Share

4. Kegilaan Darren.

Penulis: Chrysander
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 02:24:36

Selama satu hari penuh, pesta pernikahan itu berlangsung. Hanya satu hari penuh karena yang menikah adalah pria yang bahkan seperti bukan anggota keluarga Pyordova. Dimitri bahkan tinggal di sebuah apartemen studio dan bukan di sebuah rumah mewah seperti para kakak-kakaknya. Juga tidak di rumah induk yang di tempati David. 

"Ini apartemenku," ujar Dimitri sembari mempersiapkan Ellen untuk masuk. "Kita akan tinggal di tempat ini."

Dengan masih mengenakan gaun pernikahan, wanita muda itu berjalan masuk perlahan ke apartemen itu. Dimitri berjalan di belakangnya sembari memberitahukan istrinya beberapa ruangan yang ada di dalamnya beserta fungsinya. Kedepannya tempat ini akan menjadi tempat tinggal mereka berdua. 

"Aku akan tidur di kamar itu," kata Dimitri menunjuk sebuah pintu berwarna putih. Ellen menoleh ke arah pintu itu. Lalu pandangannya beralih ke pintu di sebelahnya. "Lalu itu kamarmu. Kau boleh mengubahnya sesuai seleramu. Aku mengatur kamar itu biasa saja. Aku tidak tahu kesukaanmu. "

"Kita..." Ellen lagi-lagi kehilangan kata-kata. Semua yang ada di otaknya tiba-tiba menghilang setiap kali kegugupan menyergapnya. 

"Apakah kau berharap kita akan tidur satu ranjang?" tanya Dimitri. 

"Tidak. Maaf. Maksudku, terima kasih." Ellen terbata. 

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Ada urusan mendesak," ucap Dimitri lalu mengambil secarik kertas dan pulpen yang kebetulan ada di atas meja nakas. Pria itu menuliskan 6 digit angka di atas kertas lalu memberikannya pada istrinya. "Ini pin pintu apartemen ini."

Tanpa menunggu jawaban Ellen, Dimitri berbalik dan bergegas pergi meninggalkan wanita itu. Entah apa yang pria itu kerjakan di larut malam ini. Tapi anehnya, Dimitri kembali sebelum mencapai pintu depan. 

"Kau boleh makan apa saja di lemari es. Aku tidak membeli banyak bahan makanan. Tapi setidaknya itu bisa membungkam suara perutmu," kata Dimitri lalu berbalik dan bergegas pergi.

Ellen tersentak kaget. Dia tahu bahwa sejak tadi Ellen kelaparan. Apakah dia juga tahu kalau sejak tadi Ellen tidak makan apapun selain satu buah kue manis berujuran kecil?

"Benar-benar memalukan! Bukankah seharusnya kau diam saja? Kenapa malah mengoceh ketika dia di dekatmu? Dasar perut bodoh!" maki Ellen pada perutnya yang rata. 

Wanita itu kemudian berjalan ke dapur. Di pojok itu pasti lemari es. Terlihat besar tapi simpel dengan warna senada dengan ambalan di dapur itu. Juga tidak banyak hiasan dengan desai minimalis modern secara keseluruhan. 

Ellen membuka lemari es. Kedua matanya di buat takjub oleh isi dari lemari es itu. Sangat rapi dan tertata. Isinya penuh dan Dimitri masih bisa mengatakan tidak banyak bahan makanan.

"Bagaimana bisa sebanyak ini dia bilang tidak banyak bahan makanan?" gumam Ellen lalu mengambil beberapa bahan makanan untuk dia olah. 

Sesaat kemudian Ellen berhenti. Ini malam pernikahan yang seharusnya ia jalani bersama Darren dengan perasaan bahagia. Tapi apa yang terjadi? Wanita itu hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Pria itu berkhianat dengan kakaknya sendiri. 

Ellen meratap dan semua masih tetap sama. Dia menjadi istri orang lain yang tidak dia kenal. Bahkan pria yang menjadi suaminya itu terkenal kejam dan tanpa ampun. Dia juga pria yang tak memiliki apapun selain apartemen atas nama ayahnya dan satu buah mobil yang juga atas nama ayahnya.

Hingga pagi lalu siang dan malam kembali datang. Suara pin pintu terbuka. Dengan panik Ellen berjalan ke arah pintu bersiap menyambut kedatangan sang suami. Namun bukan Dimitri melainkan Darren dengan bau alkohol yang sangat menyengat memaksa masuk ke dalam apartemen itu. Rupanya Darren tahu pin pintu apartemen Dimitri.

"Ellen, kau menungguku bukan? Maaf aku terlambat pulang. Suami macam apa aku ini," ocehnya. 

Ellen segera membantunya untuk duduk di sofa. Lalu wanita itu berbalik dan bersiap untuk mengambilkan segelas air hangat. Namun dengan cepat Darren menarik tangannya hingga tubuhnya terjatuh. Ellen terduduk di pangkuan Darren dengan kedua tangan Darren memeluknya begitu erat 

"Darren, lepaskan!" bentak Ellen kesal. Dia berusaha melepaskan diri namun tak bisa karena tenaga pria itu begitu kuat.

"Kita belum pernah melakukannya. Bagaimana jika kita melakukannya di tempat ini?" tanya Darren tertawa kecil.

"Darren, aku rasa kau sudah gila. Ini apartemen pamanmu dan aku adalah istrinya sekarang," ucap Ellen terus berusaha melepaskan diri. 

"Benarkah? Bukankah ini kamar hotel tempat kita berbulan madu?" tanya Darren linglung. 

"Kau minum seberapa banyak? Kenapa sampai seperti ini?" tanya Ellen.

"Entahlah. Aku lupa," kata Darren. 

"Sebaiknya kau lepaskan aku sekarang juga!" bentak Ellen.

"Aku hanya ingin melakukannya di tempat ini," ujar Darren lalu menidurkan Ellen di sofa dan mulai beraksi. 

"Darren, sadarlah!" bentak Ellen berusaha melepaskan diri dari pria itu.

"Selama berpacaran, kita belum pernah melakukannya. Setidaknya sekali saja," ucap Darren.

"Kau sudah gila!" bentak Ellen berusaha melepaskan diri dari pria itu. 

"Sekali saja, Ellen. Lakukan bersamaku. Kau masih sangat mencintaiku. Aku tahu itu," ujar Darren. 

Ellen berhenti memberontak. Dia menatap lekat wajah Darren yang menatapnya penuh harap. Pria itu masih mencintainya. Dia tidak ingin Ellen bersama Dimitri. 

"Kau belum pernah melakukannya dengan pamanku, Ellen. Aku tahu ketika aku berusaha menyentuhmu. Kau masih milikku," kata Darren bersiap mencium bibir Ellen. 

Sementara wanita itu berusaha menolaknya. Tapi tak berhasil karena tenaga Darren begitu kuat menghimpit tubuh Ellen yang saat ini tengah menangis karena ulah Darren. 

"Kau sudah gila, Darren!" maki Ellen tak kuasa menahan air matanya.

"Kita bisa melakukannya lebih dari ini, Sayang. Lalu katakan pada kakekku bahwa kau akan mengajukan pembatalan pernikahan," kata Darren tertawa. 

"Kau sudah gila! Aku tidak akan melakukan hal itu. Tidak akan pernah," ujar Ellen.

"Pamanku itu pria payah yang bahkan tak memiliki apa-apa. Semua milik kakekku," kata Darren.

Ellen tak pernah peduli akan uang dan status seseorang. Yang ia takutkan bahkan hal lain yang lebih mengerikan. Tentang bagaimana jika Dimitri mengetahui tentang ini dan marah besar. Apakah dia akan selamat?

Pria itu menyeringai ketika melihat raut wajah Elleh yang seolaah tengah berpikir. "Kau pasti takut pamanku mengetahui ini bukan?" tanya Darren.

"Pergilah sekarang juga, Darren!" bentak Ellen penuh amarah.

Darren tertawa lepas. Sesaat kemudian ditatapnya wajah Ellen. Lalu dengan kasar ia mulai menikmati bibir Ellen, menciumnya paksa. Dia bahkan tak peduli Ellen memberontak. Hingga sak tangis tak terbendung lagi. Rasa takut mulai menyergapnya. Di tempat ini. Sendirian. Darren akan sangat gila memperlakukan Ellen. Serta tak peduli lagi dengan batas norma yang ada. 

"Apa yang kalian lakukan?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Dimitri yang baru saja datang. Entah sejak kapan pria itu berdiri di tempatnya saat ini. Baik Ellen maupun Darren sangat terkejut. Pria itu tiba-tiba muncul di saat yang sangat tidak tepat bagi Darren.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   160. Kondisi Darren Sekarang

    Darrel dan Margaret duduk bersebelahan. Keduanya tengah menunggu sang putra sadar dari koma. Raut wajah yang tak bisa di tutupi. Rasa cemas, panik, sedih serta perasaan bersalah bersarang di kedua wajah yang sudah tak lagi muda itu."Apakah sekarang kau masih tetap memyalahkan Dimitri?" tanya Darrel memulai pembicaraan di tengah heningnya suasana lorong rumah sakit. Margaret tertunduk lesu. Selama ini apa yang terjadi pada keluarganya, dia selalu menyalahkan Dimitri. Namun sekarang Darrel bahkan seolah bangkit dari kematian pun juga karena Dimitri. "Anak itu tidak bersalah. Dia bukan berasal dari ibu sembarangan. Chatrine adalah keturunan bangsawan Inggris yang entah bagaimana bisa jatuh cinta pada ayahku di usia nya masih terbilang sangat belia," kata Darrel. "Aku bahkan tak pernah menyangka Chatrine bukan orang sembarangan," gumam Margaret menyesal. "Di bandingkan dengan nya bahkan Pyordova tak ada apa-apanya. Dia wanita terhormat yang jatuh cinta pada pria yang salah. Tapi dia

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   159. Rahasia Tubuh Ellen

    "Jika kau keberatan maka kita bisa pakaikan nama Byorka."Pernyataan itu keluar dari bibir seorang wanita yang saat ini tengah bergetar ketakutan. Hal itu membuat Dimitri menjadi sangat kesal. Bagaimana mungkin Ellen bisa se takut ini terhadapnya?"Apapun boleh asal kau jangan marah," kata Eleln dengan kedua mata sudah mulai berair. "Dia anakku dan dia akan memakai nama Pyordova di belakang namanya!" bentak Dimitri kesal. "Tapi anak ini akan menjadi anak tidak sah. Apa kata orang-orang jika dia tetap memakai nama belakang keluarga ayahnya?" tanya Ellen dengan suara bergetar. "Ellen, kenapa kau masih belum mengerti juga?" tanya Dimitri kesal.Ellen terdiam sejenak. Perutnya terasa sangat sakit. Dia bahkan tak bisa menahan rasa sakitnya. Ellen mengaduh kesakitan."Ellen, jangan membuatku takut. Katakan padaku apa yang kau rasakan?" tanya Dimitri panik."Sakiitt ... Perutku sakit sekali," ujar Ellen kesakitan sambil memegangi perutnya.Dimitri pun segera mengangkat tubuh wanitanya lal

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   158. Penjelasan Perlahan Dimitri

    "Aku ..."Ellen tak tahu harus berkata apa. Dia tahu Dimitri pasti tidak akan melepaskannya. Pria itu berdiri dan Ellen mulai waspada. Raut wajahnya terlihat sangat ketakutan saat ini. "Aku tidak akan mengganggumu dengan anak ini," ujar Ellen segera dengan kedua mata tertutup."Apa?" Dimitri terdiam dan terkejut. "Sungguh aku akan merawatnya sendiri tanpa harus merepotkanmu," lanjut Ellen mengangkat wajahnya sambil memohon."Ellen, kau ...""Keluarga Laurent memiliki harta yang berlimpah. Itu sudah sangat cukup untuk membiayai anak ini," lanjut Ellen dengan raut wajah penuh keyakinan."Ellen, apa yang kau katakan?" tanya Dimitri.Ellen bangkit dari duduknya dan segera bersimpuh. Dengan derai air mata, wanita itu mencoba untuk meyakinkan Dimitri bahwa anaknya tak akan merepotkan pria itu atau siapa pun. "Tidak, Ellen. Apa yang kau lakukan?" tanya Dimitri. "Berdirilah.""Kau bisa bermain denganku sepuasmu. Asalkan jangan renggut anak ini. Aku mohon jangan bunuh dia," ujar Ellen tertu

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   157. Pembelaan Dari Dimitri

    Ellen membuka kedua matanya. Dia masih sangat ingat terakhir kali dia berada di Paris dan sedang berbicara dengan Raynand. Tapi entah apa yang terjadi sekarang dia berada dalam dekapan seorang pria. Ellen bisa mengenali siapa pria itu. Aroma tubuh yang khas itu milik Dimitri. Dengan perasaan panik dan cemas yang berlebih, Ellen segera melepaskan diri dari pria itu. Namun Dimitri seolah tak ingin melepaskannya. Pria itu bahkan mendekapnya lebih erat. "Sebentar saja, Ellen. Aku ingin memelukmu sebentar saja," gumam Dimitri dengan mata tertutup. "Kenapa aku bisa ada di tempat sialan ini lagi?" tanya Ellen penuh kebencian. "Aku akan menjelaskannya semuanya nanti. Sebentar saja, Ellen. Aku sangat merindukanmu," ujar Dimitri dengan suara parau. Ellen berhenti memberontak. Entah apa yang membuatnya kemudian menyerah pada Dimitri. Ellen bahkan menahan air matanya. Sejujurnya dia juga sangat merindukan pria itu. Tapi bagaimana bisa dia melupakan isi surat kaleng itu? Ellen kemudian terin

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   156. Kebenaran Yang Masih Buram

    "Lalu bagaimana dengan surat kaleng itu?" tanya Ellen menatap lurus kedepan dengan tatapan datar. "Ini hanya untuk membuatmu menjauhi Dimitri," jawab Raynand. "Dia ingin kau membenci Dimitri.""Bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika dia berusaha menjebakku untuk membunuh keturunannya?" tanya Ellen panik."Apa yang kau katakan, Ellen?" tanya Raynand. "Sadarlah, Ellen!"Wanita itu justru berteriak keras. Dia histeris karena stress yang berkepanjangan. Wanita itu bahkan sampai tak sadarkan diri. Raynand yang panik pun segera membawa Ellen masuk ke dalam dan membaringkannya ke atas ranjang. "Ellen, jangan menakutiku. Bangunlah," gumam Raynand sembari mengambil peralatan dokter miliknya. Pria itu segera memeriksa Ellen ketika Mia masuk ke dalam kamar itu. Mia pun ikut panik."Apa yang terjadi?" tanya Mia panik. "Tidak mingkin," gumam Raynand. Pria itu terdiam sejenak karena terkejut. Lalu segera ia menguntikkan sesuatu pada Ellen. Itu adalah obat untuk membuat Ellen sedikit tenang d

  • Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan   155. Motif Yang Terungkap

    Dimitri mengamuk. Ellen melarikan diri. Dia tidak bisa menemukannya. Segera ia menggunakan akses ke CCTV seluruh dunia. Pria itu menemukan Ellen kembali ke Paris. "Bagaimana bisa kau pergi dengan kebohongan gila itu?" gumamnya menahan amarah."Tuan, apakah kita perlu ke Paris?" tanya Marc."Tidak. Lepaskan dia dan mari kita amati sejenak," jawab Dimitri."Bagaimana jika nona Erica menjalankan rencananya lebih awal?" tanya Marc panik.Dimitri berbalik dan menatap wajah Marc penuh amarah. Pria itu berada dalam amarah yang meluap. "Maafkan saya, Tuan. Saya akan kerahkan orang untuk mengawasi nyonya," ujar Marc tertunduk takut. Pria itu berbalik lalu segera pergi dari ruang kerja Dimitri. Sementara itu, Ellen yang saat ini telah kembali ke keluarga Laurent segera menemui sang nenek, Madelaine. Tak terlihat Raynand dimana pun. Siang itu Raynand memang tidak berada di rumah. "Kau pasti sangat ketakutan," ujar Madelaine mengusapi rambut Ellen."Meskipun sebagai tawanan, Dimitri memperlak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status