Share

Suami Kontrak 2: Dendam Cinta CEO
Suami Kontrak 2: Dendam Cinta CEO
Penulis: agneslovely2014

Pria Itu Belum Mati

"Sialan, jangan harap bisa membawa kabur Inez dariku, Mario!" rutuk Edward seraya memukul gagang setir mobil Audi A6 yang ia kendarai untuk mengejar istrinya yang dibawa kabur Mario.

Dengan akselerasi tinggi mobil Audi A6 itu berhasil melewati mobil sedan BMW hitam yang dinaiki Mario dan Inez. Edward bermaksud mencegat jalan mobil itu. Namun, sebuah truk kontainer melintas di hadapannya dan ia pun tak sanggup mengelak dan terlambat mengerem mobilnya.

"Ciiiiiiiiiitttt!" Bunyi suara ban berdecit menggasak aspal jalan raya Paris.

Disusul suara benturan keras mobil Audi A6 yang dikemudikan Edward dengan truk kontainer yang melintas di perempatan jalan itu. "BRAAAKKK!" Mobil itu terpelanting keras dan terguling-guling dengan mendarat dalam kondisi terbalik atap mobilnya.

Sejenak kesadaran Edward hilang, dia pingsan dengan kepala terkulai di gagang setir mobil sport mewah itu wajahnya berlumuran darah karena kulitnya robek di bagian wajahnya akibat pecahan kaca depan dan benturan dengan gagang setir sebelum air bag mobil itu menggembung.

John Whitmann berlari-lari panik menuju ke mobil majikannya, dia mencium bau bensin yang bocor dari tangki bahan bakar mobil. "Shit! Mobilnya akan meledak—" John memecah kaca mobil Audi A6 itu yang terkunci dari dalam.

Akhirnya dia berhasil membuka key lock mobil lalu mengevakuasi Edward yang cedera sangat parah akibat benturan keras mobil itu dengan truk kontainer dan aspal jalanan. Baru beberapa meter mereka meninggalkan mobil Audi A6 itu, terjadi ledakan hebat yang menyambar seluruh bodi mobil. 

John Whitmann dan Edward terjungkal ke aspal jalan raya Paris terkena api ledakan mobil. John pingsan dalam posisi tertelungkup melindungi tubuh Edward. Beberapa menit kemudian dia pun siuman lalu segera menghubungi rumah sakit di Paris karena bosnya masih bernyawa sekalipun kondisinya cedera berat. 

Mobil ambulans menjemput Edward dan John di jalan raya Paris itu lalu membawa mereka berdua untuk dirawat di rumah sakit. Sirine ambulans meraung-raung di tengah malam memecah kesunyian kota Paris.

Pria berkebangsaan Inggris itu duduk di samping brankar tempat Edward terbaring tak sadarkan diri dalam mobil ambulans. John Whitmann mengetik pesan kepada orang tua majikannya memberitahukan kecelakaan tragis putera kedua pewaris kekayaan Grup Victory Eternal Shipping (VES). 

Surat izin operasi Edward ditandatangani oleh John Whitmann karena keluarga bosnya itu berada di luar Perancis. Kakak sulung Edward ada di New York karena memang kantornya di sana, sedangkan papa mamanya ada di Medan, Indonesia. 

Secepat apa pun mereka sampai ke Paris tetap saja sudah sangat terlambat untuk menandatangani surat itu karena semua berada di beda benua. Semua biaya pengobatan Edward dibayarkan via transfer ke rekening rumah sakit itu oleh Tuan Gultom Hotma Sinaga, papa Edward.

Dokter bedah yang menangani Edward bernama Dokter Alan Springfield. Dia berkata kepada John, "Sir, kondisi pasien sangat buruk ada trauma tengkorak yang menyebabkan gegar otak. Selain itu pasien harus menjalani beberapa operasi mayor. Tuan Edward mengalami patah tulang betis kanan dan tulang rusuk keempat kelima sebelah kanan, wajahnya juga banyak bekas luka dalam. Namun, untuk wajah, saran saya  sebaiknya operasinya ditunda hingga pasien sadar untuk memutuskan akan seperti apa rekonstruksi yang dikehendakinya nanti."

John Whitmann mendengarkan dengan seksama sebelum bertanya, "Kapan pasien akan siuman, Dok?"

"Saya tidak bisa menjawab dengan pasti. Silakan menunggu hingga operasi selesai, Sir!" ujar Dokter Alan Springfield lalu bergegas masuk ke ruang persiapan operasi untuk menjalankan semua proses pembedahan yang diperlukan oleh Edward.

Rumah Sakit Bichat Claude Bernard memiliki reputasi bagus di Paris dan juga Eropa. Tim dokter yang turun tangan berjumlah 5 orang karena ada banyak cedera yang harus dioperasi. Monitor detak jantung, tekanan darah, dan kadar saturasi oksigen masih tampak normal tersambung dengan kabel ke tubuh Edward yang terbaring dalam kondisi hilang kesadaran. 

Setelah menjalani 6 jam operasi mayor yang menegangkan, Edward dipindahkan ke ruang ICU untuk pemantauan ketat pasca operasi. John Whitmann tak berani meninggalkan bosnya sebelum keluarga Edward ada yang datang ke sana.

Pada malam harinya, Tuan Gultom Hotma Sinaga dan istrinya Rae Adeline Hutapea yang menaiki private jet dari Jakarta ke Paris telah sampai ke Rumah Sakit Bichat Claude Bernard. Mereka melihat John Whitmann, pengawal pribadi putera mereka dan bertanya kondisi Edward.

"John, bagaimana keadaan puteraku, Edward?" tanya Tuan Gultom sedikit terengah-engah karena berlari-lari dari parkiran mobil.

"Master Edward masih belum siuman, operasinya berjalan lancar pagi tadi. Ada terlalu banyak cedera di tubuhnya dan gegar otak akibat benturan sewaktu kecelakaan," jawab John Whitmann sebisa ia menjawab karena dia buta mengenai hal medis, "mungkin untuk detail kondisi Master Edward, Anda bisa tanyakan ke Dokter Alan Springfield yang menangani beliau langsung, Sir!"

"Baiklah, thank  you, John!" sahut Tuan Gultom seraya menepuk-nepuk bahu John.

Kemudian papa mama Edward pun masuk ke dalam ruang ICU dengan mengenakan pakaian steril yang disediakan oleh rumah sakit.

"Pa, kasihan anak kita ...," isak Nyonya Rae Adeline Hutapea ketika melihat tubuh Edward yang babak belur dan wajahnya yang rusak sebagian akibat luka gores dalam.

Tuan Gultom memeluk istrinya yang menangis tersedu-sedu. Dia mendesah lelah lalu berkata, "Papa sudah memperingatkannya saat Edward merebut istri pria lain. Mungkin ini karma buruk dari perbuatannya. Kalau dia sudah sadar, Papa harap dia akan melupakan wanita bernama Inez itu. Masih banyak jutaan wanita yang bersedia untuk menerimanya sebagai suami, kenapa pula berebut satu wanita dan meregang nyawa di negeri orang seperti ini!"

"Ma–mama tidak terima, Pa. Wanita murahan sialan itu sebaiknya jangan mendekati Edward lagi ... atau Mama sendiri yang akan jadi dewi kematian untuk Inez Jansen. Mama membencinya!" rutuk Nyonya Rae Adeline.

"Sssttt ... jangan, Ma. Tolong jangan menjadi Tuhan dengan menentukan nasib orang lain apalagi membalas dendam. Itu akan jadi sebuah lingkaran setan yang mencederai semua pihak. Papa akan bicara dengan Edward bila dia sudah siuman dan bisa berpikir jernih. Kalau perlu, Papa akan minta dia menikah sesegera mungkin agar bisa melupakan Inez Jansen!" bujuk Tuan Gultom mengelus lembut rambut panjang istrinya yang masih hitam legam di usia nyaris kepala 6.

Nyonya Rae Adeline menatap tubuh putera kesayangannya dengan rasa terluka yang mendalam. 'Tak semudah itu orang yang membuat puteraku nyaris mati bisa melenggang bebas seenaknya di luar sana. Kita lihat saja nanti, seperti apa pembalasanku, Inez!' batinnya dalam amarah yang menggelegak.

Kedua orang tua Edward menginap di hotel bintang 5 yang terletak tak jauh dari rumah sakit tempat putera mereka dirawat. Sementara John Whitmann berjaga bergantian dengan rekan pengawal Edward yang lain. Tubuhnya begitu penat pasca rentetan kejadian tragis dan menegangkan yang ia alami bersama bosnya yang masih terbaring tak sadarkan diri di ruang ICU.

Sekitar pukul 04.00 pagi waktu Paris, pria itu perlahan membuka matanya dan merasa seluruh tubuhnya remuk redam. Satu nama yang terucap lirih dari bibirnya yang kering dan pecah-pecah. "Inez ..."

Komen (23)
goodnovel comment avatar
Siti Salwa
masih lagi memikirkan isteri Mario...sudah lah..kawin saja dengan yang lain.........
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
kasihan edward,kebih kasihan lagi irangtuanya
goodnovel comment avatar
mamatia21
siapa sih si Inez ini? dlm keadaan sekarat aja Edward masih panggil nama dia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status