Share

Suami Lupa Diri
Suami Lupa Diri
Penulis: Nur Meyda

Prologue

"Mami, boleh tambah?" tanya Axel seraya mengangsurkan piringnya yang sudah kosong ke depanku. 

"Boleh dong Sayang," jawabku senang.

Aku mengambilkan Axel sesendok lagi nasi goreng kesukaannya. Si bungsu ini suka sekali dengan nasi goreng.

"Papi mana sih, ke toilet aja lama banget. Nanti aku telat lho!" keluh Alea. Aku pun melihat ke kamarku di mana Mas Fatan sudah masuk sejak tadi.

"Bentar, biar Mami lihat ke dalam!" 

"Biar Mama aja Fa, kamu siapin anak-anak biar gak telat!" usul Mama mertuaku. 

"Iya, Ma!" jawabku singkat.

Mama berlalu dan aku membereskan sisa makanannya di meja. 

"Ayo anak-anak buruan, Papi bentar lagi datang!" buruku pada anak-anak.

Alea dan Axel bergegas menyelesaikan sarapannya, pakai sepatu dan menunggu Papinya datang.

"Anak-anak Papi sudah siap!" tanya suamiku dengan semangat.

"Siap Pi!" jawab anak-anak kompak.

"Oke, kita let's go!" 

Anak-anak menyalamiku dan Mama bergantian.

"Hati-hati ya Pi!" pesanku setengah berteriak.

Mobil yang membawa keluarga kecilku sudah menjauh. Aku menutup pintu lalu menyusul Mama yang sudah masuk terlebih dahulu.

"Ma, Dhifa mau ke salon ntar lagi. Mama mau ikut gak?" tanyaku.

"Ikut dong Fa, kepala Mama sudah terasa gatal nih," jawab Mama. 

"Kalau begitu Dhifa beresin dulu nih dapur."

Aku membersihkan bekas masakanku tadi dan mencuci semua peralatan yang kotor.

Dirumah ini bukan tak ada pembantu, hanya dia kerja pulang hari. Datang pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore. Sebelum dia datang akulah yang mengurus keperluan anak-anak dan suamiku.

***

Kami sudah berada di salonku. Aku sedang berada di dalam ruangan pribadiku saat mama mertua masuk. 

"Fa, kalau rambut Mama dicat bagus gak ya?" tanya Mama padaku.

"Bagus aja sih Ma, tapi warnanya jangan yang terlalu terang Ma," jawabku.

"Bagusnya warna apa ya?" 

"Mira kemari sebentar!" panggilku pada Mira asisten salon milikku yang sedang melintas di depan ruanganku. 

"Ya Bu!" Mira mendekat padaku.

"Tolong kamu pilihkan warna yang terbaik buat Mama saya ya. Sekalian bilang sama Elis saya minta laporan minggu ini!" 

"Iya Bu, mari Tante saya pilihkan warnanya diluar saja ya!" ucap Mira pada Mama Mertuaku.

"Oke, Fa Mama keluar dulu ya!" pamit Mama padaku.

"Iya Ma!" jawabku.

Mama keluar dari ruangan kantorku diikuti oleh Mira dibelakangnya.

Ya salon ini memang milikku, aku sudah memilikinya sejak aku masih gadis. Aku Nadhifa Soraya Pribumi, telah bersuami dan memiliki 2 orang anak. 

Alea Zahra Nogroho berumur 10 tahun dan Axel Ahmad Nugroho berumur 7 tahun.

Suamiku Fatan Nugroho Direktur dari perusahaan yang bergerak dibidang properti dan investasi. 

Tak ada yang kurang dari kehidupan rumah tanggaku, sempurna. Aku cantik dan pandai merawat diri. Perhatian pada suami dan anak-anak. Urusan ranjang dan perut suami aku tak pernah lalai.

Tapi ternyata suamiku berpendapat lain. Suamiku ternyata tak puas dengan pelayananku.

Malam hari saat kami akan beristirahat setelah capek beraktifitas seharian. 

"Fa!" panggilnya.

"Ada apa Mas?" tanyaku tanpa menoleh padanya.

Aku masih asyik membersihkan wajahku dari sisa make up yang menempel.

"Mas mau minta ijin!" ucapnya ragu.

"Ijin? Mas mau pergi kemana?" tanyaku heran.

Aku telah selesai dengan wajahku, aku bangkit dan mendekati suamiku.

"Mas ingin, ehm menikah lagi!" 

Bagai disambar petir aku tak percaya mendengar permintaan suamiku. 

"Menikah lagi? Mas sedang bercanda kan?" tanyaku tak percaya.

Aku berharap dia hanya sedang mengerjaiku, tapi aku kecewa saat dia menggeleng dengan yakin.

"Mas serius, Mas ingin menikah lagi!" 

"Tapi kenapa Mas, apa kesalahan aku sampai Mas tega meminta ijin untuk menikah lagi?" tanyaku dengan suara bergetar.

Aku berusaha menekan tangisku yang hendak keluar. Tak sudi aku menangis didepan lelaki yang telah menyakiti hatiku seperti ini.

"Kamu selalu mengurus Mas dan anak-anak dengan baik Fa. Tapi Mas butuh lebih dari itu. Mas butuh kekasih yang bisa menemani kapanpun Mas butuh! Tapi kamu selalu gak ada waktu buat Mas. Saat Mas ngajak kamu nonton, kamu gak jadi datang padahal kita sudah janjian dan Mas sudah menunggu kamu didepan bioskop sepulang kerja. Ah masih banyak lagi yang Mas rasakan perubahan kamu Fa. Beda saat sebelum kita menikah!" 

Aku tak habis pikir dan tak mengerti dengan kalimat panjang yang Mas Fatan ucapkan tadi. Aku berubah, apa dia gak mikir kalau sekarang bukan cuma ada dia saja. 

Sekarang sudah ada dua orang anak yang butuh perhatianku dan juga Mama mertuaku, Mama dia juga.

"Aku gak ngerti dengan kemauanmu Mas, aku gak mengijinkan kamu untuk menikah lagi!" 

Mas Fatan terkejut dengan penolakanku. Dia tak menyangka kalau aku yang selama ini selalu menurut dan mengikuti kemauannya, kini berani menolak dan berkata tidak. 

"Mas hanya minta ijin, jika kamu tak setuju tak apa. Mas akan tetap menikah dengannya!" teriak Mas Fatan padaku.

Mas Fatan meninggalkan aku yang masih kaget dengan teriakannya. 

"Mas tunggu dulu, kita belum selesai bicara! Mas Fatan!" teriakku mengejarnya.

Aku mengejar keluar rumah tetapi terlambat, Mas Fatan telah pergi dengan mobilnya.

Kucoba menghubunginya tetapi tak diangkatnya, kucoba sekali lagi malah tidak aktif nomornya.

"Mas Fatan, kamu tega Mas!" desisku lirih.

Air mataku akhirnya jebol juga, aku menangis tergugu di teras rumah. Sampai akhirnya Mama mertuaku mengajak masuk.

"Yang sabar Fa, kamu harus sabar. Mungkin dia sedang khilaf," bujuk Mama.

"Tapi dia mau menikah Ma, aku gak rela. Aku gak ridho!" tangisku sambil memeluk Mama.

Mama mendesah pelan, lalu mengelus pundakku sambil meminta maaf.

***

See u next part

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status