공유

6. Wanita itu datang lagi

작가: Apple Leaf
last update 최신 업데이트: 2023-09-11 14:43:15

Pagi-pagi sekali keluarga kecil itu kedatangan seorang tamu di depan pintu mereka. Tamu yang membuat keributan kemarin dan hampir memecah ketentraman keluarga Litha.

Paras wanita itu menampilkan senyum anggun seolah-olah apa yang dilakukannya kemarin bukanlah hal yang besar.

Dia berdiri di depan pintu dengan melambaikan tangan kanannya. Sorot matanya bergantian memperhatikan Kalandra dan Gemini.

“Buat apa kamu datang sepagi ini? Bukannya urusan kita sudah selesai kemarin?” tanya Kalandra yang bingung akan kehadiran Indira. Dia lalu menoleh pada Gemini di sebelahnya yang juga memasang raut bingung. “Sayang, kamu naik ke mobil duluan, ya.”

“Oke, Papa. Karena aku sudah nurut, sebagai gantinya Papa harus traktir aku sepulang sekolah,” kata Gemini yang memiliki senyum manis. Gadis kecil itu berjalan perlahan menuju mobil setelah mendapatkan anggukan dari sang ayah.

Senyum Indira perlahan memudar mendengar pertanyaan Kalandra. Apalagi melihat kedekatan ayah dan anak itu. Tentu saja dia merasa kehadirannya dianggap mengganggu sekarang. Namun, Indira masih tak melangkah pergi, yang artinya dia sudah mengubah pikiran lagi.

“Kamu tahu aku orangnya emosional. Aku ke sini buat minta maaf sama kamu dan Gemini. Ya, aku memang salah kemarin, dan Litha sudah memperingatkan aku.”

“Memperingatkan kamu?” ulang Kalandra.

“Bukan apa-apa, kok. Alan, aku minta maaf. Sekarang boleh aku minta maaf sama Gemini?” Indira dengan sopan meminta izin pada Kalandra. Perangainya memang nampak berbeda dengan kemarin. Kini, wanita itu terlihat bersikap dewasa.

Kalandra mengangguk pelan. “Kalau memang tujuan kamu tulus ingin minta maaf. Tapi, apa kamu tidak punya keinginan minta maaf pada istriku?”

“Istri ... ‘istriku’. Seharusnya sebutan itu untuk aku,” gumam Indira seraya menunduk pelan lantaran tak berani melihat mata Kalandra. “Aku pasti bakal temuin Litha, kok, sebentar lagi,” katanya dengan senyum datar.

Wanita itu membalik punggungnya, berjalan cepat menuju mobil hitam milik Kalandra. Jarinya mengetuk jendela mobil, mengisyaratkan agar Gemini menurunkan kaca mobil tersebut.

“Ada apa, Tante?”

Mata gadis kecil itu memiliki tatapan datar, tapi nampak jernih. Semakin diperhatikan wajahnya mirip memang mirip dengan Kalandra.

“Tante menyesal sekali atas apa yang terjadi kemarin. Apa Gemini mau memaafkan Tante? Hm, gimana kalau nanti siang Tante yang traktir kamu?”

“Gemini cuma mau ditraktir sama Papa. Sekarang Gemini mau berangkat ke sekolah dulu.”

“Kami akan berangkat sekarang,” kata Kalandra, lalu memutari bagian belakang mobil.

“Aku boleh ikut? Tadi aku naik taksi ke sini.”

Di dalam mobil, Gemini menatap kesal pada Kalandra yang sudah membuka pintu. “Tante itu tidak boleh satu mobil sama kita. Jangan bikin Mama cemburu, Pa.”

“Kamu bisa pulang naik taksi,” katanya bernada dingin. Tak mau berlama-lama, Kalandra memasuki mobil dan benar-benar mengabaikan Indira.

“Kenapa begitu—” Indira belum selesai berbicara tapi mobil yang dikendarai sekretaris Kalandra sudah melaju. Perempuan itu berdecak kesal sambil berjalan keluar dari gerbang rumah Kalandra.

****

Di tanah seluas 5000m² ini Litha telah membangun sembilan greenhouse. Sisa lahan kosong dibangun sebuah gudang dan rumah istirahat untuk para petani bunga yang bekerja untuknya. Totalnya ada lima belas orang yang mengurus greenhouse ini.

“Selamat pagi, Bu Litha.” Ketika Litha sampai, ia disambut oleh Pak Kerta, orang yang dipercaya mengurus greenhouse sekaligus atasan para karyawan.

“Pagi, Pak Kerta. Kenapa Bapak ada di sini? Harusnya Bapak istirahat dulu,” balas Litha. Ia menyerahkan dua kotak keik pada Pak Kerta.

Lima hari lalu Pak Kerta muntah-muntah karena gerd- nya kambuh. Dan Litha memberikan libur selama satu pekan. Ia nampak khawatir karena wajah Pak Kerta masih terlihat pucat.

“Saya tidak betah lama-lama berbaring di kasur, Bu. Dan saya sudah merasa sudah lebih sehat. Anak dan istri saya bekerja di sini, jadi saya lebih suka di sini. Lagi pula, kan, ada tempat istirahat,” balas Pak Kerta meyakinkan Litha agar tidak mencemaskannya.

“Ya sudah, saya percaya sama Pak Kerta. Tapi jangan terlalu banyak kerja dulu.” Litha menoleh pada dua kotak keik di yang ditenteng Pak Kerta. “Keiknya tolong dibagiin, ya, Pak.”

“Siap, Bu.” Pak Kerta kemudian berlalu menuju rumah istirahat.

Litha dan memantau greenhouse hampir setiap hari lantaran hampir setiap hari pula mereka panen.

Hamparan mawar merah di depan Litha selalu berhasil membuatnya mengembangkan senyum cerah. Ia melangkah di tengah-tengah dua bedengan yang berjarak satu meter. Melewati setiap batang mawar yang menghasilkan bunga.

Kemudian Litha teringat akan pesan suara dari Gemini yang belum ia dengar. Ia membuka smartphone-nya dan mendengar pesan suara tersebut. “Ma, Tante Indira datang lagi ke rumah. Sepertinya, Tante ini benar-benar bermasalah, Ma.” Litha terkekeh setelah membacanya, padahal dia sudah mengetahui kedatangan wanita itu pagi tadi dan memperhatikan interaksi mereka. Bisa dikatakan dia sedikit puas karena Kalandra mengabaikan wanita itu.

****

Gemini bersama Anggita dan Kirana duduk di kursi santai tengah menunggu jemputan. Beberapa anak sudah dijemput dan pulang, yang lainnya masih menunggu di area bermain. Hari ini mereka pulang lebih awal, dan Kepala Sekolah sudah menghubungi para orang tua.

“Gaun ulang tahun yang dipakai kakakku waktu ulang tahun sangat indah. Aku minta gaun yang sama, tapi kakakku tidak membolehkan,” tutur Anggita, gadis kecil itu mengerucutkan bibir.

“Kenapa minta yang sama? Kamu bisa minta gaun yang lebih cantik. Memangnya kapan ulang tahun kamu?” Gemini bertanya sambil menggoyangkan kakinya.

“Dua bulan lagi. Aku mau mempersiapkannya dari sekarang.”

“Ulang tahun kamu masih lama,” timpal Kirana. Gadis kecil dengan rambut di kuncir dua itu merupakan sepupu Gemini. Mereka berdua menjadi akrab setelah masuk ke sekolah yang sama.

“Kata Mamaku, kalau mengadakan pesta memang harus direncanakan jauh-jauh hari,” sahut Anggita lagi.

“Aku setuju sama Anggita. Tapi, kamu jangan setiap hari mikirin pesta ulang tahun, kamu harus belajar.” Kali ini Gemini yang menimpali.

“Memangnya kamu belajar setiap hari?”

Gemini mengangguk. “Iya, dong. Ditemani Mama.”

“Mama tidak pernah menemani aku belajar. Cuma Mbak asisten rumah yang bantuin aku,” kata Kirana, menundukkan kepala.

Gemini dan Anggita menoleh pada Kirana tanpa berkata-kata. Melihat sepupunya bersedih, Gemini melingkarkan lengan di leher Kirana. “Kapan-kapan mau belajar bareng?”

Kirana mendongak. “Kamu jarang datang ke rumah.”

“Kirana.” Suara Soprano seorang wanita membuat ketiganya menoleh bersamaan. Wanita yang mengenakan celana jeans ketat mengembangkan senyum saat berjalan melewati anak-anak menuju ke arah ketiganya.

“Sayang, ayo, kita pulang,” ujar Kinasih.

“Ma, kita ajak Gemini, ya? Soalnya Tante Litha belum datang.”

Sorot mata Kinasih saat mengalihkan tatapan pada Gemini, tidak begitu senang. Kinasih ikut-ikutan membenci Litha hanya demi menyenangkan Rosella.

“Kirana dengarkan Mama. Kalau dia pulang sama kita, Tante Litha akan khawatir karena tidak menemukan Gemini.”

“Tante bisa kirim pesan ke Mama. Biar nanti Mama jemput aku di rumah Nenek.” Gemini menyahut dengan semangat dan penuh harap bahwa Kinasih akan mengabulkan ucapannya.

“Iya, Ma. Kirim pesan ke Tante Litha,” paksa Kirana sambil menggoyang-goyangkan tangan Kinasih.

Kinasih sejenak tersenyum miring. “Oke,” sahutnya, mengambil ponsel, tetapi Kinasih tidak melakukan apa-apa ataupun mengirim pesan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    50. Tamat: Hadiah dan permohonan

    Seusai makan siang, Arvin dan Devita memilih pergi ke aquarium sebagai destinasi libur akhir pekan. Tak terasa sudah beberapa bulan ini mereka berkirim pesan singkat, dan kadang-kadang makan malam dan pergi ke tempat-tempat romantis. Layaknya pasangan kekasih pada umumnya.Namun, yang berbeda adalah status mereka masih tetap teman. Devita selalu menganggap jalan-jalan bersama Arvin adalah hal yang istimewa. Hal tersebut mengusik pikiran Devita sepanjang waktu.Apa yang telah dia lakukan selama beberapa bulan ini?Apakah Arvin memang hanya menganggapnya sebagai teman?Pria itu tak pernah mengutarakan perasaannya.“Pak Arvin, aku agak lelah. Aku mau pulang duluan.” Devita menarik langkah meninggalkan Arvin, yang saat itu sedang mengambil foto sebuah karang.Arvin segera menyusul dan mengikuti Devita. Perempuan itu berkata sedang lelah, tetapi masih kuat jalan kaki. Arvin pun mengira bahwa ia mungkin melakukan sesuatu yang tak disukai Devita.“Dev, mau saya pesankan taksi?”Sejak tadi Dev

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    49. Membenahi hubungan

    Seharian penuh Rosella tinggal di rumah Kalandra. Dan sekarang dia ditemani oleh Kinasih. Sementara Gemini dan Kirana dijaga oleh Mbak Tina di kediaman utama. Sepulang kerja, Genta yang akan mengantar Gemini pulang nanti.Sebenarnya Kinasih agak enggan menemani Rosella, mengingat dia melontarkan kekesalan pada ibu mertuanya itu.“Semalam aku sangat emosional, Ma. Jangan menaruh kebencian Mama sama aku, ya?” Kinasih menggigit bibirnya ke dalam seraya memindai raut muka Rosella. Meskipun Kinasih kerap mencebik Litha, sebetulnya hati Kinasih cukup rapuh bila ditekan amarah Rosella.“Hm, jangan ulangi lagi.” Rosella seperti tak mempermasalahkan karena sebetulnya, dia belum ada tenaga berurusan dengan Kinasih.Kinasih mengembuskan napas lega. “Apa Litha beneran bakal pulang, Ma? Kenapa sampai sekarang dia belum pulang juga?”“Jangan cerewet. Mending kamu pijat kepala Mama.”“Oke, Ma.” Kinasih dengan segera mengambil posisi berdiri di belakang Rosella. Jari-jarinya menari di pelipis Rosella

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    48. Kesepakatan

    Pagi-pagi sekali Kalandra bersiap berangkat ke rumah orang tua Litha. Dia bahkan melewatkan sarapan agar segera bisa bertemu istri dan anaknya. Padahal mereka hanya berpisah satu malam.“Aku berangkat, Ma.”“Mama tunggu kalian pulang.”Kalandra tiba-tiba saja menghentikan langkah karena menebak isi pikiran sang ibu. “Ma, aku sarankan Mama pulang saja kalau Mama menunggu Litha hanya untuk memarahi dia. Aku tak akan membiarkan Mama berkata kasar lagi di depan Litha.”Rosella berdecak serta mendelik tajam. Apa hanya itu yang mampu Kalandra pikirkan tentang dirinya. “Pokoknya kamu bawa saja dia pulang.”Kalandra tak berucap lagi dan segera melangkah menuju mobil. Dewa menunggu dengan mobil yang sudah siap berangkat.“Tunggu aku. Aku dalam perjalanan.” Begitulah isi pesan obrolan yang dikirim Kalandra pada Litha. Lelaki itu berlama-lama menatap layar ponsel—menunggu balasan dari Litha—yang tak kunjung muncul di layarnya.“Berapa menit lagi kita sampai?”“Sekitar 50 menit lagi, Pak.”“Lama

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    47. Pembicaraan serius

    “Jer, tolong temani Gemini sebentar. Aku mau bicara sama Papa,” ucap Litha pada Jeremy. Mata dalam Litha menunjukkan kilatan keseriusan.Wajah Jeremy biasanya dihiasi keceriaan melihat sang kakak dan keponakan kecil yang lucu. Namun, melihat wajah serius dan guratan kegelisahan di wajah Litha, Hati Jeremy merasa ditusuk. Pria itu tahu kedatangan Litha pasti karena perusahaan Kalandra yang sedang dalam masalah.“Kakak ke atas aja. Gemini aman sama aku.” Jeremy dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya kala menoleh pada Gemini. “Gemini suka main apa? Kasih tahu Om, dong.”“Gemini suka main puzzle sama bersepeda.”“Kebetulan Om punya puzzle.”“Oh ya? Gemini mau main puzzle, Om.”“Om suruh Bibi bawain ke ruang keluarga.”Sementara itu, Litha membawa langkahnya menapaki anak tangga ke lantai dua. Ia sudah menyangka kalau sang ibu pasti sudah menunggu dan ingin mendahului berbicara dengannya.Elvira menarik Litha ke suatu sudut. “Apa yang ingin kamu katakan pada Papamu? Kamu bisa bicarakan du

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    46. Pergi dari rumah

    “Bukannya Pak Kalandra adalah menantu beliau?”“Iya, itu memang benar.”“Tapi, kenapa mereka bertindak begini?”“Belum ada kepastian apakah Mahardhika Cita Multiusaha Group yang ada di belakang semua ini.”“Pagi ini mereka datang mengusulkan akusisi. Masih bilang tidak ada hubungannya dengan mereka? Hmph!”Setelah berdebat sejak siang hari, mereka menunggu Kalandra membuat keputusan. Setelah berdiskusi dan berpikir matang-matang Kalandra berkata, “Perusahaan ini akan berjalan dengan semestinya. Kita akan mendapatkan investor baru. Dan saya menyerahkan tugas ini pada Arvin.”“Saya tidak akan mengecewakan Bapak.”“Kita harus secepatnya mendapatkan investor Pak. Kalau tidak, produksi film kita akan terhenti.”Semua orang di ruang rapat tampak cemas memikirkan nasib perusahaan. Diskusi kembali berlanjut soal bagaimana mereka akan mendapatkan calon investor bagi perusahaan.Rapat itu usai mendekati waktu makan malam. Kalandra langsung pergi ke ruangannya, bahkan melewatkan makan malam. Ia

  • Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku    45. Relung hampa

    “Kamu sudah selesai bekerja? Aku sengaja ingin mengantarmu pulang.”Wanita itu seolah merasakan getaran yang membuat tubuhnya terpaku. Namun, perlahan dia memutar wajahnya untuk melihat pria tak asing itu begitu dekat. Dia bahkan bisa merasakan embusan napas pria itu seakan meraba wajahnya.“Kamu demam? Wajahmu kelihatan agak merah.” Tanpa diduga Hedy menggenggam wajah Indira dengan kedua telapak tangan besarnya. “Sedikit hangat.”“Lepaskan,” perintah Indira lalu buru-buru menjauhkan diri. Hati Indira belum siap untuk menerima seseorang. Dia takut akan dikecewakan lagi. Dan lagi pula, Hedy memiliki penggemar wanita yang lebih banyak dari Kalandra. Ada berapa banyak perempuan yang ingin menjadi kekasih Hedy?Indira tak mau berharap meski untuk sedetik saja. Meski begitu Indira tak bisa menghindari pria itu karena Hedy akan selalu datang ke lokasi syuting atau menyuruh Indira datang ke apartemen—mencicipi masakan Hedy.Ini membuatnya seakan bisa gila.“Bereskan barangmu. Aku antar pulang

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status