“Aku sedang mengandung anak Darren.”
Kalimat itu berasal dari seorang Erica yang sedang menarik tangan Darren masuk ke dalam ruang tunggu untuk pengantin wanita ketika Ellen si mempelai wanita yang sudah di dandani cantik dengan gaun ballgown serta buket bunga di tangannya. Darren yang merupakan mempelai pria terlihat kebingungan.
"Apa ini?" tanya Ellen menatap sekitar sembari berdiri dengan wajah kebingunan. Beberapa orang yang mengikuti Erica masuk pun terlihat terkejut oleh penuturan wanita cantik model internasional. Mereka adalah Eric dan Ella, orang tua Erica dan Ellen yang merupakan saudara. Lalu David, kakek Darren yang juga masuk ke dalam ruangan itu.
"Itu semua omong kosong. Ellen, percayalah padaku. Dia hanya ingin menghancurkan pernikahan kita," ujar Darren.
"Aku sudah membawa buktinya," ucap Erica dengan penuh keyakinan.
Erica segera mengeluarkan secarik kertas. Itu adalah hasil test DNA janin yang ia kandung dengan DNA Darren. Ellen memperhatikannya dengan seksama. Hasil akhirnya adalah cocok sebagai ayah dan anak.
"Dasar bajingan!" teriak Ellen murka sambil memukul dada Darren dengan buket bunga di tangannya. "Apa yang telah kalian lakukan di belakangku?"
"Ellen, kumohon percayalah padaku. Erica sudah merekayasa ini semua," kata Darren sambil menggenggam kedua telapak tangan Ellen yang segera wanita itu tepis karena sudah muak.
"Darren mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku. Dia juga sudah berjanji padaku untuk segera menikahiku," ujar Erica. "Jadi lebih baik kau batalkan saja pernikahan ini."
"Bagaimana bisa dengan mudahnya kau mengatakan itu semua? Kau ini kakakku," ujar Ellen lirih dengan isak tangis penuh rasa sakit. "Apa yang ada di otakmu ketika kau memilih untuk tidur dengan calon suamiku?"
Ella sang ibu mendekati Erica dan memeluknya dengan perasaan iba. "Apakah itu benar, Sayang? Jangan main-main dengan perkataanmu. Karena itu bisa menjadi boomerang untuk dirimu sendiri."
Erica mengangguk sambil menangis. Sementara Darren berusaha meyakinkan Ellen. "Dia tidur dengan pria lain dan hamil. Lalu kenapa bisa anaknya menjadi anakku? Ellen, percayalah padaku."
"Lalu bagaimana dengan hasil test DNA?" tanya Ellen frustasi. "Apakah test DNA itu juga bisa direkayasa?"
"Bisa saja. Dia itu licik, Sayang. Itu semua sudah dia rencanakan sejak awal," kata Darren.
"Dasar bajingan!" bentak Erica. "Kau sendiri yang menginginkannya. Kau mengatakan bahwa kau akan melepaskan Ellen."
"Darren, berhentilah berbohong. Erica mengatakan hal itu dengan bukti yang kuat," ucap Ellen. "Sangat kuat!"
"Ellen, aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan pernah berkhianat. Hubungan kita bahkan sudah berjalan lima tahun dan hari ini adalah hari pernikahan kita," kata Darren.
"Pembohong!" bentak Ellen muak. Air mata bahkan tak henti keluar dari pelupuk matanya.
Ella mendekati Ellen dan memeluknya. "Ibu tahu ini berat. Tapi pikirkanlah kandungan Erica yang semakin lama akan semakin besar. Sebaiknya kau batalkan saja pernikahan ini dan relakan Darren bersama Erica," ucap Ella lembut.
Ellen mudur satu langkah menjauhi Ella. Dia tertawa kecil. "Kau pun turut serta menginginkan pernikahan ini batal," kata Ellen terkekeh.
"Ellen, pikirkanlah lagi. Dia itu juga kakak kamu. Kasihan dia," ucap Ella.
"Kakak tiri kan maksud Ibu?" Ellen terkekeh dengan kedua mata masih tak kuasa menahan air matanya. "Baiklah. Atas permintaan kalian, aku akan membatalkan pernikahan ini."
Ellen melepaskan mahkota kecil sebagai penyangga veil nya dan melemparkannya ke lantai. Eric, sang ayah, berjalan dan mengambilnya. Di tatapnya wajah Ellen yang sudah basah oleh air mata.
"Kau tidak boleh membatalkan pernikahan ini," ujar Eric. "Kau dan Darren harus menikah. Apapun yang terjadi, pernikahan ini harus tetap berlangsung."
"Ayah, bagaimana denganku?" tanya Erica panik.
"Itu salahmu sendiri!" bentak Eric. "Pernikahan ini harus tetap berlangsung. Ellen dan Darren harus tetap menikah."
"Sayang, sebaiknya pikirkan ini baik-baik. Erica sedang mengandung anak Darren," kata Ella lembut.
"Ini menyangkut citra keluarga," kata Eric. "Tapi bukan cuma itu saja. Keluarga kita berhutang banyak dengan keluarga Darren. Juga janji perjodohan di masa lalu yang mengharuskan Ellen menjadi menantu di keluarga Pyordova."
"Ini hidupku. Persetan dengan citra keluarga kita!" bentak Ellen. "Sudah cukup aku menuruti semua perintah kalian. Terutama Ayah. Sudah cukup, Ayah. Bahkan aku rela tidak melanjutkan sekolah hanya demi Erica, kakakku tersayang yang dengan tega menusukku dari belakang. Sudah cukup."
"Jika bukan dengan Darren lalu dengan siapa lagi? Di keluarga Prordova tidak ada lagi pria yang pantas untuk menjadi suamimu," ucap Eric pada anaknya sambil menghapus air mata Ellen. Tatapannya mengiba pada anak gadisnya itu.
"Ellen bisa menikah dengan pria lain dari keluarga kami," ujar David, kakek Darren. "Jika bukan dengan Darren, cucuku. Maka Ellen akan menikah dengan Dimitri, putra bungsuku."
Semua mata terkejut dengan usulan David. Bagaimana bisa Ellen menikahi Dimitri? Mereka tak saling mengenal. Dimitri juga bisa di katakan bukan anggota keluarga Pyordova. Karena pria itu tak pernah mendapatkan bagiannya seperti anak David lainnya.
"Sebaiknya kau tetap menikah dengan Darren," ujar Eric mencoba meyakinkan Ellen. "Semua keluarga sudah setuju kau menikah dengan Darren. Mereka akan sangat kecewa jika kau menikah dengan orang lain. Terlebih ini Dimitri. Pikirkanlah sekali lagi."
"Ayahmu benar. Sebaiknya kau jangan menikah dengan pamanku yang satu itu. Dia bahkan tidak lebih baik daripada aku," ujar Darren mencoba meyakinkan Ellen. "Monster gila yang bisa mengamuk kapan pun dan dimanapun. Dia sangat mengerikan."
"Semua orang di keluarga kita akan sangat kecewa padamu jika kau menikah dengan Dimitri. Pria itu adalah pengecualian di keluarga Pyordova," tambah Eric berusaha meyakinkan.
Ellen yang berlinang air mata menatap ke depan. "Baiklah. Aku akan tetap menikah," ujar Ellen datar.
"Sayang, aku tahu kamu pasti akan tetap melangsungkan pernikahan kita. Aku sangat bahagia. Kita akan segera menikah dua jam lagi," ucap Darren tersenyum lega. "Aku tahu kau percaya padaku. Erica berbohong dan kau tahu itu."
“Aku bersedia menikah dengan paman Dimitri daripada dengan bajingan seperti Darren!”
***
Tiana terbangun dari tidurnya. Dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum. Usai menghilangkan dahaganya, dia mendengar suara dari arah kamar Yuri. Wanita itu pun berjalan ke arah kamar Yuri dan membuka perlahan kamar itu. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Yuri tengah menggambar desain gaun. Tiana bahkan sampai tak bisa berkata-kata ketika Yuri juga menatapnya dengan isak tangis. Wanita itu terlihat sangat kebingungan. "Yuri, apa yang sedang terjadi?" tanya Tiana perlahan."Aku sendiri tidak mengerti. Aku bermimpi aneh dan ketika aku bangun, entah bagaimana aku langsung mendesain baju. Aku bingung," kata Yuri panik. Tiana terkejut mendengar penuturan Yuri. Wanita itu harus tahu apa yang Yuri alami di alam bawah sadarnya. Mungkin itu akan menjadi petunjuk untuknya."Siapa Madelaine? Apa hubungannya denganku? Baju scarlet ini, apa maksudnya?" tanya Yuri menatap Tiana sambil menangis.Tiana tak bisa berkata-kata. Tapi dia tak bisa terus diam. Tiana harus mencari tahu. "Ka
Apa yang Tiana ucapkan memang benar. Yuri telah benar-benar menyerah pada Dimitri. Hal yang tidak pernah ia lakukan pada Darren, tunangannya. Pria itu bahkan hanya terlihat sebagai pria baik di mata Yuri. Tidak lebih dari itu. "Aku tidak mungkin jatuh cinta pada pria mesum itu. Dia bahkan sangat tidak sopan padaku. Dia tidak mungkin menjadi orang yang aku cintai. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada pria seperti itu? Dia sangat berbeda dengan Darren yang penuh perhatian," omel Yuri pada dirinya sendiri. Wanita itu menarik selimut dan bersiap untuk tidur. Hari sudah sangat larut dan Tiana juga sudah tidur di kamarnya. Yuri terpaksa menginap di apartemen Tiana karena dia tak bisa membayar tunggakan uang sewa. Sehingga dirinya di usir dari apartemennya. Yuri telah sampai di alam bawah sadarnya. Dia berada di sebuah tempat dimana dirinya menjadi pusat perhatian. Di tatapnya gaun cantik yang tengah ia kenakan. Entah bagaimana dia tahu betul detil gaun ini. Gaun indah itu bernama scar
Yuri tak bisa tenang usai pulang dari acara keluarga Pyordova. Dia terus memikirkan Dimitri. Sikap pria itu benar-benar tidak sopan. Pria itu berani mencium dan mempermainkannya. Tiana bahkan sampai menatapnya dengan kesal. "Yuri, apa yang sebenarnya kau pikirkan?" tanya Tiana ketika dirinya tengah duduk di samping Yuri sambil menikmati acara TV."Maafkan aku, Tiana. Apa yang kau bicarakan tadi?" Yuri kembali pada fokusnya."Apa yang sedang kau pikirkan sekarang?" tanya Tiana mulai waspada."Aku mendengar beberapa hal aneh di pesta tadi," kata Yuri."Kau bisa bercerita padaku," ujar Tiana tersenyum.Yuri membenarkan duduknya menghadap ke arah Tiana. "Kau tahu kan siapa itu Darren?" Tiana mengangguk perlahan. Dia tidak menyukai Darren. Namun Yuri justru tengah dekat dengan pria itu. Yang Yuri tahu, Darren selalu ada untuknya beberapa tahun terakhir. "Dia itu keponakan tuan Dimitri. Hal gila yang aku dengar tentang mereka benar-benar membuatku bingung," kata Yuri dengan raut wajah pe
Dimitri berjalan mendekat ke arah Yuri dengan tatapan tajam seolah ingin menusuk wanita itu. Sementara Yuri hanya bisa waspada dengan mundur satu langkah kecil. Pria itu terus mengintimidasi dengan tatapannya. "Apakah kau pernah melihat istriku sebelumnya?" tanya Dimitri maju satu langkah. Yuri yang mulai waspada tak bisa menjawab. "Atau apakah kau pernah melihat bayangan seorang wanita yang mirip denganmu namun berpenampilan berbeda?" tanya Dimitri lagi. Yuri masih terdiam tak bisa menjawab. "Atau kau melihat istriku ketika bercermin kah?" tanya Dimitri lagi. Kali ini Yuri menggelengkan kepalanya meski dirinya tetap tak bisa menjawab. "Apakah kau mengingat sesuatu tentang pernikahan?" tanya Dimitri lagi.Yuri tak lagi memiliki tempat. Pria itu menghimpitnya dan menatapnya penuh harapan. Di cengkeramnya kedua lengan Yuri. Lalu di tatapnya lebih dalam wajah cantik itu. "Kau mengatakan semua tentang pendapat orang-orang di luar sana. Lalu bagaimana dengan pendapatmu?" tanya Dim
Ini adalah acara keluarga dimana seluruh keluarga Pyordova mengatakan pesta kecil untuk merayakan resort yang hampir tidak berjalan di California akhirnya bisa berkembang menjadi resort dengan pendapatan fantastis. Semua itu berkat Dimitri. "Kau sudah berjasa besar dalam perkembangan resort kita di California," puji David pada Dimitri di depan beberapa kerabat. "Tapi itu semua tidak akan ada artinya jika kau masih sendiri," kata seorang paman yang tersenyum menggoda Dimitri. Dimitri tak menjawab dan hanya tersenyum malu. Sementara David menatapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Bagaimana bisa kau hanya tersenyum seperti itu?" tanya David. "Carilah pendamping hidup. Setidaknya para kerabat tahu bahwa kau masih normal."Dimitri tertegun. Dia tak pernah menyangka bahwa David justru memberikan magnet opini yang bukan-bukan. "Keponakan mu bahkan sudah mulai menata hidup. Dia membawa wanita cantik dari California," kata paman itu. Semua mata mengarah pada Darren yang berjalan mas
"Yuri, akhirnya kau sadarkan diri. Aku sangat mengkhawatirkan mu."Dimitri sangat mencemaskan Yuri. Dia tak pernah bisa menyembunyikan rasa cemasnya terhadap wanita itu. Sehingga membuatnya merasa tak tenang. Yuri menatap bingung pada Dimitri. "Hei, Tuan. Siapa kau?" tanya Yuri. Dimitri tersentak kaget mendengar pertanyaan itu. Rupanya Yuri telah melupakan sebagian ingatannya. Sama persis seperti yang Marc utarakan."Aku ada dimana? Apa yang terjadi padaku?" tanya Yuri kebingungan. "Kau tak sadarkan diri ketika kita membahas pekerjaan," jawab Dimitri tenang. Sekuat tenaga dia menahan amarahnya. Dia juga menahan diri untuk tidak terbawa suasana. "Apakah kau yang membawaku kemari?" tanya Yuri kebingungan."Iya. Namaku Dimitri Pyordova. Aku adalah atasanmu di tempat kerja. Resort yang kau datangi adalah tempat kerjamu sebagai desain eksterior. Kau sedang mendesain sesuatu dan aku menyukainya," kata Dimitri. Yuri berusaha mencerna apa yang Dimitri ucapkan. Dengan perasaan aneh dia me