Share

3. Tak Banyak Bicara

Author: Chrysander
last update Last Updated: 2025-03-21 02:20:57

Hellena Byorka akhirnya menikah dengan Dimitri Pyordova. Pria berusia 30 tahun yang terkenal kejam dengan masa lalu mengerikan. Pria itu membunuh tunangannya sendiri di hari pernikahan mereka. Bahkan sebelum janji pernikahan di ucapkan. 

Kini pria itu telah resmi menjadi suami Ellen usai janji sumpah setia mereka ucapkan. Wanita itu pun tengah bersiap untuk foto keluarga. Bersama pria yang sudah menjadi suami tentunya.

"Selamat atas pernikahanmu dengan pembunuh berdarah dingin," bisik Erica yang berdiri tepat di samping Ellen.

Wanita dengan gaun pengantin itu bmenoleh ke arahnya. "Apakah menurutmu ini menyenangkan?" tanya Ellen berbisik dengan tatapan tajam.

"Tentu. Aku akan segera menikah dengan pria idamanku setelah kau menikahi pria kejam itu," jawab Erica tersenyum. "Suamimu itu, ku dengar dia juga gila. Selalu meminum obat anti depresan. Aku benar-benar merasa kasihan padamu."

Ellen tak bisa membalas perkataan Erica. Saat ini bahkan dia merasa takut. Tubuh Dimitri terlihat besar dan kekar. Tak terbayangkan ketika pria itu menyiksanya kelak hingga mati. Sama seperti pada tunangannya dahulu. 

Usai sesi foto usai, Ellen masih memikirkan ucapan Erica. Bahkan itu sama seperti ucapan Darren tentang pamannya. Wanita malang itu berjalan perlahan ke arah ruang rias mempelai wanita untuk berganti baju. Karena setelah ini akan ada acara pesta dengan tema pesta kebun.

Seseorang berjalan di sampingnya dan membantunya membawa ekor gaun yang lumayan panjang serta sedikit berat. Dia Ella, ibu Erica. Wanita yang telah merawatnya setelah membawanya dari ibu yang telat tiada.

"Jangan terlalu membenci kakakmu. Dia juga korban di sini," ujar Ella lembut.

Ellen terkekeh. "Korban yang menikmati kejahatan," celetuk Ellen. 

"Kau adalah anak haram suamiku. Dimitri juga anak haram Tuan David Pyordova. Bukankah kalian sangat serasi?" ucapnya lembut.

Ellen berhenti lalu menatap wajah Ella. Tawa kecil tak dapat ia tahan lagi. "Terima kasih, Bibi. Sepertinya kami memang sangat serasi," ujar Ellen.

"Jaga cara bicaramu, Sayang. Aku ini ibumu," kata Ella dengan nada lembut nan elegan. Senyuman manis merekah di bibirnya yang merah menyala itu. "Ibu bantu untuk berganti baju."

Ellen menepis tangan Ella dan berjalan cepat menuju ruang ganti mempelai wanita. "Kau di luar saja," katanya ketus. 

Di ruang ganti mempelai wanita, sudah ada beberapa wanita yang bersiap membantunya membuka gaun lalu menggantinya dengan gaun yang lebih ringan. Tak butuh waktu lama untuknya berganti gaun karena banyak wanita dari pihak WO yang khusus untuk membantunya.

Ellen membuka pintu dan mendapati Erica berdiri di depan pintu dengan senyuman merekah di bibir sensual nya. Khas model kelas dunia. Tapi Ellen bahkan tak peduli lagi. Dulu, Erica merupakan wanita yang sangat ia idolakan. Juga sangat ia sayangi. 

Tapi sekarang sudah tidak lagi. Perasaannya berubah menjadi kebencian dalam sekejap. Senyuman bahagia ketika melihat sang kakak pun telah sirna. Yang ada hanyalah tatapan kebencian.

"Apakah kau menyesal karena bukan suamimu yang menjemputmu melainkan aku?" tanya Erica.

Ellen tak mengatakan apapun. Dia hanya melirik penuh kebencian. Wanita itu berjalan melewati Erica tanpa bicara. Sementara Erica tanpa malu menggandeng tangan Ellen. Tak peduli wanita itu menolaknya. 

"Aku sarankan padamu. Sebaiknya kau menuruti apapun yang paman itu ucapkan," kata Erica. "Dia sangat mengerikan."

Ellen tak peduli dan berjalan begitu saja melewati Erica. Sejujurnya bahkan saat ini dia muak dengan wanita itu. Setelah apa yang ia perbuat, semua menjadi hancur termasuk rasa hormatnya terhadap sang kakak.

Beberapa langkah kemudian, seseorang berjalan mendektinya. Dimitri dengan setelan jas utih dengan warna yang sama dengan dress Ellen. Keduanya saling menatap satu sama lain. Lalu dengan lembut Dimitri mengambil tangan Ellen untuk ia kaitkan dengan tangannya dan keduanya berjalan bersama menuju tempat pesta. 

"Bisakah aku bertanya satu hal padamu?" tanya Ellen ragu. Jelas terlihat canggung di antara keduanya. Mereka tak saling mengenal sebelumnya.

"Tentu," jawab Dimitri singkat.

"Kenapa kau bersedia menikahiku?" tanya Ellen perlahan.

"Karena ayahku," jawab Dimitri singkat.

"Pernikahan itu sesuatu yang sakral. Bagaimana bisa ayahmu menjadi alasan?" tanya Ellen lagi.

"Perjanjian perjodohan juga sama sakralnya," jawab Dimitri.

Benar. Perjanjian perjodohan itu nyata adanya. Yang kemudian membuatEllen harus rela menjadi istri dari seorang Dimitri yang memiliki banyak sisi gelap. Berbeda dengan Darren yang cemerlang. 

Pria ini tak banyak bicara, batin Ellen. Sesekali dia melirik ke arah pria tampan yang menjadi suaminya itu. Pria yang ternyata juga anak haram yang tidak berarti di keluarganya. Kini keduanya telah sampai di tempat acara. Pesta pernikahan dengan tema pesta kebun. 

Pesta pernikahan yang terlihat simpel namun di dalamnya, semua terlihat mewah. Hiasan serba putih, bunga dominan putih, juga makanan yang di siapkan langsung oleh seorang chef kelas dunia. 

"Selamat atas pernikahanmu, Paman. Kau pasti tak pernah mengira akan menjalani pernikahan yang semewah ini bukan?" Darren tersenyum menjabat tangan Dimitri. 

"Tentu saja. Ini sangat mewah untukku. Tapi aku juga harus sangat berterima kasih padamu," ujar Dimitri tersenyum ramah. "Akibat dari kesalahanmu, aku bisa menikmati ini semua. Pesta dengan banyak makanan enak dan terlihat sangat mewah."

"Apa maksudmu?" tanya Darren kesal. "Dasar pria gila!"

Darren pergi dengan amarah yang meluap. Sementara Ellen melirik ke arah Dimitri dan tersenyum. Rupanya pria itu masih sanggup melawan penindasan atas dirinya. Dimitri tertawa kecil ke arah Ellen. 

"Nikmati saja pestanya. Ini semua untuk kita berdua. Jadi kau tak perlu sungkan," ujar Dimitri tersenyum. Dia kemudian berpamitan untuk pergi menghampiri tamu yang adalah kenalannya. 

Sementara itu Ellen berjalan ke arah dessert untuk menikmati kue cantik nan mungil di sana. Namun seseorang menghentikan langkahnya. Dia adalah Eric, ayahnya. 

"Kau harus menyusun rencana untuk pembatalan pernikahanmu dengan Dimitri," ucapnya.

"Sudahlah, Ayah. Aku sudah sangat lelah dengan drama ini," kata Ellen.

"Batalkan sebelum kau kembali ke rumah dalam keadaan tak bernyawa," kata Eric penuh penekanan. 

Tidak. Jika memang benar rumor yang beredar, maka hari ini mungkin akan menjadi hari dimana Ellen masih bisa leluasa menghirup udara segar. Wanita itu terlihat panik sekarang. Hal itu membuat Eric sedikit lega. Akhirnya anaknya tahu apa yang ia maksud.

"Bukankah lebih baik aku mati di tangan suami ku sendiri daripada menjalani pernikahan penuh pengkhianatan?" tanya Ellen tersenyum. 

Eric terkejut mendengar ucapan Ellen. Bagaimana bisa dengan entengnya Ellen mengatakan hal itu? Hal mengerikan yang bahkan tak mampu Eric bayangkan. Namun Ellen seperti sudah tidak takut lagi akan hal buruk yang akan menimpanya di kemudian hari.

"Ayah, memaafkan sebuah pengkhianatan itu tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Itu akan terus berlanjut hingga menjadi akhir yang sangat buruk. Seperti dirimu," ucap Ellen dengan kedua mata sudah mulai berair. "Aku tidak ingin ini semua terulang lagi."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   134. Dia Masih Peduli

    Dimitri kembali ke apartemen nya dan mendapati Erica sedang mengenakan gaun tidur milik Ellen. Pria itu tersenyum bahagia melihat wanita itu. Dia pun segera berlari dan memeluk wanita itu. Untuk sesaat dia terdiam. Lalu menciumi rambut wanita itu. Sesaat kemudian dia mendorong wanita itu ke lantai. Di tatapnya Erica penuh kebencian. Tanpa berkata-kata, dia berbalik. Erica segera mencegahnya pergi. "Dimitri, kau mau kemana?" tanya Erica. "Lepaskan gaun tidur itu," kata Dimitri datar."Kau ingin melakukannya di tempat ini kah? Kenapa jadi tidak sabaran seperti ini?" tanya Erica senang sembari mulai melepaskan gaun tidurnya."Kau bukan Ellen!" bentak Dimitri penuh amarah. "Apa yang kau katakan?" tanyanya dengan wajah polos."Kau bukan Ellen, kenapa kau memakai bajunya?" tanya Dimitri tanpa berbalik. Dia tahu saat ini Erica sudah menanggalkan gaun tidurnya. "Maafkan aku. Gaun tidurku tertinggal di menara itu. Aku juga belum sempat membelinya lagi. Jadi ku pikir kenapa tidak memakai m

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   133. Antara Kebenaran Dan Bualan

    Dimitri sedang berada di sebuah bar. Dia menenggak minuman keras entah sudah berapa botol. Tempat itu bahkan sudah hampir tutup. "Tuan, mau ku pesankan taxi kah?" tanya si bartender. Seorang pria berusia kisaran 20 tahunan akhir."Tidak perlu. Aku bisa jalan kaki," jaqab Dimitri tersenyum lalu tertawa. "Siapa tahu istriku juga sedang berjalan kaki.""Tuan, kau sudah mabuk parah. Sementara kami sudah mau tutup," kata si bartender."Ya sudah. Tutup saja. Aku akan berjaga di tempat ini," ujar Dimitri dengan nada suara meninggi. "Apakah aku perlu menelepon istrimu, Tuan?" tanyanya perlahan. "Istriku sangat cantik. Jika dia datang kemari maka kau pasti akan terpesona akan parasnya yang rupawan," kata Dimitri tertawa kecil."Tuan, sebaiknya kau hubungi istrimu segera. Maafkan kami," kata pria itu lalu membungkuk dan pergi meninggalkan Dimitri seirang diri. Berharap Dimitri segera menghubungi istrinya dan pergi dari tempat itu.Namun selang satu jam lamanya dan hanya tersisa Dimitri seora

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   132. Terpuruk Dan Kembali Ke Paris

    Ellen menangis dan berteriak di dalam pesawat. Sementara Mia hanya bisa menepuk lembut punggung Ellen. Wanita itu akan terus menahan diri untuk tidak memaki. Karena Ellen benar-benar hancur sekarang. "Sudahlah. Kita akan sampai di Paris. Kau jangan menangis terus. Tidak baik untuk kedua matamu," kata Mia. "Di bandara nanti pasti banyak penggemar yang menantikan kedatanganmu.""Aku bahkan sudah berjuang begitu lama. Tapi apa ini? Dia memintaku untuk tidur dengannya. Kami melakukannya berulang kali malam itu. Dan setelahnya aku di buang begitu saja," oceh Ellen dengan kondisi sudah mabuk berat. "Kita bahkan berada di atas awan dan kau minum sebanyak itu. Selain jetlag masih ada lagi mabuk karena terlalu banyak minum," gerutu Mia menahan amarahnya. Ellen menatap sejenak wajah Mia. Lalu kembali menangis keras dengan botol wine di tangannya. "Kenapa semua menjadi seperti ini? Seolah kejadian di masa lalu kembali terulang," celetuk Ellen sambil menangis. "Bersamamu seperti itu termasuk

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   131. Malam Panas Terakhir

    Ellen bangkit dari pembaringan. Dia merasa sangat marah. Selama ini pernikahannya dengan Dimitri adalah karena upaya untuk balas dendam semata. Pun meskipun dirinya juga memiliki maksud lain sejak awal, namun entah kenaoa dia merasa sangat marah dan kecewa. "Ellen, dengarkan penjelasanku dulu. Jangan marah dulu," kata Dimitri ikut bangkit dari pembaringan. Dia berjalan mendekati istrinya."Apalagi? Kau ingin mengatakan bahwa sekarang kau jatuh cinta lagi pada Erica kah?" tanya Ellen tak kuasa menahan air matanya."Aku tidak pernah jatuh cinta lagi pada wanita itu. Hanya kau. Cuma ada kau di hatiku," kata Dimitri. "Ketika kau bahkan pergi tanpa mengatakan apa pun padaku, aku sangat frustasi.""Aku tidak bisa berpikiran jernih sekarang. Jadi sebaiknya kau pergi dariku," kata Ellen sambil menangis. "Untuk sesaat, izinkan aku bernapas." "Bagaimana jika aku menolak?" tanya Dimitri. "Kau membawa pulang Erica. Wanita itu adalah sumber dari ketidak bahagiaanku. Kau membawanya dan mengizink

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   130. Alasan Bersedia Menikah

    Ellen berjalan masuk ke dalam apartemen bersama Dimitri yang sedari tadi menggenggam tangannya. Wanita itu sudah ingin melepaskan tangannya dari genggaman suaminya berulang kali. Namun pria itu tetap menggenggamnya erat. Kedua matanya terbelalak kaget melihat sosok cantik nan rupawan duduk di sofa dengan menikmati tayangan di televisi. Di tatapnya pakaian yang wanita itu kenakan. Gaun tidur dengan belahan dada yang sukses memperlihatkan betapa seksi tubuhnya. Ellen melirik ke arah Dimitri dengan sorot mata tajam. Wanita itu sangat tidak senang dengan keberadaan Erica di apartemennya. Sebuah apartemen milik Dimitri yang sudah sepantasnya juga menjadi miliknya sebagai seorang istri. "Ellen, kau sudah pulang. Maafkan aku karena harus tinggal di sini. Rumah kita sudah di sita bank. Ayah dan ibu juga pergi entah kemana untuk mengundari para penagih hutang," kata Erica yang menyadari kedatangan Ellen. Wanita itu berjalan mendekati Ellen dengan senyuman menawan. "Kau masih bisa tinggal d

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   129. Meruntuhkan Gedung

    Ellen mendapatkan surat peringatan untuk segera meninggalkan apartemen yang ia tempati sekarang. Sudah sangat larut dan dia harus berkemas segera karena gedung akan segera di runtuhkan. "Mia, bisakah orang mu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ellen masih dengan piyama berjalan ke arah Mia yang baru saja bangun tidur. "Tunggu sebentar," kata Mia lalu menguap karena masih sangat mengantuk. Mia kembali masuk kedalam kamarnya untuk menghubungi seseorang. Lalu dengan wajah panik dia bergegas menemui Ellen yang sampai ketiduran di sofa. "Itu suamimu," kata Mia.Ellen terbangun dan menatap Mia bingung. "Apanya yang suamiku?" tanyanya."Ini semua ulah suamimu," kata Mia."Apa?" Ellen terbelalak seketika. Dia sangat terkejut mengetahui bahwa suaminya telah mengetahui keberadaannya dengan sangat cepat. "Lebih baik kita segera kemasi barang-barang kita dan segera pergi dari tempat ini jika kau masih ingin melarikan diri," kata Mia bergegas mengemasi barang-barang.Ellen yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status