Home / Romansa / Suami Mutualisme / Bab 2 Pria Aneh Yang Mengerikan

Share

Bab 2 Pria Aneh Yang Mengerikan

Author: Buenda Vania
last update Huling Na-update: 2021-06-04 09:33:09

"Yang ada ni, si Yoona di gantung di pohon toge sama ayahnya," sahut Alandra.

"Kalau Ayah gw tau, gw nyentuh minuman terkutuk itu. Yang ada gw bakalan dihapus dari daftar ahli waris." ucap Yoona bergidik ngeri membayangkan ayahnya yang membawa map dan bolpoin. "Si Shaan, emang bikin ulah apa lagi, Al?" tanya Yoona pada Alandra.

"Dia bilang udah gak sanggup kerja sama bosnya yang Workaholic. Dia selalu marah dan ngedumel persis seperti mulutnya emak-emak komplek," keluh Alandra.

"Kalau udah gak betah dan berat banget untuk di jalanin kenapa gak berhenti aja!" usul Sarah.

"Gw setuju banget sama Sarah, kalau kerja dengan beban dan udah gak betah, mending berhenti. Sumpah, kalau sudah seperti itu, rasanya udah gak enak banget," Elsa menimpali.

"Tapi, bukannya udah di suruh ya sama Alandra!" Yoona masih mengingat benar saat beberapa hari lalu Alandra bercerita soal Shaan yang menolak disuruh berhenti.

"Itu dia, gw juga gak ngerti." Alandra menghela nafas berat. Sikap Shaan akhir-akhir ini sangat aneh dengan sikap yang terkadang tak masuk akal.

Pembicaraan for flower pun berlanjut hingga beberapa jam sebelum mereka memutuskan untuk pulang kerumah dan menikmati Weekend mereka.

Keesokan harinya Yoona terbangun dengan perasaan yang sangat damai. Entah sudah berapa lama ia tidak merasakan sedamai ini. 

"Ah ... akhirnya. Selamat pagi Yoona," sapanya pada dirinya sendiri. Yoona melirik jam weker yang sengaja tidak ia nyalakan karena ini akhir Minggu. "Jam. 07:30. Hemm.. kalau untuk jogging di luar sepertinya gak mungkin. Sepertinya zumba di rumah lebih asik."

Tanpa pikir panjang Yoona langsung mencuci muka dan menyikat gigi, kemudian mengganti pakaiannya dengan atasan tanktop, celana cargo, sepatu anti slip dan terakhir topi dan bandana.

Yoona pergi ke dapur, meneguk air putih. Yoona melirik sebarang rumahnya seolah tidak ada kehidupan dengan lampu luar masih menyala. "Sepertinya orang gila itu tidak ada di rumah," gumamnya pada dirinya sendiri.

"Come on Yoona, kita mulai!" teriaknya pada dirinya sendiri.

Yoona mulai melakukan pemanasan sebelum ia menyalakan musik. Setelah dirasa cukup Yoona mulai menyalakan lagu dengan sangat keras hingga terdengar keluar rumah. Yoona yang merasa yakin tetangganya tidak ada di rumah, ia menyalakan musik lebih keras dari biasanya.

Alunan lagu yang sudah di mix oleh DJ menggema di seluruh penjuru rumahnya. Yoona terus memutar beberapa lagu, mulai dari, Dura-daddy yankee. Salah apa aku. Bahkan sampai yang sedang populer saat ini, Ampun bang jago by Tian strorm x Ever Slkar.

Yoona begitu mahir mengikuti setiap hentakan musik DJ yang membuat jantung berdetak hebat seperti mengikuti irama musik.

Seseorang sedang berusaha mengetuk-ngetuk pintu dan jendela rumah Yoona. Namun karena musik dan konsentrasi Yoona yang sedang fokus pada ka layar TV LED-nya, Yoona tidak sadar ada yang menatapnya dengan berang dari jendela kamarnya.

Yoona terus menghentakkan tubuhnya mengikuti irama musik, hingga akhirnya musik berhenti dengan paksa. Bahkan suasana terasa sangat hening dan mencekam.

Dengan nafas yang memburu dan keringat mengalir deras di seluruh tubuhnya. Yoona diam tak bergeming, berdiri di tempatnya.

Tak lama ia mendengar suara ketukan sangat keras di jendela kamarnya.

Dug Dug Dug Dug Dug! Yoona membelokkan kepalanya tanpa menggerakkan tubuhnya ke arah dimana jendela berada. Mata Yoona melotot seolah ingin keluar dari tempatnya. Sosok yang dilihat sangat mengerikan dengan mata yang sangat merah dan pakaian yang sangat kotor, Jangan lupa dengan wajahnya yang brewokan. "Dia, benar-benar orang gila!"

Dug! Dug! Dug!

Yoona memundurkan tubuhnya merasa terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat. Pria itu begitu mengerikan dengan sorot mata yang tajam seolah ingin menelannya bulat-bulat. Dengan cepat Yoona menutup gorden jendela di mana ia biasa berolahraga, padahal ia tidak pernah menutup gorden selama hampir tiga tahun ia tinggal di rumah itu, terkecuali gorden di kamarnya.

Yoona mendekap jantungnya yang nyaris loncat dari tempatnya bergantung selama ini. "Gila, itu orang apa demit." Yoona terus menghembuskan nafas kasarnya. 

Yoona keluar dari ruang olahraga. Namun, tak lama ia mendengar pintu rumah kembali di ketuk. Tidak, bukan di ketuk lebih tepatnya di gedur-gedur.

Dug! Dug! Dug! Yoona yang masih merasa takut ada orang sinting di dekat rumahnya, ia pun mengendap-ngendap dan berusaha mengintip dari lubang pintunya.

Yoona kembali memundurkan tubuhnya ketika melihat orang sinting yang yang berada di jendela di tempat olahraga kini sudah berada tepat di depan pintu beranda rumahnya.

Bagaimana tidak disebut orang sinting. Pria aneh itu, benar-benar berantakan dengan pakaian kumal, rambut sedikit gondrong yang acak-acakan, rahangnya yang ditumbuhi brewok, matanya yang merah seperti seorang pemabuk, kaosnya kotor, dan celana yang usang bahkan robek di bagian dengkul. Jelas yang muncul di benak Yoona itu adalah orang sinting gila yang mabuk.

Yoona sendiri masih heran bagaimana bisa orang gila masuk ke kawasan perumahannya, sedangkan masuk ke dalam perumahan ini harus menggunakan identitas pengenal dan kartu khusus penghuni. Karena itulah setiap rumah dibangun dengan diberi taman di kiri dan kanan sehingga dapat melihat sekitarnya dengan baik.

Yoona yang masih merasa takut berusaha mengendalikan diri dan menghadapi orang sinting yang berbeda tepat di depan rumahnya. Sebelum membukakan pintu, Yoona terlebih dahulu mengambil payung dan menyembunyikan di belakang tubuhnya.

Ceklek! Pintu terbuka, Yoona menyembulkan sedikit kepalanya. Orang di hadapannya itu masih menatapnya dengan sorot mata tajam dan mengerikan. "Maaf ada perlu apa?" tanya Yoona dengan nada sarkas mengendalikan rasa takutnya.

"Apa berisik adalah gaya hidupmu?" tanya pria itu dengan nada dingin.

Mata Yoona membulat sempurna, rasa takut yang dirasakan menguap begitu saja. Ia pun membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan mengetuk-ngetukkan payung yang ia sembunyikan di balik tubuhnya.

Ketidakadilan itu membuat Yoona melupakan sedikit rasa takutnya pada laki-laki itu. "A-apa! Gw, berisik?!" Yoona menunjuk dirinya sendiri. "Enggak, enggak. Lo bilang gaya hidup gw berisik! Punya hak apa Lo menilai gaya hidup gw?" tanya Yoona masih dengan emosi yang berkobar-kobar.

"Saya terganggu dengan musik Anda yang memekakkan telinga!" Mendengar apa yang diucapkan oleh pria menyeramkan di hadapannya ini membuat kening Yoona mengkerut.

"Sepertinya tidak, coba Anda dengar baik-baik!" Yoona menghentikan ucapannya agar pria aneh di depannya ini dapat mendengar apa yang ia dengar. "Rumah ibu Marisa di seberang rumah ini, suara musiknya terdengar sampai kesini dan mungkin ke telinga Anda! Menurut gw gak masalah, karena ini masih pagi di mana semua orang sudah TER-BA-NGUN." Eja Yoona di akhir kalimatnya.

"Tapi, musikmu mengganggu tidurku!"

"Hellow! Itu bukan urusan gw!" Yoona berbalik dan hendak masuk kembali ke dalam rumah, tapi pria aneh menyebalkan itu menahan lengannya.

"Itu urusan Anda, karena musik Anda mengganggu tidur saya!"

'Kenapa bisa mengganggu tidurnya? Apa pria brengsek menyeramkan ini tetangga gw? Apa dia tetangga di sebelah rumah gw! What the hell? Tetangga!!' teriak Yoona yang dapat terungkap hanya dalam benaknya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami Mutualisme   Bab 147 I Love You Yoona Guillermo

    Anita membeku, menghentikan langkahnya dan berputar dengan cepat ke hadapan tiga orang yang sedang duduk santai di ruang tengah.Pengakuan Dante baru saja mampu membuat jantungnya berhenti berdetak lalu kembali memompa sangat kuat. 'Apa maksud Dante?'"Maksudnya gimana? Dia—" kini Dimas melihat ke arah Anita yang wajahnya semakin pucat dan tubuhnya gemetar hebat. Namun, tatapannya menusuk Dante dengan tajam.Yoona membekap mulutnya. Wajahnya tak kalah pucat dengan Anita. Jadi Priyanka—benarkah dia bukan anak Dante? Tapi suaminya memperlakukan anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Yoona sama sekali tidak menyangka akan hal ini. Apa mommy Ainun tahu?"Ya? Dia wanita yang kamu cari. Yang sudah mencuri benihmu diam-diam dan melahirkannya."  Apa? ( …. ) Yoona dan Dimas melihat kearah Anita, lalu berpaling pada DanteDengan sisa tenaga yang masih bersemayam di tubuhnya, Anita menghampiri Dante dan mengkonfirmas

  • Suami Mutualisme   Bab 146

    "Kamu siap untuk malam ini Yoona?" tanya Dante saat masuk kedalam kamar dan melihat Yoona duduk dengan santai di sofa.Dante tahu Yoona melihat dan mendengar apa yang diinginkan oleh putrinya. Yoona tersenyum lebar, bengun dari duduknya dan mengitari Dante. Telunjuk wanita itu menusuk tubuh pria itu sedang tangan satunya bersembunyi di balik tubuhnya sendiri."Kamu ingin aku berperan menjadi istri yang pencemburu atau ibu tiri yang jahat?" Merasakan jarak sedekat ini dengan sentuhan jemari Yoona membuat tubuh pria itu memanas. Jika saja ia punya banyak waktu saat ini juga pasti sudah langsung membopong tubuh Yoona dan menenggelamkannya di ranjang. Tapi sial, Anita dan anaknya sedang bermain drama yang menarik, yang tidak bisa ia lewatkan begitu saja.Tidak tahan lagi akan ulah istri yang terus berputar dan saat telunjuk wanita itu menyentuh titik sensitifnya, Dante langsung menggenggam jemari Yoona dan menarik tubuh wanita itu hingga be

  • Suami Mutualisme   Bab 145 I Want You To Sleep With Us

    Ini pertama kalinya ia melayani Dante. Selama menikah dengan pria itu tidak satu kali pun Dante mau makan di meja yang sama walau dengan desakan Ainun."Nanti saja. Aku mau menyuapi putriku dulu?" Ini jelas penolakan.Akan tetapi Anita dan Priyanka tidak melihat hal itu. Mereka terlalu bahagia karena bisa makan bersama setelah sekian lama.Priyanka makan dengan lahap. Sementara Anita terus menatap Dante penuh minat. Bagaimana pria itu dengan piawainya mengurus putrinya, lengannya yang berotot dapat menggendong tubuhnya yang ramping, memeluknya erat. Ah, imajinasinya pun mulai berkelana jauh dimana Dante memanjakan dirinya dengan penuh cinta. "Dad," panggil gadis itu penuh harap. Suara Priyanka juga mampu membangunkan Anita dari lamunannya."Ya, honey. Mau tambah sesuatu?" Dante menghentikan suapannya, menatap putrinya dan menunggu apa yang ingin dikatakan gadis itu dengan sabar.Priyanka menunduk, rasa takut mulai menyelimutinya, tapi ia harus mengatakannya segera sebelum Daddy-nya

  • Suami Mutualisme   Bab 144 Aku Percaya Padamu

    Dokter itu segera meraih tangan Sulis dan membimbing agar wanita itu duduk."Bunda tidak sengaja terkena pisau Dok. Ini semua salah saya. Saya mencoba—Yoora hendak turun dari ranjang, tapi segera ditahan oleh suster. "Anda di sini saja, biar kami yang obati luka beliau.""Tapi bunda saya?" Yoora benar-benar cemas pada luka tangan Sulis."Tidak apa-apa, sayang ini sudah ditangani dokter tadi." Sulis meyakinkan. Sulis dan dokter di hadapannya saling pandang, memberi isyarat agar dokter yang adalah sahabatnya mau bekerja sama dengannya. Sekali ini lagi.Sebelum Sulis masuk ke ruang perawatan Yoora, wanita itu lebih dulu menemui dokter yang adalah sahabatnya saat masih SMA dulu. Sulis yang tahu temennya juga praktek di rumah sakit yang sama meminta bantuan padanya untuk drama yang mereka mainkan sekarang. "Saya sudah ke klinik dokter, ini sudah ditangani dengan baik," ujar Sulis sambil sesekali melihat ke arah p

  • Suami Mutualisme   Bab 143 Alandara Hamil

    Brak!Keduanya tersentak. Tubuh Yoona dengan sorot kesal terlihat jelas. Wanita itu melangkah lebar semakin masuk kedalam toilet dan berhenti tepat di hadapan Alandara yang masih diam mematung.Yoona langsung merengkuh tubuh sahabatnya. Memeluknya erat dengan elusan lembut di punggung wanita itu.Sedangkan Sarah masih kaget dengan kedatangan Yoona dan gebrakkan kuat tangannya pada daun pintu. Pandangan Sarah hanya mengikuti langkah Yoona hingga wanita itu berhenti tepat di depannya, dimana Alandara berdiri dengan tubuh gemetar."Lo gak usah khawatir. Gue bakalan minta bang Dante buat nyeret laki-laki itu ke hadapan Lo, Al?""Hah? Tapi—" Sarah kehilangan kata-katanya. Yoona kan baru datang bagaimana bisa Yoona tahu bahwa Alandara saat ini tengah mengandung dan menjanjikan Alandara bahwa Dante akan menyeret Anggara?Yoona melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang sudah banyak keluar. "Semua bakalan baik-bai

  • Suami Mutualisme   Bab 142 Bagaimana Keadaan Yoora?

    "Kita sama-sama bodoh. Padahal kita bisa seperti ini diam-diam, kan?" Sulis berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.Sulis meminta Yoona untuk duduk, meletakkan paper bag berwarna coklat muda diatas meja.Yoona melongok sedikit melihat isi dalam tas itu, yang terlihat hanya beberapa bungkus plastik putih dengan stempel alamat sebuah apotek. "Bunda bawa apa? Dari mana?" Yoona kembali mendorong paper bag dan kembali fokus pada bundanya yang enggan menjawab pertanyaannya.Sulis memang mengabaikan pertanyaan putrinya, wanita itu malah bertanya apa yang mau dimakan Yoona."Apa aja, Bun. Aku, kan pemakan segalanya." Yoona menjawab dengan sedikit cengiran."Sup iga sapi kayaknya enak di sini." Yoona mengangguk setuju. Menu iga sapi memang menjadi bintangnya di cafe itu.Selama menunggu makanan datang. Sulis bertanya berbagai hal. Apa yang dilakukan Yoona, seperti apa Dante dan apa Yoona bahagia dengan pernikahannya. Sulis ju

  • Suami Mutualisme   Bab 141 Lo Hamil Al?

    "Ba-baik …. Mom." Mata gadis itu berkaca-kaca.Dia Mommy-ku. Apa dia ibu yang melahirkanku? Kenapa begitu kasar?Selalu pertanyaan ini yang berulang-ulang hadir dalam hati gadis kriwil itu.Obsesi ibunya sudah ditanam bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Keinginan ibunya sendirilah yang membuat ia selama ini jauh dari ayahnya.'Aku harus bisa membujuk Daddy agar mau bersama Mommy lagi.' Harap Priyanka yang entah bisa terkabul atau tidak.Dulu sebelum ada Yoona, Daddy bahkan tidak mau duduk bertiga dengannya dan Anita. Daddy-nya selalu mengajak seseorang. Entah itu pria atau wanita. Sekarang Daddy-nya sudah menikah dan terlihat bahagia, apa bisa kembali pada Mommy-nya? Rasanya sangat sulit.Tapi, Priyanka akan mencobanya.*Di kantor.Pagi itu Yoona terlihat sangat gelisah. Bukan memikirkan Anita dan anaknya yang akan mengancam pernikahan mereka. Yoona yakin, Dante tidak akan pernah kemb

  • Suami Mutualisme   Bab 140 Drama Ibu dan Anak

    "Pinka cantik, cucu Oma … selamat pagi sayang," sapa Ainun saat melihat cucunya yang berwajah murung menuruni tangga. "Kenapa sayang?"Gadis kriwil itu menuruni tangga tanpa minat dan memeluk neneknya setelah tiba di undukkan terakhir."I'm looking for my father. Grandma knows where he is?" Ainun merasakan tubuh gadis itu sedikit bergetar. Tanpa kata Ainun mengelus punggung gadis itu. Semua resah hanya mampu ia curahkan dalam hati, 'Kenapa cengeng sekali? Apa merasa tersaingi oleh Yoona?'Akhirnya Ainun hanya mampu menggiring tubuh cucunya dalam dekapan menuju meja makan dan menunjukkan keberadaan putranya dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Daddy-mu sudah lama menunggu. Tapi cucu Oma tidurnya sangat pulas. Sana ke Daddy-mu!"Mendengar suara Ainun, seluruh penghuni meja makan menoleh. Dante bahkan berdiri dan mendekati putrinya.Pria itu membungkuk dan mencubit hidung putrinya yang sedikit bersembunyi di perut neneknya."Looking for me, Hem …?" Yang ditanya hanya diam dengan wajah

  • Suami Mutualisme   Bab 139 Jauhkan Dia Dari Wanita itu

    Dengan tangannya yang panjang Dante meraih ponsel istrinya dan menyerahkannya pada Yoona tanpa melepaskan penyatuan mereka. "Jangan bergerak dan bicara perlahan dengan Bunda." Dante menarik dirinya dengan sangat hati-hati. Meninggalkan Yoona agar leluasa bicara dengan ibunya.Sepanjang jalan menuju kamar mandi, Dante terus berpikir kabar apa yang ingin disampaikan oleh Sulis. Sulis memang selalu tidak sabaran, akan tetapi untuk menelpon tengah malam begini rasanya sangat tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.Dante mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tahu percintaan mereka tidak bisa di lakukan lagi melihat Yoona yang sudah sangat kelelahan.Satu Minggu menahan hasrat untuk tidak menyentuh Yoona sangat menyiksanya. Dua pelepasan rasanya masih belum cukup menuntaskan dahaganya.Namun, yang tidak pria sadari mungkin saja percintaan mereka malam ini akan menjadi yang terakhir untuk selamanya."Ya, Bunda?" Yoona berusaha mengontrol suaranya yang serak, bukan karena

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status