggu kami. Kedua orangtua Abizar tersenyum canggung padaku.

“Maaf ya, Keyra. Abizar memang seperti itu. Maklumi saja,” ujar Ibu Abizar saat kami keluar dari mobil.

“Iya, Tante!” balasku dengan mengangguk. Kalau tidak salah nama Ibu Abizar, Tante Sandra.

“Eh, kok Tante sih, Keyra? Panggil Mama, dong! Kan, sekarang kamu sudah jadi menantu kami,” ralatnya.

“A-ah, iya. Emnt..., Ma!” ujar ku terbata.

Wanita tersenyum puas mendengar panggilan itu. Dia mengusap kepalaku dengan lembut. Astaga, aku malu sekali. Aku yakin pasti wajah ku sudah memerah saat ini.

Aku dibawa lantai 2 rumah itu. Kami berhenti di depan sebuah pintu. Tante Sandra membuka pintu itu. Aku langsung terpana dengan berbagai interior di dalam yang sangat feminim dengan warna dominan pastel merah muda.

Aku tebak kamar ini disediakan untuk Keyla. Lantaran dengan kepribadian Keyla yang memang suka warna merah muda sejak dulu. Sementara aku, sebenarnya aku tidak cocok dengan warna mencolok ini. Namun apalah daya, aku hanya pengganti. Tak ada hak untukku memilih warna yang aku sukai untuk kamar ini.

“Ayo Keyra. Kamu pasti sudah lelah. Istirahatlah sebelum kita makan malam nanti,” ujar Tante Sandra.

“Baik Tan- eh..., Ma! Terima kasih!” ujarku sesopan mungkin agar tak menunjukkan keenggananku menempati kamar itu.

Tante Sandra tersenyum lembut. Dia mengusak pucuk kepala ku. Lantas Tante Sandra segera turun bersama sopir yang tadi membantuku membawa koper. Ketika aku ingin menutup pintu, ruangan yang saling berhadapan dengan kamar ku terbuka. Menampakan Abizar yang menatapku dengan tak suka.

‘Aku salah apalagi?’ batinku.

Tidak ada habis-habisnya pemuda itu merengut padaku. Abizar melangkah cepat dan menarik ku keluar kamar.

“Jangan sentuh barang-barang di kamar itu! Kamu tidak punya hak!” tekannya padaku.

Aku tercengang melihat kemarahannya karena perkara kamar. Ku tepis tangannya dengan kasar. Ku lirik kamar yang tadi lalu balik menatap Abizar.

“Memangnya kenapa?” tantangku.

Wajah Abizar terlihat makin meradang. Dia mencengkram bahuku.

“Kamar itu milik Keyla. Kamu tidak ada hak untuk memakai kamar itu. Kami sudah menyiapkannya sedemikian rupa khusus untuk Keyla bukan untukmu. Jadi-”

“Jadi apa? Aku tak bisa tidur di situ karena aku bukan Keyla. Begitukah?” Ku potong ucapan Abizar karena dadaku mulai bergemuruh dengan segala larangannya.

“Iya! Pergi cari kamar lain sana!” hardik Abizar lantas segera kembali ke kamarnya dengan membanting pintu.

Aku meringis kasihan pada pintu yang tidak salah apa-apa tapi dijadikan tempat pelampiasan amarahnya. Aku melirik ke pintu kamar ‘Keyla’ yang setengah terbuka.

“Ah, bodoh amat! Aku capek! Aku mau mandi dan istirahat!” ujarku memutuskan untuk tetap menempati kamar itu.

Meskipun aku tahu Abizar akan semakin marah padaku. Yah, aku tidak peduli! Selama bukan Orangtua Abizar yang menyuruh, aku tidak akan pindah.

Lebih baik sekarang aku segera membasuh diri karena baju pengantin ini membuat kulitku gatal. Aku harus melemaskan urat-urat nadiku yang sempat tegang karena berdebat dengan Abizar.

Usai mandi dan berganti baju, aku segera turun ke lantai satu. Niat awalnya aku hanya ingin mencari makanan pengganjal saja. Namun saat aku melewati ruang tengah sembari celingukan mencari letak dapur, aku mendengar suara orang beradu mulut.

Perlahan aku mendekati sumber suara. Ternyata ada Abizar dan Tante Sandra di ruangan itu, ruangang yang tak lain adalah dapur. Tante Sandra sedang sibuk membuat memasak dibantu pelayan rumah. Sementara Abizar, mengikuti langkah ibunya ke sana ke mari dengan mulut yang terus melayangkan protes.

“Ma, please! Pindahkan dia ke kamar lain,” pinta Abizar.

Aku berdecih pelan melihat pemuda itu merengek kekanakan. Dia benar-benar bersikukuh tak ingin aku di kamar itu.

“Abizar! Keyra itu sudah menjadi istrimu. Kamu harus menghargai dia. Kamar itu sudah menjadi haknya,” sentak Tante Sandra.

“Tapi bukan dia yang aku mau, Ma! Bukankah Mama sendiri pernah bilang kalau pernikahan ini untuk menyelamatkan Keyla. Apa Mama sudah lupa sampai menerima perjodohan yang tiba-tiba diganti ini?”

Mataku melebar saat mendengar ucapan Abizar. Untuk menyelamatka Keyla katanya? Memangnya apa yang salah dengan Keyla?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ending...

    Langit berwarna jingga keemasan, angin sepoi menyapu lembut pekarangan tempat keluarga besar berkumpul sore itu. Setelah semua kekacauan dan luka masa lalu, akhirnya hari ini adalah hari tenang pertama bagi keluarga Bimantara. Keyra berdiri di balkon lantai dua, menatap matahari yang perlahan turun, membawa damai setelah badai panjang dalam hidupnya. Tanpa ia sadari, Abizar datang dari belakang, memeluknya dari belakang, erat dan penuh rasa. “Kamu yakin... masih ingin bersamaku?” bisik Keyra pelan, suaranya bergetar. “Aku sudah menyetujui cerai... aku pikir kamu akan pergi.” Abizar menggeleng. “Kamu pikir hatiku bisa diubah seperti itu, Ra?” “Kamu pikir setelah semua luka yang kita lewati, aku bisa begitu saja membiarkanmu pergi?” Keyra mulai menangis pelan. Namun pelukan Abizar justru semakin erat. “Aku tetap memilihmu, meski dunia bilang aku bodoh. Hatiku terkunci untukmu, Keyra. Dari dulu, sekarang, sampai nanti. Kamu satu-satunya rumahku.” Abizar menarik wajah Keyr

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Keputusan

    Langit mendung, seolah mencerminkan hati Kinara yang belum tenang. Sejak kepulangannya, dia terus mencoba mendekati Keyla, menyampaikan penyesalan dan keinginannya untuk memperbaiki segalanya. Namun selama berhari-hari, Keyla tak banyak bicara. Dia mengurung diri di kamar tamu, menghindari siapa pun, bahkan Keyra dan Abizar. Hari ini, Kinara kembali berdiri di depan pintu kamar itu. Dengan tangan menggenggam secangkir teh hangat, dia mengetuk perlahan. “Keyla… boleh Ibu masuk?” Tak ada sahutan. Setelah lama menunggu, pintu akhirnya terbuka sedikit. Keyla menatap ibunya tanpa ekspresi. Kinara melangkah masuk. “Ibu hanya ingin bicara… bukan untuk memaksa.” Keyla duduk di tepi ranjang. “Kau sudah bilang itu tiga hari lalu, dua hari lalu, dan kemarin.” Kinara tersenyum pahit, lalu duduk di sisi ranjang. “Ibu tahu tak akan mudah… Tapi kamu harus tahu, Ibu pulang bukan hanya untuk membongkar kejahatan keluarga Sanjaya, tapi juga… untuk menebus kesalahan pada kamu Keyla menatap

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Menuju akhir

    Riuh rendah suasana sekolah hari itu berbeda dari biasanya. Bisik-bisik terdengar di lorong kelas, sebagian besar membicarakan satu hal yakni kejatuhan keluarga Sanjaya.Di balik berita viral itu, nama Keyla ikut terseret, bahkan menjadi sorotan utama. Wajahnya yang dulu selalu penuh percaya diri kini terlihat pucat dan penuh tekanan. Beberapa teman dekatnya mencoba bersikap netral, tapi lebih banyak yang mulai menjauh secara halus."Keyla, sabar ya. Pasti kamu juga nggak tahu mengenai kasus keluargamu, kan? Kamu tenang aja, kita masih ada dipihakmu, kok!" hibur salah satu teman Keyla. "Iya. Maaf ya, karena aku tidak tahu tentang kejahatan Papa dan Kakekku. Seandainya aku tahu, aku pasti mengehentikan mereka," balas Keyla dengan ekspresi sedih. Namun berbanding terbalik dengan batin Keyla yang mendumel kesal. 'Sialan! Banyak yang menertawakan ku karena sudah jatuh. Aku tak bisa begini terus. Citraku benar-benar rusak karena rencana Papa gagal! ARRGHHH!' Saat itu, rombongan Keyra le

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Senjata Makan Tuan!

    Hari Minggu menjadi hari istirahat para remaja SMA yang baru menyelesaikan ujian sekolah. Keyra duduk di ruang tamu bersama Tante Sandra, tak sabar menantikan kepulangan Ibunya. Satu Minggu yang lalu, Kinara dengan kondisi belum stabil memaksa ikut ke tempat lelang. Katanya agar bisa memberi kejutan pada Keluarga Sanjaya.Sejak hari itu, Keyra hanya sesekali menghubungi ibunya karena kendala Ujian. Jika dia tidak salah, seharusnya hari ini acara lelang itu berakhir. Apakah rencana mereka berhasil?"Tenanglah..," ujar Tante Sandra dengan lembut."Keyra! Mama!" Abizar tiba-tiba berteriak heboh sambil berlari menuruni tangga."Ada apa?" tanya Keyra yang heran."Kita berhasil! Keluarga kita memenangkan lelangnya!" ungkap Abizar.Keyra ikut terperangah, "Benarkah? Aaah, syukurlah."Keyra ikut senang dengan kabar itu. Sangking senangnya dia melompat memeluk Abizar, meluapkan rasa lega. Abizar membalas dengan senang hati. Akhirnya, rasa lelah mereka saat menyelematkan Kinara terbayarkan.Tan

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Game Over?

    Lokasi Lelang Tambang Batu Bara - Aula Sementara Dekat Lokasi TambangDeretan kursi VIP tampak dipenuhi oleh para pengusaha tambang dari berbagai daerah. Di bagian depan, dua kubu besar menempati baris utama, perwakilan Sanjaya Corp dan perwakilan dari Bimantara Corp.Di sisi kanan, Wira Sanjaya duduk dengan senyum percaya diri. Di sebelahnya, Kakek Wijaya tampak tenang, meski sorot matanya menyiratkan keinginan menguasai penuh aset tambang tersebut. Mereka sangat percaya diri bisa memenangkan lelang dengan proposal bisnis buatan Kinara, serta bantuan surat wasiat palsu untuk membujuk Tuan Hanafiah.“Lelang ini formalitas saja,” bisik Wira pada Ayahnya. “Dengan surat wasiat ini, mereka tak punya celah untuk menang.”“Pastikan kamu tetap tenang. Setelah ini, tambang itu milik kita,” sahut Kakek Wijaya pelan.Sementara di sisi lain, Om Rudi dan Kak Rangga dari Bimantara Corp duduk dengan tenang. Mereka tampak menunggu dengan senyuman tipis. Dapat mereka lihat raut kesombongan dari sisi

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Detik-Detik...

    Lorong-lorong sekolah dipenuhi wajah-wajah lega para siswa yang baru saja melewati minggu berat. Suara tawa dan desahan napas lega terdengar di mana-mana. Keyra melangkah keluar dari kelasnya dengan wajah letih, tapi ada sedikit senyum di sana. Ujian itu seperti mimpi buruk yang akhirnya lewat juga.“Keyra!” panggil seseorang dari belakang.Keyra menoleh. Kevin sedang berlari kecil mendekatinya sambil membawa selembar kertas bekas cakaran. Dia meremat kertas itu menjadi bola kecil, lalu melemparnya ke dalam tong sampah. Menandakan akhir dari perjuangan di semester satu.“Eh, Kevin. Udah selesai?” tanya Keyra.“Udah. Gila sih, tadi nomor terakhir bikin nyaris nangis,” Kevin menyodorkan wajah dramatis. “Kamu sendiri gimana?”Keyra mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. “Lumayan. Kupikir bakal parah, soalnya ini ujian pertamaku di Nusa Bangsa. Tapi ternyata nggak seseram yang aku bayangin.”Kevin mengangguk kagum. “Kamu keren sih, Ra. Bisa ngimbangin materi yang telat dikejar dalam wakt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status