Share

5). Menantu Idaman

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-01-30 12:15:29

***

"Dan, ini baju aku simpan di mana?"

"Di lemari yang putih aja, Ra. Kosong kok itu."

"Oke."

Hari ini—satu hari setelah hari pernikahan mereka, Danendra dan Adara langsung pindah ke apartemen milik Danendra.

Tak terlalu membawa banyak baju, keduanya hanya menggerek dua koper menuju apartemen yang terbilang cukup mewah tersebut.

Seorang Danendra Putra Alexander memang tak bisa diragukan lagi. Di usianya yang baru saja menginjak dua puluh delapan tahun, karirnya sudah bersinar.

Disokong sang Papa yang menjadi salah satu pimpinan di perusahaan besar Alexander grup, tak sulit rasanya bagi Danendra membangun karir.

"Capek juga."

Selesai membereskan semua bajunya di lemari, Adara duduk di ujung kasur dengan kedua tangannya yang bertumpu ke belakang.

"Capek?" tanya Danendra.

"Lumayan," jawab Adara.

Danendra tersenyum lalu ikut duduk di samping Adara. "Habis ini kita makan," ucapnya.

"Makan apa?"

"Makan hati?" tanya Danendra yang membuat Adara memandangnya. "Aku bercanda."

Adar tersenyum. Untung beberapa detik saling melempar tatapan, dia buka suara. "Tapi, Dan," ucapnya. "Aku mau jujur sama kamu dari sekarang."

"Jujur apa?"

"Aku enggak bisa masak," ungkap Adara. "Aku cuman buat mie rebus, telur ceplok, sama nasi goreng. Kamu enggak apa-apa, kan?"

"Its okay," jawab Danendra. "Aku bukan orang yang ribet. Masalah makanan, kita bisa beli."

"Makasih udah banyak ngerti," ujar Adara.

"Sama-sama."

Setelahnya Adara beranjak dari kasur lalu berjalan menuju sisi kamar yang hanya dihalangi oleh kaca besar. Berada di lantai lima belas, dari apartemen Danendra dia bisa melihat pemandangan kota Jakarta.

"Dan, ini bisa dibuka enggak kacanya?"

"Bisa," jawab Danendra. "Geser aja."

"Oh oke," kata Adara. Dia kemudian mencari bagian kaca tersebut yang bisa dia geser. Mengukir senyum, Adara berjalan ke sisi kanan untuk membuka kaca tersebut.

Namun, tentu saja semua itu tak semudah yang dia bayangkan karena ternyata pintu kaca besar tersebut cukup berat.

"Susah ya?" Danendra beranjak lalu berdiri di belakang Adara. Mengulurkan kedua tangannya dia membantu Adara menggeser kaca tersebut hingga terbuka sebagian.

Hal sederhana, tapi entah kenapa Adara dibuat kelabakan karenanya. Jantung Adara berdegup kencang ketika aroma mint dari tubuh Danendra menguar di sekelilingnya.

"Udah, Ra. Kamu bisa keluar."

Adara mengejap ketika suara Danendra terdengar. Menyadarkan dirinya dari lamunan singkat, dia mengukir senyum lalu berjalan menuju balkon kamar dan berdiri di dekat pembatas untuk menikmati pemandangan, sementara Danendra duduk di kursi yang tersedia di sana.

"Pemandangannya bagus ya kalau dilihat dari atas," ucap Adara sambil menoleh pada Danendra lalu setelah itu dia berbalik badan—menghadap sang suami yang kini bersandar pada kursi. "Aku pernah mau juga beli apartemen kaya kamu, tapi enggak bisa."

"Kenapa?"

"Gak diizinin Papa," jawab Adara. "Sebenernya satu tahunan lalu aku sama Rafly udah berencana buat tinggal di apartemen pas udah nikah, tapi Papa minta aku sama dia tinggal di rumah aku aja."

"Oh gitu ya," kata Danendra disertai senyuman tipis. Lagi, untuk yang kesekian kalinya di sela obrolan yang tercipta diantara mereka, Adara pasti menyelipkan nama Rafly.

Wajar memang. Bertahun-tahun bersama pasti membuat Adara candu akan kekasihnya itu, tapi egoiskah jika Danendra tak suka Adara membahas kekasihnya di depan dia?

"Iya," jawab Adara. "Rafly bahkan udah sisihin setengah dari gajinya lho, Dan. Meskipun mahal, dia bilang mau beliin apartemen yang aku mau, tapi ya itu. Papa aku enggak izinin."

Adara terlihat begitu antusias ketika bercerita tentang Rafly, karena baginya pria itu memang mengagumkan.

Datang dari kampung lalu kuliah di Jakarta karena beasiswa, Adara sangat kagum akan semangat Rafly yang menggebu hingga akhirnya dia bisa lulus lalu bekerja di perusahaan sang Papa.

"Tapi sekarang Papa kamu kayanya udah berubah pikiran ya," ujar Danendra. "Waktu aku izin buat ajak kamu tinggal di apartemen kayanya Papa kamu enggak keberatan sama sekali."

Adara tersenyum samar. "Karena Papa suka kamu," jawabnya.

"Maksudnya?" tanya Danendra. "Om Ginanjar enggak suka Rafly, gitu?"

"Yes, of course," kata Adara. "Kamu enggak tahu aja kalau buat dapatin restu dari Papa, Rafly berjuang mati-matian. Kamu tahu sendiri Papa aku gimana, kan? Dia selalu memandang orang dari nama besar bahkan keluarga. Jadi ya, waktu aku minta restu sama Papa buat jalanin hubungan yang lebih serius, Papa enggak setuju."

"Maaf aku enggak tahu," ucap Danendra.

Tentu saja Danendra tidak akan tahu, karena selain sibuk dengan pekerjaan, selama ini dia sibuk menata hati dan melupakan Adara. Meskipun, pada akhirnya dia selalu gagal melakukan semua itu.

Karena semakin lama dia berusaha melupakan Adara, rasa cinta itu justru semakin tumbuh dan berkembang.

"Its okay, enggak perlu minta maaf juga kali," ujar Adara. Dia kemudian berjalan menghampiri Danendra lalu duduk di samping pria itu. "Kamu tahu? Kamu itu menantu idaman Papa aku. Waktu aku kasih tahu hubungan aku sama Rafly untuk yang pertama kalinya, Papa justru ngomong kalau kamu lebih cocok sama aku dibanding Rafly."

"Seriously?" tanya Danendra tak percaya.

"Iya," jawab Adara. "Kamu itu memenuhi kriteria Papa banget. Mapan, dari keluarga terhormat, dan punya masa depan cerah. Beda sama Rafly yang berasal dari keluarga sederhana."

"Maaf kalau selama ini aku jadi kerikil buat hubungan kamu sama Rafly," ungkap Danendra.

"Apa sih, Dan?" tanya Adara. "Ini bukan salah kamu kali. Ngapain minta maaf?"

"Tetap aja karena aku, hubungan kamu terhambat," kata Danendra.

Adara tersenyum. Membicarakan Rafly, rasa rindu kembali melanda hatinya. Bagaimana keadaan laki-laki itu sekarang? Apa masih hidup atau sudah? Ah ... rasanya sakit jika pada akhirnya Adara harus kehilangan Rafly.

Jika boleh ditanya sanggup atau tidak? Maka jawabannya adalah tidak. Adara tak sanggup jika Rafly pergi meninggalkannya begitu saja.

"Kenapa?" tanya Danendra ketika dia menyadari raut sendu yang tersirat di wajah Adara.

"Dan." Adara menatap Danendra lekat. "Menurut kamu, besar enggak sih kemungkinan Rafly selamat dan baik-baik aja?"

"Hm, aku enggak bisa memastikan, Ra. Aku enggak tahu medan kecelakaan Rafly kaya gimana," kata Danendra. "Tapi kamu tenang aja, aku doain Rafly selamat."

"Kenapa?" Kali ini Adara yang bertanya.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu mau doain Rafly selamat?" tanya Adara. "Kamu cinta sama aku, kan? Kenapa kamu justru doain dia yang baik-baik?"

"Karena aku bukan orang yang picik, Ra," ucap Danendra. "Aku emang cinta sama kamu, tapi aku enggak seegois itu. Kalau kamu bahagia sama Rafly, aku juga ikut bahagia."

"Kenapa kamu baik?" tanya Adara. "Sadar enggak sih, aku jadiin kamu pengganti?"

"Yeah, tentu aja aku sadar akan hal itu," ucap Danendra. "But, its okay. Aku enggak masalah dengan hal itu."

"Dan."

"Akhiri aja pembahasannya, Ra. Aku tahu pikiran kamu lagi enggak baik-baik aja," kata Danendra. Dia kemudian beranjak dari kursi lalu berjalan menuju pintu. "Aku mau pesen makanan, kamu mau apa?"

"Gimana kamu aja," ucap Adara.

"Oh ya udah," jawab Danendra.

"Dan, tunggu dulu," kata Adara. Beranjak, dia berjalan menghampiri Danendra. "Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Apa?"

"Kalau seandainya Rafly masih hidup dan dia baik-baik aja," ucap Adara. Dia menatap lekat Danendra untuk beberapa detik sebelum melanjutkan ucapannya. "Enggak apa-apa kan, kalau kita pisah dan mengakhiri pernikahan kita?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
jangan pisah dong Ra jalanin aja dulu
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
wajar sih dara belum bisa menerima Danendra seutuhnya karena dia dan Rafly delapan tahun Lo hubungan nya sabar ya dan
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
sabar nya Danendra gak ada lawan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Pengganti untuk Adara   316). Extra Chapter 14

    *** "Onty, Reano mana. Kok enggak kelihatan dari tadi?" Adara yang sedang menyapa para tamu seketika menoleh saat sebuah pertanyaan diucapkan seorang laki-laki muda yang malam ini tampan dengan kemeja navy bluenya. Danial. Yang baru saja bertanya pada Adara adalah Danial. "Eh, Nial. Rean kayanya masih di jalan." "Lho, enggak bareng?" "Mana maulah bareng sama Onty," kata Adara. "Dia kan jemput pacarnya." "Masih sama Lula?" "Masih." Danial tersenyum. "Awet juga ya, enggak kaya kakaknya." "Haha iya." "Ya udah, Nial gabung dulu sama yang lain ya Onty." "Iya, Nial." Malam ini adalah malam yang cukup membahagiakan bagi keluarga besar Alexander—khususnya keluarga Adam karena sebuah pesta tengah digelar di ballroom hotel berbintang di kota Jakarta. Bukan pertunangan atau pernikahan, pesta yang dirancang oleh anak-anak juga para menantu Adam itu adalah sebuah perayaan aniversary pernikahan Adam dan Teresa yang ke lima puluh delapan tahun. Cukup lama Adam menjalin

  • Suami Pengganti untuk Adara   315). Extra Chapter 13

    ***"Duh siapa sih?"Masih dengan kedua mata terpejam, Alula mengulurkan tangannya—meraba-raba meja nakas di samping kasur untuk mencari ponsel yang saat ini berdering cukup nyaring.Entah siala yang menelepon, yang jelas Alula merasa sangat terganggu oleh bunyi dering ponselnya tersebut."Ketemu," gumam Alula ketika akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya.Mengambil ponsel tersebut, perlahan Alula membuka matanya dan yang dia temukan di layar adalah nama Reano."Reano. Ngapain sih?"Beringsut, Alula mengubah posisinya menjadi duduk sebelum akhirnya menjawab panggilan dari Reano."Halo, Rean. Kenapa?" tanya Alula parau."Baru bangun?""Iya.""Dih, belum sholat dong?" tanya Reano."Emang ini jam berapa?" tanya Alula yang memang belum sempat melihat jam baik itu di ponsel mau pun di dinding kamar."Jam lima pagi," kata Reano. "Ke air gih sana, cuci muka, wudhu, terus sholat.""Iya.""Nanti jam enam aku ke kamar kamu," ungkap Reano—membuat Alula seketika mengerutkan keningnya."Mau nga

  • Suami Pengganti untuk Adara   314). Extra Chapter 12

    ***"Jaga diri baik-baik di sana, awas jangan macam-macam.""Iya, Ma. Siap."Pukul delapan pagi, Reano sudah siap dengan penampilannya yang bisa dibilang cukup rapi. Membawa koper berwarna hitam berisi pakaian ganti, remaja yang satu bulan lalu baru saja genap delapan pelas tahun itu sudah tiba di bandara, diantar Adara juga Danendra.Tujuannya? Tentu saja Jerman. Memanfaatkan libur panjang sebelum masuk kuliah, Reano memang meminta izin pada kedua orang tuanya untuk pergi ke Jerman menemui Nara.Tak sendiri, Reano pergi bersama Alula yang memang ingin menghabiskan waktu liburan di luar negeri.Berhubung kedua orang tuanya sibuk, Alula memutuskan untuk ikut bersama Reano yang sejauh ini bisa dipercaya menjaga putri bungsu seorang Arkananta itu."Jangan macam-macam kalian di sana. Ingat, pisah kamar," kata Aludra memperingatkan."Iya, Mama. Masa satu kamar?" tanya Alula. "Lagian uncle Danen kan udah pesenin dua kamar buat aku sama Reano.""Tenang aja, Ra. Aku udah pesenin kamar yang be

  • Suami Pengganti untuk Adara   313). Extra Chapter 11

    ***'Hati-hati di jalan.'Elara yang baru saja memasukkan beberapa baju ke dalam tas seketika mengukir senyumannya ketika sebuah pesan yang bisa dibilang cukup romantis masuk ke ponselnya—membuat dia terbang ke angkasa dengan perasaan yang berbunga-bunga.Bukan dari orang sembarangan, pesan tersebut berasal dari Regan yang memberikan peringatan pada Elara karena sore ini gadis itu akan berangkat menuju Bandung untuk menginap di rumah Aksa selama dua malam.Alasannya? Tentu saja Elara ingin menemui Regan yang satu minggu lalu resmi menjadi pacarnya.Dicomblangkan oleh Respati lalu saling mengenal via virtual selama sebulan lebih, Elara dan Regan sepertinya memiliki banyak kecocokan lalu pada akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan setelah Regan menyatakan cintanya lebih dulu seminggu yang lalu.Regan memang jarang bicara bahkan terkesan dingin, tapi di dekat orang yang membuatnya nyaman, Regan kadang berubah seratus delapan puluh derajat dan bagi Elara, Regan ternyata cukup menyena

  • Suami Pengganti untuk Adara   312). Extra Chapter 10

    ***"Oke, istirahat dulu aja ya.""Siap, Kak!"Menyimpan semua peralatan yang ada, para siswa juga siswi yang siang ini memakai pakaian olahraga lantas membubarkan diri lalu berjalan ke pinggir lapangan pun dengan siswi yang kini melangkah untuk menghampiri seseorang di bangku pinggir lapangan."Kamu kalau bosen, pulang aja."Istirahat dari latihannya, Alula langsung menghampiri Reano yang sejak tadi setia menunggu sambil bersandar pada tembok.Sejak masuk di SMA yang sama Alula dan Reano bisa dibilang cukup dekat—lebih tepatnya sengaja didekatkan oleh Adara yang memang menginginkan Reano lupa dengan perasaannya pada Nara.Setiap pagi juga siang setelah pulang sekolah, Reano diwajibkan menjemput dan mengantar Alula ke rumahnya bersama supir karena memang usia yang belum tujuh belas tahun membuat Reano belum diizinkan memakai kendaraan sendiri.Reano sebenarnya sudah beberapa kali menolak karena memang didekatkan paksa seperti ini membuatnya tak nyaman.Namun, sederet ancaman penyitaan

  • Suami Pengganti untuk Adara   311). Extra Chapter 9

    ***"Reres, kamu ngapain ke sini?"Keluar dari pintu gerbang sekolah, Elara mengerutkan kening ketika mendapati seorang siswa laki-laki dengan seragam yang berbeda dengannya tengah berdiri sambil mengukir senyuman.Respati.Bukan pacar atau gebetan, siswa laki-laki yang kini tengah bersandar di pintu mobil sedan hitam adalah sepupu Elara—anak dari saudara Danendra."Hai, Kak El," sapa Respati sambil mengangkat telapak tangannya. "Apa kabar?""Baik," kata Elara apa adanya. "Kamu apa kabar?""Baik juga," ucap Respati."Kamu ngapain ke sekolahan aku? Ada urusan apa gimana?" tanya Elara."Iya ada urusan sama Kak El," ucap Respati—membuat Elara seketika mengerutkan keningnya."Urusan apa?""Hm." Respati bergumam pelan, sementara wajahnya terlihat menunjukkan sebuah keraguan. "Mau minta bantuan sih, Kak?""Bantuan apa?"Respati menggaruk tengkuknya yang bahkan tak gatal sama sekali."Res?""Ah iya, Kak. Bantuan apa sih?" tanya Elara. "Ngomong aja. Enggak usah ragu.""Hm, nanti malam Kakak s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status