Home / Romansa / Suami Perkasa / Lelaki Pujaan Wanita

Share

Lelaki Pujaan Wanita

last update Huling Na-update: 2025-07-29 01:51:08

Carlos Devareux tak pernah membuka pintu hati untuk siapa pun—tapi perempuan-perempuan itu tetap mengetuk.

Hari demi hari.

Dengan mata penuh api dan bibir penuh janji.

Tiga istrinya—Keira, Rubi, dan Livia—sudah cukup untuk membuat rumah tangganya seperti istana kecil. Tapi tetap saja…

Para perempuan itu datang.

Mengendap dalam komentar nistagram, menunggu di lorong hotel, berpura-pura tersesat di gym Carlos hanya untuk melihat sosok atletisnya mengangkat beban.

Kulit Carlos gelap, matanya tajam seperti elang padang pasir, dan senyumnya... senyumnya bisa membuat gadis waras lupa segalanya

---

Alika bekerja di salah satu perusahaan Carlos. Sejak pertama kali dia menyerahkan laporan bulanan ke tangan Carlos, ia tahu: lelaki itu tak seperti bos-bos lain.

“Pak Carlos, tanda tangan, ya?” katanya manja, membungkuk sedikit lebih dalam dari yang seharusnya,sehingga belahan dadanya terlihat.

Carlos hanya mengangguk tanpa melihat wajahnya. Tapi itu tak membuat Alika menyer
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Suami Perkasa   Virgin Of The Year

    Sukma duduk di ujung ranjang hotel itu—kakinya menggantung pelan, menyentuh udara malam yang berhembus dari celah jendela yang belum ditutup sepenuhnya. Gaun tidurnya jatuh bebas hingga sebatas paha, memperlihatkan kulit putihnya yang pucat namun hangat di bawah sorotan lampu meja yang temaram. Carlos berdiri beberapa langkah dari tempatnya duduk, seperti tak tahu harus mendekat atau menjaga jarak. Matanya menelusuri tubuh perempuan itu—bukan dengan nafsu semata, melainkan keraguan. Seperti sedang mengamati lukisan antik yang rusak karena waktu, lalu direstorasi kembali—cantik, tapi tak lagi asli. "Masih Sakit jahitannya?" Suaranya terdengar datar. Tidak ada kelembutan di sana. Hanya guratan tajam yang tak bisa disamarkan, seperti silet yang menyayat pelan tapi dalam. Sukma mendongak. Tidak menjawab dengan kata. Tatapannya hanya menembus Carlos, seperti ingin menghapus eksistensi pertanyaan itu. Tapi Carlos tidak mencari jawaban. Ia hanya ingin mengusik. Ia menyeringai keci

  • Suami Perkasa   Syarat Tak Terduga

    Sukma menggenggam ponselnya erat, jari-jarinya dingin. Di hadapannya, laporan tender terpampang di layar laptop—dan nama pemenangnya membuat seluruh tubuhnya gemetar. Kamisama Group. Perusahaan milik Naomi musuh bebuyutannya. Tangannya bergetar saat menekan tombol kontak dengan nama yang sejak dulu tak ingin ia sentuh lagi. Carlos. Nada sambung panjang. Terlalu panjang. Mungkin ia memang sudah tak akan menjawab lagi. Tapi kemudian—klik. “Ya?” suara itu berat, dingin, dan akrab sekali. Sukma tercekat. “Ini aku…” “Sukma. Iya, aku tahu,” potong Carlos cepat. “Aku denger napasmu. Napas orang kepepet.” Sukma memejamkan mata, menggigit lidahnya sendiri agar tak langsung menangis. “Mereka menang tender distribusi nasional. Semua mitra aku ditarik. Naomi—dia mau habisin brand-ku.” “Carlos… ini soal perusahaan.” Sukma menahan napas. “Aku butuh kamu.” Carlos tertawa pelan. Tapi bukan tawa geli. Lebih mirip... kemenangan. “Sayangnya, aku lagi di luar. Ada kerjaan

  • Suami Perkasa   Pulang Dengan Rasa Bersalah

    Langit sudah menjelang pagi saat Axel akhirnya membuka pintu rumahnya. Wajahnya babak belur—lebam di pelipis, bibir pecah, dan satu sisi lehernya membiru. Jaketnya robek di pundak, dan langkahnya pincang. Di balik semua itu, ada luka lain yang lebih dalam: rasa bersalah yang tak bisa dioles salep. Dita sedang di ruang tengah, menggendong putri kecil mereka yang tertidur di bahunya. Begitu melihat suaminya masuk dengan kondisi begitu, ia langsung bangkit, panik. > “Ya Tuhan, Axel! Kamu kenapa?!” Axel memaksakan senyum tipis. “Dirampok. Tadi malam pas pulang dari studio. Tiga orang. Tapi cuma dompet dan jam tangan yang hilang.” Dita menatapnya tajam. “Kamu dibawa ke rumah sakit?” Axel menggeleng. “Nggak sempat. Aku langsung pulang. Cuma luka luar kok.” Anak mereka bergerak kecil, lalu meringkuk lagi di dada ibunya. Axel menatap wajah mungil itu lama. Ada perasaan sesak yang menekan dadanya. > “Maaf kalau aku bikin kamu khawatir.” Dita menatap luka-lukanya, kemudian m

  • Suami Perkasa   Mau Lanjutin Yang Tadi

    --- Sukma berdiri di depan cermin kamar, Melepas hoodienya, kembali mengenakan gaun sutra tipis. Rambutnya masih acak-acakan, sebagian jatuh menutupi pipi yang memerah. Bukan karena malu. Tapi karena hangat yang belum hilang dari tubuhnya. Kulitnya… masih terasa seperti dibakar oleh jejak-jejak Axel—bekas dari ciuman, belaian, dan tubuh yang nyaris bersatu sepenuhnya. Nyaris. Ia menatap bayangan dirinya sendiri, lama. Di cermin itu, ia melihat perempuan yang asing, dengan mata sedikit bengkak, dada naik-turun tak beraturan, dan kulit yang tampak lebih hidup dari sebelumnya—tapi bukan karena bahagia. Melainkan karena sesuatu yang lebih liar: dorongan. Luka. Hasrat. Dan keinginan untuk dihancurkan hanya supaya bisa merasa... hidup kembali. Di lehernya, samar bekas merah seperti gigitan tertinggal. Di bawah tulang selangka, warna merah memudar namun jelas. Di pangkal paha, ia bisa merasakan sisa hangat yang belum reda. Semua itu bukan sekadar bekas fisik—tapi jejak keterasingan d

  • Suami Perkasa   Rahasia Yang Tak Boleh Sampai

    Axel masih setengah terduduk di lantai kamar Sukma. Napasnya berat, perutnya terasa nyeri, bukan cuma karena pukulan Zack—tapi karena kepanikan yang baru saja merambat perlahan dari ubun-ubun ke dada. Bekas ciuman Sukma masih tertinggal samar di sisi lehernya, merah muda di kulit putih. Ada satu di tulang selangka. Satu lagi di bawah rahang. Dan satu yang... terlalu dekat dengan tulang rusuk. Zack berdiri, menatap Axel seperti macan penjaga pintu surga—yang tahu betul siapa yang layak masuk, dan siapa yang pantas dilempar balik ke neraka. Sukma berdiri perlahan. Ia mengambil hoodie oversize-nya yang tergantung di belakang pintu dan memakainya, lalu berjalan ke arah Axel, lututnya berlutut pelan di lantai dingin marmer. “Bangun, penyanyi jatuh,” bisiknya sambil menyentuh dagu Axel. Axel mendongak, mata mereka bertemu. Ada getir, ada tawa yang tertahan. Tapi juga ada kesadaran baru—bahwa permainan ini sudah terlalu jauh untuk dianggap sekadar salah paham. Sukma menyentuh s

  • Suami Perkasa   Udara Yang Terasa Berat

    --- Udara kamar itu terasa berat. Bukan karena suhu, bukan pula karena pendingin ruangan rusak. Tapi karena dua tubuh dewasa yang saling berhadapan dalam keheningan, tanpa sehelai benang pun menutupi kulit, tanpa perlawanan, tanpa kelanjutan. Yang tidak terjadi—itulah yang membuat segalanya terasa jauh lebih menegangkan daripada apa pun yang sempat mereka bayangkan. Sukma duduk di tepi ranjang, selimut tipis berwarna krem disampirkan asal di bahunya. Ia gemetar, bukan karena dingin, melainkan karena gugup yang masih tersisa dan tubuh yang berusaha memahami apa yang barusan gagal terjadi. Axel, di sisi lain, bersandar pada sandaran kepala tempat tidur, dada telanjang naik-turun perlahan, mencoba mengatur napas. Rambutnya acak-acakan, sebagian menempel pada dahi yang basah karena keringat dingin. Tatapannya kosong, seolah mencoba mencari makna dari kekacauan batin yang belum sempat disuarakan. Hening menyelimuti kamar selama beberapa detik. Lalu Sukma bicara lebih dulu. Suaranya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status