Share

5. Petuah Farzan

Waktu bergulir, sang surya kembali ke peraduannya digantikan oleh sang rembulan menerangi langit malam.

Sejak ijab dan qabul yang mengesahkan Kenan dan Fara sebagai pasangan suami-istri terucap, kedua insan itu belum terlibat interaksi apapun hingga saat ini. Bahkan siang tadi saat Kenan menegur Fara yang terus mematung di depan pintu ketika mereka berdua memasuki kamar Fara usai berembuk, Fara hanya menanggapi teguran dengan tindakan. Dan Kenan tidak mempermasalahkan hal itu. Alhasil, sepanjang siang berada di dalam satu kamar, keduanya hanya saling mendiamkan. Sepasang pengantin baru yang memang sangat kelelahan baik fisik maupun mentalnya, menggunakan waktu itu untuk beristirahat. Terutama Kenan yang sebelumnya menempuh perjalanan cukup jauh dari Kanada ke Indonesia, niat hati menghadiri undangan pernikahan, ia malah berakhir sebagai mempelai pria pengganti.

Dan kini, Kenan, Fara dan Farzan tengah makan malam bersama di ruang makan kediaman Farzan. Mereka makan dalam diam dan khidmat. Hanya dentingan sendok, garpu, dan piring yang saling beradu, bersahutan mengisi keheningan.

Usai makan, Kenan dan Farzan langsung meninggalkan ruang makan menuju ruang keluarga. Sedangkan Fara, seperti yang sudah-sudah dibantu para ART membersihkan jejak makan mereka.

Di ruang kelurga...

"Yah, besok Kenan akan kembali ke Kanada." ujar Kenan memulai pembicaraan. Kini ia dan Farzan duduk saling berhadapan, berseberangan, pada sofa yang tersedia di sana.

Farzan menatap pria yang kini telah menjadi menantunya itu dalam-dalam "Apa maksudmu nak?"

Kenan terkekeh pelan mendapati reaksi tegang pria paruh baya yang kini telah menjadi mertuanya itu "Tenang saja Yah. Kenan sama sekali tidak bermaksud meninggalkan Fara." sejenak ia menjeda sembari memejamkan mata "Ayah kan tahu sendiri, tujuan kepulangan Kenan seharusnya untuk menghadiri undangan pernikahan Fara. Jadi, sudah semestinya Kenan kembali ke Kanada setelahnya. Ya, siapa sangka malah Kenan yang menikahi Fara. Jadi, kepergian Kenan kali ini sekaligus untuk mengurus pemindahan tugas Kenan ke Indonesia secara permanen." jelasnya panjang lebar.

"Hufh..." Farzan menghembuskan nafas lega bercampur getir "Syukurlah. Sekali lagi Ayah minta maaf nak. Terima kasih sudah memenuhi permintaan egois Ayah."

Kenan tersenyum hangat "Ayah tidak perlu merasa bersalah, lagipula seperti yang Kenan katakan siang tadi, Kenan yakin keputusan Ayah adalah yang terbaik buat Kenan. Dan Kenan sedikitpun tidak menyesal." ucapnya penuh kesungguhan.

Farzan menatap Kenan penuh keteduhan dengan mata yang sedikit mengembun. Ia sangat terenyuh mendapati betapa besarnya kepercayaan Kenan padanya. "Terima kasih nak. Ayah tak tahu bagaimana lagi mengucapkan rasa terima kasih Ayah padamu."

"Tidak ada yang perlu berterima kasih atau menerima kasih. Anggap saja ini salah satu kebaktian Kenan pada Ayah, sebagai anak." balas Kenan.

Sejenak Farzan memejamkan mata sembari menghela dan menghembuskan nafas panjang meluapkan segala emosinya "Huffhh... Baiklah, akan Ayah anggap seperti itu. Tapi maaf, mulai saat ini kita tidak bisa lagi menjadi sepasang ayah dan anak angkat." ucapnya tersenyum simpul kemudian.

Kali ini giliran wajah Kenan yang menegang. Ditatapnya dalam-dalam wajah Farzan "Ma-maksud Ayah apa?"

Senyuman di bibir Farzan semakin mengembang "Ya, seperti yang ku katakan. Aku tidak bisa lagi menjadi Ayah angkat mu. Karena,,," dengan sengaja ia menggantung ucapannya sembari tiba-tiba mengenakan ekspresi over serius.

Glekk...

Kenan semakin menegang, susah paya ia meneguk saliva "Ka-karena apa? A-apa Kenan telah melakukan kesalahan? Tolong katakan Yah!" desaknya sedikit panik.

Farzan tidak langsung menjawab, setengah mati ia semakin mengeraskan rahangnya agar tidak tersenyum apalagi tertawa yang sukses membuat Kenan semakin panik.

"Yah...?" Kenan mulai merengek yang terlihat sangat lucu di mata Farzan hingga tak dapat lagi membendung tawanya.

"Hahaha..." pria paruh baya itu tertawa lepas sambil memegang perutnya. Bahkan tanpa sadar buliran bening sudah menggenang di pelupuk matanya.

Dan Kenan, jangan ditanya. Pria itu benar-benar sukses dibuat termangu olehnya. Belum hilang kepanikannya, kini ia dilanda kebingungan. "Yah...?" rengeknya lagi.

Sembari mencoba menghentikan gejolak tawanya, Farzan menengadahkan telapak tangan bebasnya menghadap Kenan, sebagai isyarat agar Kenan sabar menunggu dirinya selesai tertawa. Dan Kenan dengan patuh membungkam.

Beberapa saat kemudian, tawa Farzan akhirnya mulai mereda dan terhenti. Pria paruh baya itu lalu menghembuskan nafas lembut sembari masih memegang perutnya dan mengusap buliran bening yang lolos dari pelupuk matanya dengan tangan bebasnya. "Tidak ku sangka ternyata seorang Kenan bisa tegang juga." ucapnya terkekeh pelan kemudian.

Meskipun tak mengerti maksud ucapan Farzan, Kenan tetap menanggapi dengan serius "Siapa bilang Kenan tidak pernah tegang? Bahkan sering, setiap akan melakukan opersi pada pasien Kenan."

Farzan memicingkan matanya lurus pada Kenan "Benarkah?" tanyanya seakan tidak percaya.

Kenan mengangguk pasti "Ya!"

Tiba-tiba Farzan menepuk jidatnya "Ternyata kamu memang manusia biasa."

"Hah? Manusia biasa?" Kenan melongo mendengar penuturan Farzan "Memangnya Ayah selama ini menganggap Kenan, apa?"

"Ya, seperti orang-orang menjuluki mu, 'Miracle Doctor'." Farzan menggedikan bahunya.

Kenan tersenyum kecut "Hehe... Tentu saja Kenan manusia biasa, mereka saja yang terlalu berlebihan menilai Kenan. Semua keberhasilan Kenan selama ini, semata karena Kenan selalu melakukannya sebaik mungkin dengan segala kemampuan Kenan."

"Hmm... Aku bangga padamu nak, kamu tidak pernah berbangga diri dan tak pernah lupa untuk merendah." Farzan berujar sambil manggut-manggut.

"Terima kasih Yah. Semua itu berkat didikan Ayah." ucap Kenan tulus dan dibalas senyuman tulus pula oleh Farzan.

Sejenak keduanya hampir melupakan topik terakhir pembicaraan mereka, hingga Kenan tiba-tiba kembali teringat.

"Ehem..." Kenan berdehem, kembali pada mode serius "Jadi, apa maksud Ayah mengatakan bahwa kita tidak bisa lagi menjadi sepasang Ayah dan anak? Apa Kenan telah melakukan kesalahan? Jika iya, maafkan Kenan Yah. Meskipun Kenan tidak tahu kesalahan apa yang telah Kenan lakukan, sungguh Kenan tidak sengaja. Kenan mohon Yah, Kenan masih ingin menjadi anak Ayah!" tuturnya panjang lebar sembari memelas.

Sumpah demi apapun, Farzan benar-benar ingin tertawa, tapi takut dosa. Sebisa mungkin ditepisnya gejolak tawa yang hampir kembali menguasai dirinya. Lantas Farzan menghembuskan nafas berat "Hufh... Kesalahanmu adalah karena telah menikahi Fara, putri Ayah."

Ssshhh...

Kenan mendesis panjang sembari meringis 'Kesalahanku menikahi Fara? F*ck off! Bukankah itu permintaan anda, tuan? Dan sekarang anda menyalahkan ku? B*slit!' umpatnya gamang dalam hati. Namun diluar ia tetap mengendalikan emosinya dengan tersenyum kikuk "Ma-maksud Ayah?"

"Ya, seperti yang ku katakan. Aku tidak bisa lagi menjadi Ayah angkat mu karena kamu telah menikahi putri ayah. Bisanya, menjadi Ayah mertua mu." tutur Farzan seraya tersenyum jenaka tanpa dosa.

'Oh s*it!' sekali lagi Kenan mengumpat dalam hati. Ia baru sadar ternyata sejak tadi Farzan mengerjainya. Tidak bisa membantu, seketika wajah Kenan memerah padam, geram bercampur malu. Iapun terkekeh kikuk "He he... Ternyata Ayah sangat pintar bercanda."

"Tentu saja!" sahut Farzan masih dengan senyum jenaka tanpa dosanya yang sukses membuat Kenan semakin geram tanpa bisa diluapkan. Menyadari hal itu, Farzan mencondongkan tubuhnya pada Kenan agar dapat menepuk pundaknya "Maaf, maaf, Ayah hanya ingin mengajak kamu bercanda seperti sepasang Ayah dan anak pada umumnya. Pasalnya Ayah perhatikan, sejak siang tadi kamu selalu bersikap serius. Sesekali cobalah untuk bersantai."

"Kenan tidak punya waktu untuk itu Yah."

"Siapa bilang?" Farzan kembali menarik tubuhnya bersandar di sandaran sofa.

Kenan menunjuk dadanya sendiri "Kenan sendiri." ucapnya.

"Alasannya?"

"Kemampuan medis Kenan masih jauh dari kata sempurna. Sebelum kemampuan medis Kenan sempurna, Kenan tidak punya waktu untuk bersantai."

"Sempurna? Menurutmu sejauh mana kemampuan medis seseorang dapat dikatakan sempurna?"

Kenan terdiam, jujur saja pertanyaan itu juga selalu ia tanyakan pada dirinya sendiri selama ini. Namun sampai detik ini ia tak kunjung menemukan jawabannya.

Menyadari kebuntuan Kenan, Farzan menegakkan duduknya dan melanjutkan "Dengar nak, di dunia ini tidak ada selain tuhan yang sempurna. Harusnya itu menjadi pegangan utama kita para dokter. Mungkin kesempurnaan yang kamu maksud adalah selalu berhasil dengan penanganan medis yang kamu lakukan. Tapi nak, kamu harus selalu ingat, ajal itu sudah ada yang mengatur. Jadi, jika suatu saat nanti kamu mengalami kegagalan dalam menangani pasien setelah mengerahkan segala kemampuanmu, janganlah kamu menyalahkan diri sendiri."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status