Share

Sebuah Impian

Author: Afnasya
last update Last Updated: 2025-03-16 23:34:59

Darren mengikuti arah pandang Eleanor, tetapi orang yang dimaksud tersebut sudah pergi.

“Siapa?”

Eleanor mengernyit heran sebelum menjawab. “Aku tidak yakin, tapi tadi sepertinya ... ah, lupakan saja.”

Eleanor mengulas senyum sebelum menyendok makanan dan memasukkannya ke mulut. Dia berbinar karena rasa masakannya yang enak. Sementara di depannya, Darren menyantap makanan sambil sesekali melirik istrinya.

Selama sesi makan itu, Eleanor dimanjakan lidahnya oleh berbagai rasa masakan. Meskipun terbilang masakan sederhana, tetapi rasanya seperti di restoran mewah.

Usai menyantap makanan hingga selesai, mereka meninggalkan rumah makan itu setelah berpamitan kepada Hana.

“Semua masakannya enak, padahal hanya menu sederhana. Seperti masakan rumahan, tetapi rasanya bisa diadu sama restoran mewah. Apa Hana yang memasak semuanya?”

Eleanor menoleh dan menatap penuh harap kepada suaminya. Namun, sekian detik menunggu, hanya hening yang terasa. Wanita itu menghela napas panjang sebelum me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   89

    Eleanor membekap mulutnya sebelum mundur perlahan dan memutar tumit, kemudian berjalan mengendap-endap sebelum kembali masuk ke ruang bawah tanah. Dia bergeming di samping anak tangga yang mengarah ke bawah dengan masih membekap mulut dan sesekali memejamkan mata, berharap orang yang ada di rumahnya segera pergi.Saat Eleanor masih berusaha menguasai diri, terdengar suara langkah mendekat disertai dengan suara gumaman. Meskipun samar, Eleanor masih dapat menangkap isi percakapan mereka.“Rumah segede ini, banyak tempat untuk menyembunyikan sebuah kunci.”“Iya, mana tidak boleh pergi sebelum menemukannya. Bos, sih, enak main suruh. Kita yang pusing.”“Seluruh isi rumah sudah dicari, tapi tetap tidak ketemu. Apa jangan-jangan dibawa pas kemarin kita keroyok dan kuncinya hilang di sungai, ya?”“Bisa jadi. Tapi jangan bilang bos begitu, bisa-bisa kita disuruh nguras sungai lagi.”Eleanor mendengar gelak tawa dari atas sebelum kembali dua pria itu saling berbicara. Wanita itu makin m

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   88

    “Malam ini kamu saya pecat! Segera bawa barang kamu dan keluar dari sini sekarang!”“Tapi, salah saya apa, Tuan? Sudah puluhan tahun saya di sini dan saya rasa tidak pernah melakukan kesalahan.”“Itu menurutmu! Pokoknya sekarang juga kamu keluar dari sini sekarang!”Roni masuk dan menarik lengan wanita tua dengan umur kisaran enam puluh tahunan hingga ke depan lemari. Lalu, menyentak kasar hingga membuatnya terhuyung. Dengan tatapan nyalang, pria itu mengintimidasi hingga akhirnya sang wanita tua membuka lemari dan memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.“Pesangon dan gajimu bulan ini akan aku transfer. Lagipula Papa sudah tidak ada, jadi buat apa kamu masih bertahan di sini, Bu Wina.”Sang wanita tua yang diketahui bekerja sebagai kepala ART selama empat puluh tahun di kediaman keluarga Wijaya itu hanya bisa pasrah saat Roni menyambar koper dan membawanya keluar dan melemparnya.“Sekarang pergilah! Rumah ini sudah tidak membutuhkanmu lagi.”Ibu Wina yang masih gagah dan cantik

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   87

    “Kurang ajar! Cari dia sampai dapat! Aku yakin dia pasti masih ada di sekitar sana!”Telepon terputus. Keempat orang itu langsung berpencar untuk mencari keberadaan Darren. Namun, mereka tak kunjung mendapatkannya sehingga memutuskan untuk kembali menaiki mobil dan pergi meninggalkan tempat itu.Sementara di tempat lain, tampak seseorang sedang berjalan mondar-mandir sambil menggenggam erat ponselnya. Sejak menerima telepon satu jam yang lalu, belum lagi terdengar kabar tentang hasilnya. Dia menggeram kesal sebelum mengempaskan kasar tubuhnya di kursi.“Sialan! Masa cari satu orang yang sedang sekarat saja tidak bisa!”Orang itu menendang meja sebelum menengadah dan menghela napas panjang. Lalu, menatap langit-langit ruangan sebelum terkejut karena mendengar ponselnya berdering. Dia langsung mengangkat panggilan setelah mengetahui nama yang tertera di layar.“Bagaimana? Kalian dapat, kan?”“Maaf, Bos. Kami kehilangan dia. Seluruh rumah sakit sudah kami cari, tapi dia tidak ditem

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Langkah Awal

    Eleanor langsung mengalihkan tatapan saat berserobok dengan orang itu. Wanita itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil berharap orang itu segera pergi. Harapannya terkabul karena saat menoleh, dia tak mendapati orang itu di tempat tadi. Eleanor menghela napas lega sebelum masuk ke ruangan setelah dipanggil sang perawat. Dua puluh menit berlalu, wanita itu keluar sambil tersenyum semringah. Kedua pipinya bersemu merah, langkahnya ringan saat menyusuri lorong yang menghubungkan ke ruangan Darren. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang menghadangnya. “Mau apa kamu?” tanya Eleanor sambil berusaha menahan gelebah dalam dada. Dia menelan ludah dengan susah payah sambil mengepalkan erat kedua tangannya. “Kita sudah tidak ada lagi urusan, sebaiknya kamu minggir.” Orang di depan Eleanor menyeringai sambil melayangkan tatapan menyelidik. Sementara, Eleanor memejamkan mata sejenak sambil menghela napas panjang sebelum kembali menatapnya. “Minggir sekarang ata

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Dua Garis Merah

    Eleanor sedikit tersentak begitu Hana memeluknya erat. Lalu, melerai pelukan dan memberikan tatapan penuh tanya kepada wanita itu. Namun, belum sempat bertanya, Hana melontarkan kalimat lebih dulu. “Mereka tidak melukaimu, kan, Elea? Oh, maafkan aku karena terlalu takut saat melihat mereka keluar dari mobil.” Eleanor menggeleng lemah sebelum beranjak ke sofa dan mengempaskan bobot tubuhnya. Sementara, Hana ikut duduk di sampingnya. “Syukurlah, Elea. Aku benar-benar takut mereka akan berbuat nekat. Aku sampai hampir memanggil polisi, sayangnya itu tidak terjadi.” Eleanor mengulas senyum tipis sebelum berkata. “Aku baik-baik saja, Hana. Untung saja mereka bisa aku bohongi saat tanya di mana Darren.” Wanita itu menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi, untuk sementara aku tidak bisa terang-terangan menemui Darren di rumah sakit. Terlalu riskan untuknya karena aku yakin mereka tidak akan membiarkan Darren selamat.” Hana mengernyit heran mendenga

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Paksaan

    Eleanor tanpa sadar mengusap perutnya sambil menunduk. Antara percaya dan tidak, dia mulai mengulas senyum tipis dan bergumam. “Jika benar, mungkin Darren akan senang kalau mendengarnya dan lekas bangun untuk merayakannya.” Wanita itu segera menaruh kembali kalender di nakas sebelum beranjak ke kamar mandi untuk berendam. Hangatnya air ditambah aromaterapi dengan wangi lavender menambah rileks suasana malam itu. Eleanor bahkan hampir terpejam karena nyamannya. Namun, dia bergegas bangkit dan menyudahi ritualnya saat teringat sesuatu. “Besok pagi-pagi aku harus memastikannya.” Eleanor bergegas berpakaian dan meringkuk di balik selimut sambil mendekap bantal yang selalu dipakai Darren. Senyumnya terkembang sempurna karena bahagia. Tak berselang lama, terdengar suara dengkur halus dari mulut wanita itu. Eleanor terlelap dan mulai menjelajah ke alam mimpi. Keesokan harinya, Eleanor membuka mata saat mendengar suara alarm. Dia beringsut duduk dan segera mematikan alarm sebelum b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status