Waktu bergulir, sang surya kembali ke peraduannya digantikan oleh sang rembulan menerangi langit malam.
Sejak ijab dan qabul yang mengesahkan Kenan dan Fara sebagai pasangan suami-istri terucap, kedua insan itu belum terlibat interaksi apapun hingga saat ini. Bahkan siang tadi saat Kenan menegur Fara yang terus mematung di depan pintu ketika mereka berdua memasuki kamar Fara usai berembuk, Fara hanya menanggapi teguran dengan tindakan. Dan Kenan tidak mempermasalahkan hal itu. Alhasil, sepanjang siang berada di dalam satu kamar, keduanya hanya saling mendiamkan. Sepasang pengantin baru yang memang sangat kelelahan baik fisik maupun mentalnya, menggunakan waktu itu untuk beristirahat. Terutama Kenan yang sebelumnya menempuh perjalanan cukup jauh dari Kanada ke Indonesia, niat hati menghadiri undangan pernikahan, ia malah berakhir sebagai mempelai pria pengganti.
Dan kini, Kenan, Fara dan Farzan tengah makan malam bersama di ruang makan kediaman Farzan. Mereka makan dalam diam dan khidmat. Hanya dentingan sendok, garpu, dan piring yang saling beradu, bersahutan mengisi keheningan.
Usai makan, Kenan dan Farzan langsung meninggalkan ruang makan menuju ruang keluarga. Sedangkan Fara, seperti yang sudah-sudah dibantu para ART membersihkan jejak makan mereka.
Di ruang kelurga...
"Yah, besok Kenan akan kembali ke Kanada." ujar Kenan memulai pembicaraan. Kini ia dan Farzan duduk saling berhadapan, berseberangan, pada sofa yang tersedia di sana.
Farzan menatap pria yang kini telah menjadi menantunya itu dalam-dalam "Apa maksudmu nak?"
Kenan terkekeh pelan mendapati reaksi tegang pria paruh baya yang kini telah menjadi mertuanya itu "Tenang saja Yah. Kenan sama sekali tidak bermaksud meninggalkan Fara." sejenak ia menjeda sembari memejamkan mata "Ayah kan tahu sendiri, tujuan kepulangan Kenan seharusnya untuk menghadiri undangan pernikahan Fara. Jadi, sudah semestinya Kenan kembali ke Kanada setelahnya. Ya, siapa sangka malah Kenan yang menikahi Fara. Jadi, kepergian Kenan kali ini sekaligus untuk mengurus pemindahan tugas Kenan ke Indonesia secara permanen." jelasnya panjang lebar.
"Hufh..." Farzan menghembuskan nafas lega bercampur getir "Syukurlah. Sekali lagi Ayah minta maaf nak. Terima kasih sudah memenuhi permintaan egois Ayah."
Kenan tersenyum hangat "Ayah tidak perlu merasa bersalah, lagipula seperti yang Kenan katakan siang tadi, Kenan yakin keputusan Ayah adalah yang terbaik buat Kenan. Dan Kenan sedikitpun tidak menyesal." ucapnya penuh kesungguhan.
Farzan menatap Kenan penuh keteduhan dengan mata yang sedikit mengembun. Ia sangat terenyuh mendapati betapa besarnya kepercayaan Kenan padanya. "Terima kasih nak. Ayah tak tahu bagaimana lagi mengucapkan rasa terima kasih Ayah padamu."
"Tidak ada yang perlu berterima kasih atau menerima kasih. Anggap saja ini salah satu kebaktian Kenan pada Ayah, sebagai anak." balas Kenan.
Sejenak Farzan memejamkan mata sembari menghela dan menghembuskan nafas panjang meluapkan segala emosinya "Huffhh... Baiklah, akan Ayah anggap seperti itu. Tapi maaf, mulai saat ini kita tidak bisa lagi menjadi sepasang ayah dan anak angkat." ucapnya tersenyum simpul kemudian.
Kali ini giliran wajah Kenan yang menegang. Ditatapnya dalam-dalam wajah Farzan "Ma-maksud Ayah apa?"
Senyuman di bibir Farzan semakin mengembang "Ya, seperti yang ku katakan. Aku tidak bisa lagi menjadi Ayah angkat mu. Karena,,," dengan sengaja ia menggantung ucapannya sembari tiba-tiba mengenakan ekspresi over serius.
Glekk...
Kenan semakin menegang, susah paya ia meneguk saliva "Ka-karena apa? A-apa Kenan telah melakukan kesalahan? Tolong katakan Yah!" desaknya sedikit panik.
Farzan tidak langsung menjawab, setengah mati ia semakin mengeraskan rahangnya agar tidak tersenyum apalagi tertawa yang sukses membuat Kenan semakin panik.
"Yah...?" Kenan mulai merengek yang terlihat sangat lucu di mata Farzan hingga tak dapat lagi membendung tawanya.
"Hahaha..." pria paruh baya itu tertawa lepas sambil memegang perutnya. Bahkan tanpa sadar buliran bening sudah menggenang di pelupuk matanya.
Dan Kenan, jangan ditanya. Pria itu benar-benar sukses dibuat termangu olehnya. Belum hilang kepanikannya, kini ia dilanda kebingungan. "Yah...?" rengeknya lagi.
Sembari mencoba menghentikan gejolak tawanya, Farzan menengadahkan telapak tangan bebasnya menghadap Kenan, sebagai isyarat agar Kenan sabar menunggu dirinya selesai tertawa. Dan Kenan dengan patuh membungkam.
Beberapa saat kemudian, tawa Farzan akhirnya mulai mereda dan terhenti. Pria paruh baya itu lalu menghembuskan nafas lembut sembari masih memegang perutnya dan mengusap buliran bening yang lolos dari pelupuk matanya dengan tangan bebasnya. "Tidak ku sangka ternyata seorang Kenan bisa tegang juga." ucapnya terkekeh pelan kemudian.
Meskipun tak mengerti maksud ucapan Farzan, Kenan tetap menanggapi dengan serius "Siapa bilang Kenan tidak pernah tegang? Bahkan sering, setiap akan melakukan opersi pada pasien Kenan."
Farzan memicingkan matanya lurus pada Kenan "Benarkah?" tanyanya seakan tidak percaya.
Kenan mengangguk pasti "Ya!"
Tiba-tiba Farzan menepuk jidatnya "Ternyata kamu memang manusia biasa."
"Hah? Manusia biasa?" Kenan melongo mendengar penuturan Farzan "Memangnya Ayah selama ini menganggap Kenan, apa?"
"Ya, seperti orang-orang menjuluki mu, 'Miracle Doctor'." Farzan menggedikan bahunya.
Kenan tersenyum kecut "Hehe... Tentu saja Kenan manusia biasa, mereka saja yang terlalu berlebihan menilai Kenan. Semua keberhasilan Kenan selama ini, semata karena Kenan selalu melakukannya sebaik mungkin dengan segala kemampuan Kenan."
"Hmm... Aku bangga padamu nak, kamu tidak pernah berbangga diri dan tak pernah lupa untuk merendah." Farzan berujar sambil manggut-manggut.
"Terima kasih Yah. Semua itu berkat didikan Ayah." ucap Kenan tulus dan dibalas senyuman tulus pula oleh Farzan.
Sejenak keduanya hampir melupakan topik terakhir pembicaraan mereka, hingga Kenan tiba-tiba kembali teringat.
"Ehem..." Kenan berdehem, kembali pada mode serius "Jadi, apa maksud Ayah mengatakan bahwa kita tidak bisa lagi menjadi sepasang Ayah dan anak? Apa Kenan telah melakukan kesalahan? Jika iya, maafkan Kenan Yah. Meskipun Kenan tidak tahu kesalahan apa yang telah Kenan lakukan, sungguh Kenan tidak sengaja. Kenan mohon Yah, Kenan masih ingin menjadi anak Ayah!" tuturnya panjang lebar sembari memelas.
Sumpah demi apapun, Farzan benar-benar ingin tertawa, tapi takut dosa. Sebisa mungkin ditepisnya gejolak tawa yang hampir kembali menguasai dirinya. Lantas Farzan menghembuskan nafas berat "Hufh... Kesalahanmu adalah karena telah menikahi Fara, putri Ayah."
Ssshhh...
Kenan mendesis panjang sembari meringis 'Kesalahanku menikahi Fara? F*ck off! Bukankah itu permintaan anda, tuan? Dan sekarang anda menyalahkan ku? B*slit!' umpatnya gamang dalam hati. Namun diluar ia tetap mengendalikan emosinya dengan tersenyum kikuk "Ma-maksud Ayah?"
"Ya, seperti yang ku katakan. Aku tidak bisa lagi menjadi Ayah angkat mu karena kamu telah menikahi putri ayah. Bisanya, menjadi Ayah mertua mu." tutur Farzan seraya tersenyum jenaka tanpa dosa.
'Oh s*it!' sekali lagi Kenan mengumpat dalam hati. Ia baru sadar ternyata sejak tadi Farzan mengerjainya. Tidak bisa membantu, seketika wajah Kenan memerah padam, geram bercampur malu. Iapun terkekeh kikuk "He he... Ternyata Ayah sangat pintar bercanda."
"Tentu saja!" sahut Farzan masih dengan senyum jenaka tanpa dosanya yang sukses membuat Kenan semakin geram tanpa bisa diluapkan. Menyadari hal itu, Farzan mencondongkan tubuhnya pada Kenan agar dapat menepuk pundaknya "Maaf, maaf, Ayah hanya ingin mengajak kamu bercanda seperti sepasang Ayah dan anak pada umumnya. Pasalnya Ayah perhatikan, sejak siang tadi kamu selalu bersikap serius. Sesekali cobalah untuk bersantai."
"Kenan tidak punya waktu untuk itu Yah."
"Siapa bilang?" Farzan kembali menarik tubuhnya bersandar di sandaran sofa.
Kenan menunjuk dadanya sendiri "Kenan sendiri." ucapnya.
"Alasannya?"
"Kemampuan medis Kenan masih jauh dari kata sempurna. Sebelum kemampuan medis Kenan sempurna, Kenan tidak punya waktu untuk bersantai."
"Sempurna? Menurutmu sejauh mana kemampuan medis seseorang dapat dikatakan sempurna?"
Kenan terdiam, jujur saja pertanyaan itu juga selalu ia tanyakan pada dirinya sendiri selama ini. Namun sampai detik ini ia tak kunjung menemukan jawabannya.
Menyadari kebuntuan Kenan, Farzan menegakkan duduknya dan melanjutkan "Dengar nak, di dunia ini tidak ada selain tuhan yang sempurna. Harusnya itu menjadi pegangan utama kita para dokter. Mungkin kesempurnaan yang kamu maksud adalah selalu berhasil dengan penanganan medis yang kamu lakukan. Tapi nak, kamu harus selalu ingat, ajal itu sudah ada yang mengatur. Jadi, jika suatu saat nanti kamu mengalami kegagalan dalam menangani pasien setelah mengerahkan segala kemampuanmu, janganlah kamu menyalahkan diri sendiri."
Malam semakin larut, kini di dalam kamar Fara, Kenan tampak rebahan di sofa. Sedangkan si empunya kamar duduk selonjoran di atas ranjang, bersandar pada sandaran kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.Meskipun terkesan dingin dan cuek, Kenan sebenarnya memiliki kepekaan yang sangat tinggi. Ia sangat sadar tentang keadaan hubungannya dengan Fara saat ini. Yakni, dua orang asing yang terpaksa terikat pernikahan tanpa didasari cinta. Jadi, ia memilih untuk tidur terpisah dengan Fara. Fara di ranjang dan dirinya di sofa.Sudah cukup lama Kenan dalam posisi rebahan nya, namun matanya seakan enggan terpejam. Ia masih terinang-inang dengan petuah yang di berikan Farzan beberapa saat yang lalu. Ia akui petuah itu memang sangat benar adanya. Namun sisi perfeksionisnya dengan tegas menyangkal hal itu. Menurutnya tugas utama seorang dokter adalah menyembuhkan pasiennya. Dan jika sang dokter tidak dapat melakukan itu, maka mereka tidak pantas disebu
Faranisha Gayatri, 24 tahun. Putri dari Farzan Abrisam, pensiunan dokter spesialis bedah cukup ternama dimasanya. Dan Fara, kini menjadi menjadi dokter spesialis bedah pula meneruskan karir sang ayah. Di usianya yang masi terbilang sangat muda ini, ia cukup sukses dengan karirnya. Buktinya, ia berhasil menjadi dokter spesialis bedah utama di rumah sakit tempatnya bekerja, rumah sakit terbesar dan termaju di Indonesia, NK Hospital yang tidak lain rumah sakit swasta milik suaminya, Naufal Kenan.Sungguh jauh sebelumnya, Fara sekalipun tidak pernah bermimpi menjadi istri sang inspirator. Ya, Kenan adalah sosok inspiratornya dalam meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai dokter spesialis bedah. Mungkin bukan hanya dirinya, melainkan seluruh dokter spesialis bedah dan penyakit dalam di dunia ini, akan munafik jika mereka tidak menempatkan Kenan sebagai inspirator mereka, bahkan mungkin ada yang menjadikannya sebagai panutan. Tapi tidak dengan Fara, sosok panutannya h
Akhirnya setelah melalui drama menggoda Fara di pagi hari yang cukup menghibur dirinya, kini Kenan sudah siap dan rapi dengan setelan tuxedonya yang membuat pria itu tampak semakin tampan. Sedangkan Fara, sejak Kenan kembali ke kamar mandi untuk memakai pakaian, gadis itu kembali termenung hingga saat ini, bahkan setelah Kenan keluar dari kamar mandi.Perlahan Kenan mengayunkan langkahnya menghampiri sang istri di sofa sebelumnya. "Jika kamu ingin menangis, menangis lah. Tidak baik memendam kesedihan, namun tidak baik pula berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harap ketika aku kembali nanti, kamu sudah tidak bersedih lagi." ucapnya begitu tiba di sisi Fara. Pikirnya saat ini sang istri tengah bersedih setelah menyaksikan berita pernikahan mantan calon suaminya dengan wanita lain. Namun karena adanya dirinya, gadis itu enggan meluapkan kesedihannya. "Maaf, saat ini aku tidak bisa meminjamkan bahuku untukmu bersandar." lanjutnya sembari merogoh saku jasnya dan menge
Tap Tap Tap...Fara mengayunkan langkahnya tergesa-gesa setengah berlari. Bahkan saat menuruni tangga, kecepatannya tak ia kurangi."Nak, mengapa kamu berlari seperti itu di dalam rumah." tegur Farzan saat mereka berpapasan dengan Farzan yang baru saja memasuki rumah.Fara acuh dan melewati sang ayah begitu saja hingga membuat kedua alis pria paruh baya itu saling bertaut erat.Setibanya di luar rumah, Fara mendapati mobil yang ditumpangi Kenan baru saja akan keluar dari gerbang pekarangan. "KAK KENAN, TUNGGU!!!" teriaknya sekencang mungkin berharap yang diteriaki mendengarkan. Namun sayang itu hanya harapan semu, mobil yang ditumpangi Kenan terus saja berlalu hingga hilang dari pandangannya di ambang gerbang.Fara tak menyerah, kecepatan langkahnya ia tingkatkan. Hingga tiba di ambang gerbang, gadis itu tertunduk lemas dengan nafas terengah-engah sambil celingak celinguk mencari
Kenan tiba di Kanada sekitar pukul 2 dini hari dan langsung menuju mansion nya untuk beristirahat. Rencananya Kenan akan berada di Kana selama 3 hari. Semua itu telah ia estimasikan dengan baik untuk menyelesaikan semua keperluannya.Jika ada yang bertanya, mengapa selama ini Kenan memilih Kanada sebagai tempatnya bertugas? Jawabannya sederhana. Yakni, karena Kanada adalah negara dengan pengetahuan medis terbaik di dunia. Alasan lainnya adalah mentor nya sebagai dokter spesialis penyakit dalam merupakan seorang bertanah kelahiran negara berjulukan 'Pecahan Es' itu. Jadi, itulah intinya alasan Kenan selama ini menapaki karirnya di Kanada.Keesokan harinya, usai sarapan Kenan segera menuju rumah sakit tempatnya bekerja. Rumah sakit milik sang mentor, Logan's Hospital. Nama sang mentor adalah Berhan Logan. Namun tidak seperti Kenan dan Farzan yang hubungan mereka layaknya anak dan ayah, hubungan Kenan dan Berhan murni antara anak didik dan sang
"Mengapa tiba-tiba Ken?" Berhan sangat terkejut setelah membaca surat pemindahan tugas yang diajukan Kenan. Bukan karena apa, kalau itu dokter lain, tanpa banyak bertanya akan langsung disetujuinya pemindahannya. Tapi ini dokter sekaliber Kenan, sangat sulit mendapatkan penggantinya, bahkan mungkin mustahil.Ya, kini Kenan tengah berada di ruang direktur utama sekaligus pemilik Logan's Hospital, tepatnya di ruangan Berhan."Maaf Prof, keadaan yang mengharuskan ku." jawab Kenan ambigu."Keadaan?" kedua alis Berhan saling bertaut "Maksudnya?""Ya, keadaan. Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku sudah memiliki keluarga yang menjadi tanggung jawabku." jelas Kenan singkat."Keluarga?" sepertinya Berhan belum sepenuhnya connect "Keluarga panti asuhan tempatmu dibesarkan? Bukankah itu sudah sejak dulu?" tebaknya gagal paham."Bukan Prof." Kenan menarik nafas dalam-dal
3 hari kemudian...Kini Kenan sudah duduk anteng di dalam jet pribadinya yang akan lepas landas beberapa saat lagi mengantar kepulangannya ke Indonesia, tanah air tercinta. Ternyata estimasi waktu yang telah ia perhitungkan untuk menyelesaikan segala keperluannya di Kanada melenceng satu hari lebih lama.Penyebabnya, siapa lagi kalau bukan Gabela. Saat mengetahui Kenan akan pindah tugas secara permanen, terlebih dengan alasan kepindahannya yang tidak lain karena telah menikah, membuat gadis itu benar-benar shock dan memberontak tidak terima.Berbagai upaya Kenan dan Berhan lakukan untuk menenangkan Gabela serta memberinya pengertian agar bisa menerima keadaan. Gabela yang mengerti tidak dapat merubah apapun, akhirnya dengan berat hati mau menerima keadaan. Entah ikhlas atau tidaknya, hanya Gabela yang tahu. Namun ia tidak serta merta menerimanya. Sebagai gantinya ia mengajukan sebuah syarat yang mengharuskan dirinya dan
Hari ini Fara mengawali paginya dengan perasaan berkecamuk. Gugup, senang serta gundah berpadu menjadi satu kesatuan mengobrak abrik hatinya. Ia bingung memikirkan harus bersikap seperti apa nanti di depan suaminya yang ternyata adalah cinta pertamanya.Hal itu Fara pikirkan sejak semalam, tidak, lebih tepatnya kemarin siang sejak Nabila memberitahukan kabar kepulangan Kenan. Ia mungkin tidak akan mengetahui kabar itu jika sang sahabat tidak memberitahukannya secara langsung. Padahal kabar itu menjadi trending utama di forum chat resmi para pegawai NK Hospital, bahkan hampir di seluruh jejaring sosial resmi. Hanya saja sejak pernikahan Bagus dan Sherina dipublikasikan, ia menjauh dari situs sosial, sebab takut mendapati obrolan publik yang berisi gunjingan terhadap dirinya. Jadilah ia kudet, alias kurang update dengan berita terkini.Pertama kali mengetahui kabar itu, jujur terbesit rasa kecewa yang cukup mendalam di hati Fara. Sempat terpik