Beranda / Romansa / Suami Mutualisme / Bab 6 Melarikan Diri Bersama Tetangga Menyebalkan

Share

Bab 6 Melarikan Diri Bersama Tetangga Menyebalkan

Penulis: Buenda Vania
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 22:23:06

Mendengar itu Yoona melirik tajam ke arah Dante. "Apa maksud kamu berdecak seperti itu?!" Yoona masih menatap wajah Dante dengan tatapan tajam dan menghunus.

"Sepertinya Kamu senang sekali tidak jadi menikah dengan pria itu?" Dante mengangkat sudut bibirnya.

"Siapa? Yang tadi?" tanya Yoona memastikan siapa orang yang dibicarakan oleh pria di hadapannya ini.

"Iya. Dia yang menjemputmu di Jakarta bukan?" Dante masih ingat saat tidak sengaja melihat gadis di depannya ini pergi dengan pria yang mengejar mereka tadi.

"Dari mana kamu tahu, apa kamu menguntit?!" tuduh Yoona dengan lirikan tajam. Yoona sendiri bingung mau disebut keberuntungan atau malapetaka bisa bertemu dengan pria ini di Bandung. Apa memang benar adanya jika dunia ternyata hanya selebar daun kelor. Jika tidak mengapa dia bisa bertemu dengan pria menyebalkan ini.

"Aku, menguntit!" Dante menunjuk dirinya sendiri. "Cih, kamu pikir kota ini milikmu?! Enak saja aku di bilang penguntit!" Dante memandang wajah Yoona dengan intens. "atau jangan-jangan, Kamu yang menguntitku?" dengusnya tanpa mengalihkan pandangan dari Yoona.

"Apa! Aku? Gila kali! Jangan bermimpi!" elaknya memalingkan wajah dari pria dihadapannya. Saat itulah Yoona tahu bahwa mereka sudah sangat jauh dari kota Bandung. Bahkan Yoona sudah tidak tahu mereka ada di mana.

"Tunggu, ini di mana? Aku mau turun!" Yoona meraba seluruh tubuhnya mencari sesuatu, "Dompet aku mana? Aarrgghh! bagaimana aku bisa pulang ke Jakarta!!" Yoona terus berteriak di atas mobil pick up.

Sementara pria yang bernama Dante terus saja memperhatikan pergerakan wanita yang menurutnya sangat berisik dengan bibir yang mengejek.

"Kenapa kamu sesantai itu, heh?!" tanyanya dengan dengan nada memekik, "apa kamu tahu kita akan dibawa kemana oleh sopir ini? Kenapa kamu santai sekali?!" Yoona semakin jengkel karena pertanyaan semakin di acuhkan oleh pria yang kini malah sudah membaringkan tubuhnya dengan tangan sebagai alas kepalanya.

Tak lama Yoona mendengar suara ponselnya berbunyi. Dengan perhatian penuh ia mencari sumber suara tersebut. Warna kulit dari dompetnya yang hampir sama dengan lantai mobil membuatnya memfokuskan matanya pada setiap permukaan lantai, dan ternyata dompet itu tepat di sisi kanan ia duduk. 

Dompet itu berada di sudut dinding bagian belakang mobil, dengan posisi berdiri dan menempel pada dinding mobil. Jelas saja Yoona tidak dapat melihatnya ditambah senja yang mulai menyingsing.

Ponsel Yoona kembali berbunyi mencari perhatiannya. Dengan gerakan cepat ia melihat layar ponsel yang menunjukkan nama Ayahnya.

'Ahh...! gimana nih, aku gak mau nikah sama dia! Kenapa ayah sekejam itu sih?!' Yoona menghentak-hentakkan kakinya. Suara dentingan dari heels yang digunakan oleh Yoona membuat mata Dante terbuka dengan sorot mata yang tajam.

"Apa kamu tidak bisa jika tidak berisik?!" hardik Dante. Masalahnya tempat di mana Yoona menghentak kakinya tak jauh dari sana kuping Dante berada.

Mendengar bentakan keras dari Dante, membuat Yoona semakin berteriak, "Huaaaaaa... Ini semua gara-gara Kamu, jika aku tidak menarikmu mana mungkin ayah mengira bahwa Kamu adalah kekasihku.. huaaaa.. kenapa ketidak adilan ini selalu datang padaku, Tuhan...!!"

Dante menutup telinganya agar suara berisik Yoona yang memekakkan telinga bisa ia hindari.

Melihat keacuhan Dante membuat Yoona murka. Dengan gerakan cepat Yoona melangkahkan dengkulnya kearah Dante dengan kepalan tangan yang sudah siap ia tikam pada pria itu.

"Kenapa kamu sesantai ini, heh? kita sudah ada di mana?!" Yoona memukuli tubuh Dante dengan membabi buta, "kenapa Kamu diam saja. Kita ada di mana?! Aku mau turun...!!" Yoona masih terus memukuli tubuh Dante.

Sebenarnya pukulan Yoona tidak lebih dari kilitikan untuk Dante, tapi teriakan Yoona lah yang membuat kupingnya sakit. Dengan mata tertutup Dante menggenggam tangan Yoona yang sudah siap kembali memukulnya dan sedikit menarik tangan itu.

Yoona yang tidak siap malah menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Dante. Dengan cepat ia mengangkat tubuhnya, tapi guncangan dari mobil malah membuat tubuhnya kembali menghantam tubuh Dante. Bahkan sialnya bibirnya mendarat sempurna di atas bibir pria itu yang sedikit merona seolah memakai pewarna. Debaran jantung Yoona sudah tidak bisa terkontrol lagi. Apa lagi ketika ia merasa lidah pria itu yang sudah mulai mencari lidahnya.

'Apa yang dia lakukan?' tanya Yoona yang hanya dapat terucap dalam benaknya.

Dante yang merasakan benda hangat dan kenyal sedikit membuka bibirnya, satu kelopak bibir Yoona lolos di antara bibir Dante yang terbuka. Merasakan itu Dante mulai membuka matanya, betapa terkejutnya dia ternyata dirinya sedang mengulum bibir wanita yang menindih tubuhnya. Dengan satu tangan yang bebas Dante menahan tengkuk Yoona agar wanita itu tidak menjauhkan wajahnya.

Entah keberanian dari mana Dante malah memperdalam se sapannya. Seolah tidak ada penolakan Dante semakin kuat menyesap apapun yang ada di sana. Di luar prediksinya Yoona malah membalas setiap lumatan dan sesapan bertubi-tubi yang ia berikan. Dante menjelajah isi dalam mulut Yoona yang manis dan memabukkan. Mereka terhanyut dalam permainan dua benda lunak yang dapat membangkitkan gairah. Terutama bagi Dante yang seolah merasa hidup kembali setelah sekian lama seakan mati.

Mobil yang tiba-tiba berhenti karena lampu merah membuat kesadaran mereka kembali hanya dalam hitungan detik. Bukan hanya itu, suara klakson di sekitar mereka ikut andil dalam terhentinya aktivitas yang tengah mereka lakukan.

Dengan gerakan cepat Yoona mengangkat tubuhnya dengan wajah nyaris seluruhnya merona. Begitupun dengan Dante, pria itu bahkan seolah tidak terjadi apapun.

"Ehem! Thanks—" Dante menjeda ucapanya, "Aku tidak akan minta maaf atas apa yang terjadi," ucapnya datar. Bahkan pria itu tidak memandang Yoona.

'Apa dia bilang, thanks!! Setelah—Ohh damn. Lebih sialnya lagi kenapa aku bisa tergoda hanya dengan sentuhan bibirnya yang tidak terduga itu. Bodoh kamu Yoona...' ucapnya dalam hati yang tak henti memaki diri sendiri.

Entah mendapat angin dari mana Yoona menatap wajah Dente dengan berang. "Apa? Thanks Kamu bilang?! Pintar sekali kamu memanfaatkan keadaan wanita yang tidak berdaya!!" tuding Yoona dengan mata yang hampir keluar.

Melihat tingkah wanita di hadapannya ini hanya membuat Dante mendengus dengan kasar. "Aku hanya menikmati apa yang Tuhan suguhkan. Lagi pula itu setimpal dengan apa yang telah kamu lakukan padaku," sanggahnya dengan nada sedikit mencemooh. "Kau bisa mengambilnya lagi jika kau mau," uajarnya lagi dengan seringai licik.

Mendengar itu Yoona hanya bisa mengeram dengan tangan seolah mau mencekik Dante hidup-hidup, bahkan mata hampir melompat dengan gigi yang beradu. 'Ingin rasanya aku membunuhnya saat ini juga,' batinnya memaki hebat. Di tengah kemarahannya yang tertahan di tenggorokan, ponsel Yoona kembali berbunyi.

Yoona menurunkan lengan yang hendak mencekik Dante dan langsung menyambar ponselnya. Tertera nama Bunda di sana. Yoona hanya bisa menggigit bibir bawahnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. "Masalah ...," gumamnya.

***

Salam sayang Buenda Vania ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nini
ribet deh ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Mutualisme   Bab 147 I Love You Yoona Guillermo

    Anita membeku, menghentikan langkahnya dan berputar dengan cepat ke hadapan tiga orang yang sedang duduk santai di ruang tengah.Pengakuan Dante baru saja mampu membuat jantungnya berhenti berdetak lalu kembali memompa sangat kuat. 'Apa maksud Dante?'"Maksudnya gimana? Dia—" kini Dimas melihat ke arah Anita yang wajahnya semakin pucat dan tubuhnya gemetar hebat. Namun, tatapannya menusuk Dante dengan tajam.Yoona membekap mulutnya. Wajahnya tak kalah pucat dengan Anita. Jadi Priyanka—benarkah dia bukan anak Dante? Tapi suaminya memperlakukan anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Yoona sama sekali tidak menyangka akan hal ini. Apa mommy Ainun tahu?"Ya? Dia wanita yang kamu cari. Yang sudah mencuri benihmu diam-diam dan melahirkannya."  Apa? ( …. ) Yoona dan Dimas melihat kearah Anita, lalu berpaling pada DanteDengan sisa tenaga yang masih bersemayam di tubuhnya, Anita menghampiri Dante dan mengkonfirmas

  • Suami Mutualisme   Bab 146

    "Kamu siap untuk malam ini Yoona?" tanya Dante saat masuk kedalam kamar dan melihat Yoona duduk dengan santai di sofa.Dante tahu Yoona melihat dan mendengar apa yang diinginkan oleh putrinya. Yoona tersenyum lebar, bengun dari duduknya dan mengitari Dante. Telunjuk wanita itu menusuk tubuh pria itu sedang tangan satunya bersembunyi di balik tubuhnya sendiri."Kamu ingin aku berperan menjadi istri yang pencemburu atau ibu tiri yang jahat?" Merasakan jarak sedekat ini dengan sentuhan jemari Yoona membuat tubuh pria itu memanas. Jika saja ia punya banyak waktu saat ini juga pasti sudah langsung membopong tubuh Yoona dan menenggelamkannya di ranjang. Tapi sial, Anita dan anaknya sedang bermain drama yang menarik, yang tidak bisa ia lewatkan begitu saja.Tidak tahan lagi akan ulah istri yang terus berputar dan saat telunjuk wanita itu menyentuh titik sensitifnya, Dante langsung menggenggam jemari Yoona dan menarik tubuh wanita itu hingga be

  • Suami Mutualisme   Bab 145 I Want You To Sleep With Us

    Ini pertama kalinya ia melayani Dante. Selama menikah dengan pria itu tidak satu kali pun Dante mau makan di meja yang sama walau dengan desakan Ainun."Nanti saja. Aku mau menyuapi putriku dulu?" Ini jelas penolakan.Akan tetapi Anita dan Priyanka tidak melihat hal itu. Mereka terlalu bahagia karena bisa makan bersama setelah sekian lama.Priyanka makan dengan lahap. Sementara Anita terus menatap Dante penuh minat. Bagaimana pria itu dengan piawainya mengurus putrinya, lengannya yang berotot dapat menggendong tubuhnya yang ramping, memeluknya erat. Ah, imajinasinya pun mulai berkelana jauh dimana Dante memanjakan dirinya dengan penuh cinta. "Dad," panggil gadis itu penuh harap. Suara Priyanka juga mampu membangunkan Anita dari lamunannya."Ya, honey. Mau tambah sesuatu?" Dante menghentikan suapannya, menatap putrinya dan menunggu apa yang ingin dikatakan gadis itu dengan sabar.Priyanka menunduk, rasa takut mulai menyelimutinya, tapi ia harus mengatakannya segera sebelum Daddy-nya

  • Suami Mutualisme   Bab 144 Aku Percaya Padamu

    Dokter itu segera meraih tangan Sulis dan membimbing agar wanita itu duduk."Bunda tidak sengaja terkena pisau Dok. Ini semua salah saya. Saya mencoba—Yoora hendak turun dari ranjang, tapi segera ditahan oleh suster. "Anda di sini saja, biar kami yang obati luka beliau.""Tapi bunda saya?" Yoora benar-benar cemas pada luka tangan Sulis."Tidak apa-apa, sayang ini sudah ditangani dokter tadi." Sulis meyakinkan. Sulis dan dokter di hadapannya saling pandang, memberi isyarat agar dokter yang adalah sahabatnya mau bekerja sama dengannya. Sekali ini lagi.Sebelum Sulis masuk ke ruang perawatan Yoora, wanita itu lebih dulu menemui dokter yang adalah sahabatnya saat masih SMA dulu. Sulis yang tahu temennya juga praktek di rumah sakit yang sama meminta bantuan padanya untuk drama yang mereka mainkan sekarang. "Saya sudah ke klinik dokter, ini sudah ditangani dengan baik," ujar Sulis sambil sesekali melihat ke arah p

  • Suami Mutualisme   Bab 143 Alandara Hamil

    Brak!Keduanya tersentak. Tubuh Yoona dengan sorot kesal terlihat jelas. Wanita itu melangkah lebar semakin masuk kedalam toilet dan berhenti tepat di hadapan Alandara yang masih diam mematung.Yoona langsung merengkuh tubuh sahabatnya. Memeluknya erat dengan elusan lembut di punggung wanita itu.Sedangkan Sarah masih kaget dengan kedatangan Yoona dan gebrakkan kuat tangannya pada daun pintu. Pandangan Sarah hanya mengikuti langkah Yoona hingga wanita itu berhenti tepat di depannya, dimana Alandara berdiri dengan tubuh gemetar."Lo gak usah khawatir. Gue bakalan minta bang Dante buat nyeret laki-laki itu ke hadapan Lo, Al?""Hah? Tapi—" Sarah kehilangan kata-katanya. Yoona kan baru datang bagaimana bisa Yoona tahu bahwa Alandara saat ini tengah mengandung dan menjanjikan Alandara bahwa Dante akan menyeret Anggara?Yoona melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang sudah banyak keluar. "Semua bakalan baik-bai

  • Suami Mutualisme   Bab 142 Bagaimana Keadaan Yoora?

    "Kita sama-sama bodoh. Padahal kita bisa seperti ini diam-diam, kan?" Sulis berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.Sulis meminta Yoona untuk duduk, meletakkan paper bag berwarna coklat muda diatas meja.Yoona melongok sedikit melihat isi dalam tas itu, yang terlihat hanya beberapa bungkus plastik putih dengan stempel alamat sebuah apotek. "Bunda bawa apa? Dari mana?" Yoona kembali mendorong paper bag dan kembali fokus pada bundanya yang enggan menjawab pertanyaannya.Sulis memang mengabaikan pertanyaan putrinya, wanita itu malah bertanya apa yang mau dimakan Yoona."Apa aja, Bun. Aku, kan pemakan segalanya." Yoona menjawab dengan sedikit cengiran."Sup iga sapi kayaknya enak di sini." Yoona mengangguk setuju. Menu iga sapi memang menjadi bintangnya di cafe itu.Selama menunggu makanan datang. Sulis bertanya berbagai hal. Apa yang dilakukan Yoona, seperti apa Dante dan apa Yoona bahagia dengan pernikahannya. Sulis ju

  • Suami Mutualisme   Bab 141 Lo Hamil Al?

    "Ba-baik …. Mom." Mata gadis itu berkaca-kaca.Dia Mommy-ku. Apa dia ibu yang melahirkanku? Kenapa begitu kasar?Selalu pertanyaan ini yang berulang-ulang hadir dalam hati gadis kriwil itu.Obsesi ibunya sudah ditanam bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Keinginan ibunya sendirilah yang membuat ia selama ini jauh dari ayahnya.'Aku harus bisa membujuk Daddy agar mau bersama Mommy lagi.' Harap Priyanka yang entah bisa terkabul atau tidak.Dulu sebelum ada Yoona, Daddy bahkan tidak mau duduk bertiga dengannya dan Anita. Daddy-nya selalu mengajak seseorang. Entah itu pria atau wanita. Sekarang Daddy-nya sudah menikah dan terlihat bahagia, apa bisa kembali pada Mommy-nya? Rasanya sangat sulit.Tapi, Priyanka akan mencobanya.*Di kantor.Pagi itu Yoona terlihat sangat gelisah. Bukan memikirkan Anita dan anaknya yang akan mengancam pernikahan mereka. Yoona yakin, Dante tidak akan pernah kemb

  • Suami Mutualisme   Bab 140 Drama Ibu dan Anak

    "Pinka cantik, cucu Oma … selamat pagi sayang," sapa Ainun saat melihat cucunya yang berwajah murung menuruni tangga. "Kenapa sayang?"Gadis kriwil itu menuruni tangga tanpa minat dan memeluk neneknya setelah tiba di undukkan terakhir."I'm looking for my father. Grandma knows where he is?" Ainun merasakan tubuh gadis itu sedikit bergetar. Tanpa kata Ainun mengelus punggung gadis itu. Semua resah hanya mampu ia curahkan dalam hati, 'Kenapa cengeng sekali? Apa merasa tersaingi oleh Yoona?'Akhirnya Ainun hanya mampu menggiring tubuh cucunya dalam dekapan menuju meja makan dan menunjukkan keberadaan putranya dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Daddy-mu sudah lama menunggu. Tapi cucu Oma tidurnya sangat pulas. Sana ke Daddy-mu!"Mendengar suara Ainun, seluruh penghuni meja makan menoleh. Dante bahkan berdiri dan mendekati putrinya.Pria itu membungkuk dan mencubit hidung putrinya yang sedikit bersembunyi di perut neneknya."Looking for me, Hem …?" Yang ditanya hanya diam dengan wajah

  • Suami Mutualisme   Bab 139 Jauhkan Dia Dari Wanita itu

    Dengan tangannya yang panjang Dante meraih ponsel istrinya dan menyerahkannya pada Yoona tanpa melepaskan penyatuan mereka. "Jangan bergerak dan bicara perlahan dengan Bunda." Dante menarik dirinya dengan sangat hati-hati. Meninggalkan Yoona agar leluasa bicara dengan ibunya.Sepanjang jalan menuju kamar mandi, Dante terus berpikir kabar apa yang ingin disampaikan oleh Sulis. Sulis memang selalu tidak sabaran, akan tetapi untuk menelpon tengah malam begini rasanya sangat tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.Dante mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tahu percintaan mereka tidak bisa di lakukan lagi melihat Yoona yang sudah sangat kelelahan.Satu Minggu menahan hasrat untuk tidak menyentuh Yoona sangat menyiksanya. Dua pelepasan rasanya masih belum cukup menuntaskan dahaganya.Namun, yang tidak pria sadari mungkin saja percintaan mereka malam ini akan menjadi yang terakhir untuk selamanya."Ya, Bunda?" Yoona berusaha mengontrol suaranya yang serak, bukan karena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status