SUAMI YANG DIHINAKAN TERNYATA KAYA 7 TURUNAN
Aib Desa CibungahPART 53Suasana hening dan sepi selepas adzan Isya sudah menjadi kebiasaan di Desa Cibungah ini, dari setelah waktu Maghrib tidak ada lagi aktivitas yang dilakukan di luar rumah. Anak-anak sudah tidak ada lagi yang berkeliaran, mereka semua menghabiskan waktu di dalam rumah saja hingga sampai pagi nanti.Begitupun orang-orang tuanya, selepas salat berjamaah di musholla Kobong milik Ustaz Arief, mereka pun langsung beristirahat dan berdiam diri, hanya terlihat beberapa orang di balai desa tempat biasa pak kades berbincang dengan beberapa orang warga.Jam sembilan malam, selepas menonton acara di televisi, Rohani mengajak suaminya Mursan untuk beristirahat di dalam kamar, sebuah waktu rutin yang terjadwal. Dua anak mereka sudah masuk ke kamar masing-masing.Rohani memang yang memegang penuh kuasa di rumah ini. Dia yang mengangkat derajat Mursan, yang tadinyaPart 54Rohani sekarang terlihat kalap, bukan menyerang suaminya Mursan, tetapi mencakar dan menjambak rambut Samsiah yang belum sempat berpakaian. Menarik dan menyeret-nyeret rambut panjang itu ketepian ranjang tidur. Samsiah melolong menjerit kesakitan, sembari berusaha menutupi tubuhnya yang polos."Dasar perempuan binal! Kegatelan!" Segala umpatan dan caci maki terus terlontar dari mulut Rohani. Marah dan geram kepada Samsiah yang dia anggap merebut dan menggoda Mursan.Mursan yang mencoba menolong pun dihajar dan dipukul oleh Wawan, saudara sepupu Rohani, juga Karta. Walaupun Rohani berteriak mencegah, sepertinya dia masih tidak rela Mursan diperlakukan seperti itu, tetapi dengan Samsiah dia berbuat semaunya.Pak kades Sukardi mendiamkan agar mereka mendapatkan hukuman dari yang merasa menjadi korban perbuatan Mursan dan Samsiah, lalu kemudian mulai memisahkan. Darah terlihat dari sudut bibir Mursan, sementara Samsiah rambutnya
"Rajam sampai mati.""Sepertinya hukuman seperti itu tidak bisa kita terapkan Ustaz, bisa-bisa kita semua ditangkap polisi dan masuk bui," ucap Pak Sukardi, kades Desa Cibungah."Pak kades benar, dan saya hanya menjelaskan apa yang tadi bapak tanyakan," jelas Ustaz Arief.Jadi kira-kira hukuman apa yang pantas diberikan kepada mereka berdua?" tanya pak kades, yang masih kebingungan karena ini adalah peristiwa pertama yang terjadi di desa ini."Dengar tuh Kang Mursan! Samsiah itu hanya ingin duitnya Akang, dia nggak cinta sama Akang!" ucap Rohani mengingatkan suaminya dengan nada cukup keras. Mursan diam saja, tidak menjawab ucapan istrinya."Saya mencintai Kang Mursan," sergah Samsiah cepat, dan Mursan langsung menoleh ke arah Samsiah, semua yang hadir pun melihat ke arah Samsiah."Dasar perempuan gatel! Tadi kau bilang hanya ingin duitnya saja!" bentak Rohani, emosinya mulai naik lagi. Matanya melotot tajam."Awalnya memang beg
Samsiah mulai menangis, meratapi nasibnya. Dia bingung harus melakukan apa, ditambah lagi Samsiah sudah menandatangani surat perjanjian jika dirinya tidak bisa menuntut apa pun terhadap Mursan."Mungkin hanya masuk angin saja, Yah," ucap Ela, bermaksud menenangkan hati adiknya tersebut. Samsiah tidak menjawab, dia masih terus saja menangis."Kamu sudah berapa lama tidak dapat haid?" tanya Ela, berjongkok di samping Samsiah yang masih terduduk di lantai kamar mandi."Hampir enam Minggu, Teh," jawab Samsiah, sembari mengusap air matanya. Ela sekarang yang terdiam mendengar jawaban adiknya tersebut, dahulu pun dia merasakan mual-mual seperti itu dan diusia kehamilan yang hampir sama dengan yang Samsiah rasakan."Mungkin hanya haid kamu yang tidak teratur," ucap Ela lagi, kembali menenangkan hati Samsiah."Sepertinya ngga, Teh. Biasanya tiga Minggu yang lalu seharusnya dapat haid." Samsiah mulai memukul-mukul perutnya, sepertinya dia memang tidak siap
SUAMI YANG DIHINAKAN TERNYATA KAYA 7 TURUNANPreman BayaranPART 57Daniel dan Nathan yang keduanya juga adalah saudara sepupu Riswan jatuh terjerembab di lantai luar ruang resepsi Risma dan Riswan diselenggarakan. Para wartawan yang memang banyak meliput pesta resepsi itu langsung mengerubungi mereka, ingin mengetahui asal muasal penyebab kedua pria muda ini berlaku rusuh.Daniel dan juga Nathan menatap Toni dengan pandangan marah dan emosi, alkohol yang berasal dari minuman keras yang mereka tenggak di luar pesta, sepertinya sudah menguasai mereka berdua." Bangsat kau jongos! Tidak usah sok ikut campur dengan urusan kami!" sentak Nathan dengan penuh amarah, sembari berusaha bangkit dari lantai dengan sedikit terhuyung."Heii! Kuli! Mau cari mati Lo!" Daniel kali ini yang bicara membentak, sembari menunjuk-nunjuk ke wajah Toni. Beberapa rekan kerja Toni yang juga bodyguard Riswan yang terlihat emosi sempat ingin men
Riswan benar-benar dibuat panik dengan musibah yang menimpa Toni, karena berusaha melindungi dan menjaga dia dan keluarganya, juga salah satu orang yang paling dia percaya dan loyal terhadapnya."Bagaimana dengan yang lain, ada yang cidera juga?" tanya Riswan lagi kepada salah seorang anak buahnya."Alhamdulillah tidak ada, Pak." Ferdi, nama orang yang berbicara dengan Riswan tersebut lantas menunduk, wajahnya berubah menjadi sedih. "Bang Toni pun terkena sabetan parang karena ingin melindungi saya. Ya Allah, saya benar-benar merasa bersalah jika terjadi sesuatu terhadapnya," ucap Ferdi lagi, matanya mulai berkaca-kaca.Riswan lantas menepuk-nepuk bahu Ferdi, begitu pun dengan rekan-rekan kerjanya yang lain, mencoba ingin menghiburnya."Semua yang terjadi sudah suratan takdir dari Yang Kuasa, kita hanya bisa berpasrah dan berdoa, minta yang terbaik
Suasana pagi Desa Cibungah tetap seperti biasanya. Udara yang terasa dingin, dengan hembusan angin khas pegunungan yang lembab menyegarkan menyelimuti desa ini dari hari ke hari.Ela terlihat sedang termangu di depan teras rumahnya yang tidak terlalu luas, hanya selebar satu meter tepat dari depan pintu masuk. Wajahnya terlihat seperti sedang berpikir, atau mungkin sedang dalam kondisi kebingungan.Hari ini dia bingung harus masak apa, bukan terkendala bahan-bahan, tetapi dia sudah benar-benar tidak lagi memiliki uang. Uang simpanan miliknya yang dahulu dia kumpulkan sedikit demi sedikit, sudah benar-benar habis untuk membiayai segala keperluan akomodasi dan pegangan uang untuk Tohir, saat harus menjenguk berkali-kali di ruang tahanan, belum lagi harus memberikan uang diam kepada oknum aparat yang berjaga agar dimudahkan untuk bisa menjenguk.Saat ini putrinya Naya masih tertidur, bagaimana jika dia terbangun lalu meminta
Surti lantas mempersilahkan Risma untuk masuk ke rumahnya, mempersilahkan Risma untuk duduk di sofa ruang tamu yang terkesan mewah dengan banyak furniture, tetapi Risma merasakan kesan seram di dalam rumah ini. Rumah pemain riba, yang mungkin juga tidak pernah dipakai untuk beribadah di dalamnya.Surti lantas masuk ke dalam ruangan yang lebih dalam, balik kembali ke tempat Risma menunggu, sembari membawa sebundel tumpukan map yang dia letakkan di atas pangkuannya. Sementara ke dua orang penjaga Risma menunggu tidak jauh dari pintu rumah.Surti lantas membuka, dan mencari-cari sertifikat atas nama Hasyim, setelah dia temukan lantas diletakkan di atas meja."Ini Mbak, sertifikatnya. Pinjamannya 60 juta, tapi karena telat maka harus ditebus 100 juta," ucap Surti santai saja. Risma tersenyum sinis mendengar ucapan Surti."Bisa sampai seratus juta bagaimana hitungannya? T
"Insya Allah dalam waktu dekat kita sudah bisa pergi umroh sama-sama Ustaz, Umi," jelas Risma kepada kedua orang guru agamanya tersebut. "Alhamdulillah ... saya tidak tahu bagaimana caranya harus berterima kasih mendapatkan rejeki yang luar biasa ini, selain hanya bisa bersyukur dan berdoa, semoga Allah selalu memberikan rahmah, hidayah, kesehatan, dan perlindungan untuk Neng Risma, Riswan, dan seluruh keluarga tercinta," ucap Ustaz Arief berterima kasih. "Aamiin ya Allah, terima kasih atas doa-doanya Ustaz," jawab Risma, yang dia pun tidak henti-hentinya bersyukur jika memang diberikan kesempatan untuk dapat beribadah ke tanah suci, hal yang tidak pernah terpikirkan bisa terlaksana dahulu, mengingat bagaimana susahnya hidup mereka hingga menjadi bahan hinaan dan celaan saudara-saudara, bahkan oleh bapak kandungnya sendiri. Bahkan setelah kebenaran