"Mommy emang cuti, Na?" tanya Sarah.
"Gue gak tahun, Sha—" ucapan Yoona terhenti karena ponselnya bergetar.
"Dante telpon, gue duluan ya? Bye, Sha …."
"Ya! Hati-hati Na!" seru Sarah pada Yoona yang sudah sampai di lobby.
Yoona sedikit berlari kecil saat keluar dari gedung di mana dirinya kerja dan menemui Dante yang sudah menunggunya di depan dengan motornya.
Masih tanpa kata Yoona langsung duduk dan mengenakan helm yang diberikan oleh Dante.
Dante melepas jaket kulitnya karena Yoona hanya mengenakan kemeja tipis tanpa blazer. Dante membalikkan badannya dan memakaikan jaket pada Yoona.
Saat motor sudah berjalan Yoona langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Dante dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu. Yoona memejamkan matanya dan kembali menghirup dalam udara yang lewat di hadapannya.
Kenangan tiga tahun silam kembali tergambar nyata di dalam benak Yoona, di mana Alan seringkali mengantar jemput dir
"Da—" "Ya, Yoona." Pangkas Dante saat Yoona akan memanggil namanya dengan suara yang sedikit serak dan kembalikan mengarahkan bibirnya pada puncak bukit yang sudah sangat merah akibat ulahnya. "Dan—" "Dante!" Dug! Dug! "Dante! Apa Yoona sudah pulang?!" Ceklek! tanya Ainun membuka pintu dan masuk kedalam kamar Dante dan Yoona. "Sebentar, Mom!" sahut Dante dari balik pintu dengan nafas yang memburu. "Apa kamu pulang dengan Yoona?" tanya Ainun. "Ya, aku sedang bersama Yoona!" jawab Dante dengan mendekap erat tubuh Yoona yang disandarkan pada dadanya yang berdegup kencang. Detak jantung Yoona Dante saling menyahut dengan debaran jantung sangat kuat karena hampir saja aksi mereka diketahui. "Pergilah, aku butuh mandi," ujar Yoona tanpa berani menatap wajah Dante. "Mom akan turun. Segeralah turun untuk makan! Mom sudah masak makanan kesukaanmu!" teriak Ainun disertai dengan suara pintu yang tertutup. "Ya
Yoona mencoba gaun pengantin yang berwarna kuning gading tanpa lengan yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Yoona suka dengan gaun model pinguin itu tapi bagian bawahnya terlihat sangat tidak sesuai dengan keinginannya. Yoona memutuskan keluar dan menunjukkan apa yang dia kenakan kepada Bunda dan mertuanya. "Mom. Aku suka dengan yang ini, tapi aku tidak suka dengan bagian depannya yang terlihat sangat tidak enak dipandang. Bisakah kita sedikit meninggikan bagian ini." Yoona sedikit menunduk dan menunjuk bagian yang ingin dipotong. "Kamu benar Sayang itu sangat bagus, apalagi jika sedikit lebih pendek sekitar di bawah dengkul," ujar Ainun yang setuju dengan pendapat Yona. "Ini bisa di potong kan, Koko?" tanya Ainun. "Bisa, Sangat bisa. Tapi masalahnya kami tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu satu minggu ini. Ini akan digunakan untuk pemotretan Minggu depan bukan?" tanya pria gemulai itu. "Tapi aku ingin ini tetap dipotong!" desak Yoo
Kenapa jika kaum hawa marah selalu disangkut pautkan dengan datang bulan. Sedangkan kaum Adam selalu dibilang emosi! Ohh ini benar-benar tidak adil untuk Yoona. "Memang biasanya seperti itukan? Jika tidak sedang datang bulan pasti sedang hamil. Sedang kamu tidak sedang hamil," ujar Dante semakin gemas dengan wanita dihadapannya ini. Yoona berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Dante dengan menghentakkan tangannya beberapa kali. Tapi sial tangan pria itu begitu kokoh. "Aku ingin pulang, lepaskan aku!" "Tidak dalam keadaan marah seperti ini," bujuk Dante berusaha untuk bersabar. "Pergilah aku membencimu, Dante! Kamu sudah ingkar janji hikss… aku benci kamu!" Yoona berusaha memukul dada Dante dengan kepalan tangannya. Namun pria itu begitu kuat sehingga tangannya terasa begitu sakit. Dante menarik tubuh Yoona dan mendekapnya. "Maaf … oke. Aku tidak bermaksud untuk ingkar janji. Sungguh Yoona … aku tidak tahu kamu akan semarah ini."
Mendapat perhatian seperti itu membuat hati Yoona bergetar dan merasa hangat. Lagi-lagi bayangan akan Alan yang selalu menemani dirinya saat makan terlintas dalam benak Yoona. "Apakah kamu akan meninggalkanku seperti pria-pria itu?" tanya Yoona tanpa sadar dengan mata yang memerah dan terasa panas lalu muncullah genangan di dalam pelupuk mata yang siap jatuh kapanpun ketika Yoona mengerjapkan matanya. Dante mengusap air mata Yoona. "Tidak! Aku tidak akan melakukan itu selagi kamu sendiri yang masih mau tinggal bersamaku." Dante ingat semua perkataan yang diucapkan oleh Sarah di cafe kemarin malam dan ibu mertuanya yang mengatakan kegagalan hubungan yang dibina oleh Yoona dengan pria yang bernama Alan dan ada sesuatu antara Yoona dan Demian. Suami dari Yoora. "Maukah kamu melupakan perjanjian sialan itu? Aku memang belum bisa mengatakan Aku mencintaimu Yoona, tapi jujur, Aku laki-laki normal yang sangat tertarik padamu saat kita pertama bertemu.
Yona menghembuskan nafasnya panjang. "Dia minta gue buat lepas ikat rambut. Beberapa hari yang lalu juga emang dia bilang supaya gue nggak iket rambut gue. Cuman kan gue risih aja, ganggu banget kalau lagi kerja." "Oh pantes, setiap kali keluar dari cubicle Lo pasti lepas ikat rambut Lo, jadi ini alasannya?!" ujar Alandra. "Cinta berat kayaknya laki lo!" ujar Elsa. "Terus gimana, lo mau itu dilihat banyak orang?" tanya Alandra. "Hari ini panas banget. Gue pikir dia tadi udah pergi, makanya gue iket rambut. Tahunya masih ada," desah Yoona. "Tutup pakai foundation aja deh. Hari ini memang gerah banget. Walaupun kita bakal keluar masuk mall," usul Elsa. Dengan dibantu oleh Alandra leher jenjang Yoona yang terdapat kissmark bisa terselamatkan dan Yoona dapat kembali mengikat rambutnya. Sesampainya mereka di mall Gandaria city, ketiganya langsung menuju brand sepatu ternama. "Na yang ini bagus deh buat buat pemotretan
Mobil itu terlihat seperti raksasa dengan cahaya menyilaukan menusuk penglihatan Yoona saat dia mendengar teriakan dari Alandra yang terdengar jelas di telinga, padahal jaraknya sekitar tiga puluh meter dari tempatnya dengan mobil Elsa. Cahaya terang itu benar-benar menyilaukan mata, sampai Yoona tidak bisa melihat apapun. Tapi Yona dapat melihat sekilas sosok gelap di balik kemudi dan itupun hanya karena lampu di pelataran parkir. Ada cukup banyak ruang bagi mobil itu untuk bergeser menghindari Yoona, tapi itu tidak terjadi. Karena merasa yakin dirinya menjadi target Yoona buru-buru menghindar, haya dalam sepersekian detik si pengenda mengubah haluan dengan mengarahkan roda mobilnya ke arahnya. Yoona yang tidak ingin mati konyol langsung melompat tinggi tinggi dan berusaha menghempaskan tubuhnya ke arah kiri berharap dia dapat menghindari hantaman mobil. Yoona sendiri tidak tahu bagaimana bisa dia melompat sejauh itu, lalu dia kembali mendengar teriaka
Sepanjang malam Dante terus menatap wajah istrinya dengan tangan yang tidak pernah melepaskan barang sedikitpun genggamannya dari tangan Yoona. "Siapa sebenarnya yang berusaha mencelakai Yoona? Apa motifnya dibalik semua ini?" Tadi malam saat Yona berada di UGD, Alandra dan Elsa jelas mengatakan, bahwa Yoona sempat menghindar saat diberitahu ada mobil yang melaju kencang ke arahnya, tapi mobil itu langsung berbelok arah ke tempat Yoona menepikan tubuhnya. "Aku berjanji akan segera mendapatkannya," ucap Dante dengan tatapan nanar, apalagi saat matanya melihat perban di kepala Yoona. ** Keesokan harinya Dante langsung bergegas menuju kepolisian di mana mereka tengah menangani kasus yang menimpa istrinya. Dante ingin tahu kabar yang didapatkan oleh Sersan Yanto. Jika benar kecelakaan itu sudah direncanakan maka dengan tangannya sendiri Dante akan membuat siapapun di balik semua itu terkapar. Salah
"Aku bertemu Alan di sebuah resto saat meeting dengan Barack, dia lumpuh dan tidak bisa menggunakan kakinya, dan itu terjadi sebelum hari pernikahan kami," ujar Yoona menjelaskan. "Tapi yang kakak tahu rumah itu kosong sampai hari ini Yoona! Dan Kenapa mereka menyembunyikan semua ini dari kita?" tanya Malik. "Itu yang sedang aku cari tahu! Bukannya aku terlalu percaya diri tapi aku masih melihat Cinta dari Alan untukku dan penyesalan yang terlihat jelas karena meninggalkanku tanpa alasan," ujar Yoona tidak berani memandang semua yang ada disana. "Apa kamu masih merasa kecewa Yoona akan gagalnya pernikahanmu?" tanya Demian dengan bibir tersungging. "Apa aku harus menjawabnya Kakak ipar? Yoona menjeda ucapanya dan menatap Demian. "Akan aku jawab. Ya aku memang masih merasa kecewa karena tidak mendapatkan penjelasan ataupun kabar darinya. Tapi jika boleh aku berkata jujur, aku berterima kasih kepada siapapun yang telah memisahkan kami. Dengan begit