Share

BAB 08 Surat perjanjian

Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.

Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?"

"Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna

"Kenapa? Apa karena pria itu?"

"Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,"

"Baiklah!"

Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?"

"Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnya

Indra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.

Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan dengan pakaian mahalnya, ternyata hanya kaum Elit yang bisa masuk ke dalam sana."

"Kamu!" teriak seorang wanita yang terasa familier di telinganya

"Ngapain kamu di sini?"

Bian menoleh pada sumber suara, dia langsung bangkit berdiri saat tahu siapa yang saat ini berdiri di depannya. Tanpa membuang waktu, Bian langsung memeluk tubuh wanita yang sudah halal baginya.

"Kita pulang sekarang! Aku gak mau kamu ketemu sama lelaki lain lagi. Aku cinta kamu Luna, apa itu belum cukup?" ucapnya

Luna mendorong tubuh Bian hinga membuat pelukanmya terlepas, Bian sempat terhuyung. Namun, beruntung dia tidak sampai jatuh.

"Jangan campuri urusanku! Kamu cuma Ayah bagi Arka, dan jangan berharap lebih dari itu!" ucap Luna

"Kalau kamu mau pulang, silahkan saja pulang sendiri," lanjutnya

Luna pergi meninggalakan Bian begitu saja, namun, saat Luna melewati Bian tangan Luna ditariknya sampai tubuh Luna terjatuh ke dalam pelukan Bian. Di luar dugaan, Bian justru langsung mencium Luna saat itu juga.

"Kamu gila!" maki Luna

Luna mengelap bibirnya yang sempat dicium oleh Bian, dia justru merasa jijik dengan tindakan Bian.

"Luna, kamu lupa kalau sekarang kamu adalah istriku. Dan kamu sekarang malah menemui lelaki lain, apakah kamu tidak malu jika ada yang mengatakan bahwa kamu sudah berselingkuh?"

Luna memggeram marah, tangannya mengepal erat menahan emosinya agar tidak meledak saat ini.

"Bulshit!"

"Istriku, ayo kita pulang sekarang!" bujuk Bian

Dengan menggenggam tangan Luna, Bian membawa Luna masuk ke dalam mobilnya. Bian tersenyum manis pada Luna, meski, Luna memasang wajah masam.

Cih!

"Menjijikkan, jangan memanggilku seperti itu!"

"Dan sejak kapan kamu menjadi possesif seperti ini? Apa benar kamu mencintaiku?" tanya Luna penuh harap

Bian yang sedang mengemudikan mobil menatap sekilas pada Luna, lalu menjawab pertanyaan dari istrinya, "Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali?"

"Sayangnya aku tidak semudah itu mempercayainya, lagi pula, Kamu masih muda dan tampan. Mana mungkin lelaki sepertimu bisa mencintai wanita janda sepertiku?" tanya Luna

Bian menghembuskan nafas panjang, dia tampak frustasi setelah mendengar ucapan Luna.

"Lalu, aku harus melakukan apa agar kamu percaya? Bahkan kamu saja kabur di saat malam pernikahan kita!" ucap Bian

Luna diam membisu, dia merasa tidak menemukan jawaban atas ucapan Bian karena apa yang dikatakannya adalah benar.

Ting!

[Indra : Lun kamu dimana?]

Luna segera mengambil ponselnya yang diletakkannya di dasbor mobil, namun, saat dia tengah membaca pesan dari Indra ponselnya berdering. Bian langsung merampas ponsel milik Luna begitu saja, dia mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya.

"Mulai sekarang jangan menghubungi istri saya lagi! Karena saya tidak mengijinkan siapa pun untuk dekat dengan Luna!" ucap Bian lalu menutup panggilan secara sepihak dan mengembalikkan ponsel Luna

Luna langsung memaki Bian karena telah lancang menjawab telepon dari Indra, "Kamu ngomong apa sama Indra?"

"Kenapa? Apa aku salah kalau menjauhkan istriku sendiri dari perselingkuhan?"

"Bian! Kamu benar-benar!" geram Luna

Bian tidak mengambil pusing atas perubahan sikap Luna, sedang Luna langsung bungkam dan tidak mau menatap Bian lagi.

Sesampainya di rumah, Luna langsung keluar dari mobil dan membanting pintunya cukup keras.

"Brengsek! Beraninya dia mengacaukan semuanya, dan sekarang sudah berani mengancamku?" gerutu Luna

Luna terus saja memaki Bian sampai dia masuk ke dalam kamarnya, dan membanting pintunya cukup keras. Namun, sialnya Bian langsung menghalangi pintu yang sudah hampir tertutup tersebut dengan tubuhnya.

"Aku minta maaf karena sudah membuatmu marah, sebagai gantinya Aku akan menemanimu minum. Tapi, kita minum di kamar saja," ujar Bian

"Tidak perlu, Aku hanya ada satu permintaan untukmu dan itu harus kamu lakukan!" balas Luna

Luna berjalan menuju nakas di tepi ranjangnya, dia mengeluarkan selembar kertas dari sana dan langsung memberikannya pada Bian.

"Kamu tanda tangani surat perjanjian ini, dan setelah itu kita akhiri pernikahan gila ini,"

Bian mengambil kertas tersebut, dia membacanya dengan seksama. Namun, setelahnya Bian tersenyum miring. " Kamu kira aku akan menyetujui surat perjanjian yang tidak masuk akal ini?"

Luna menaikkan satu alisnya, lalu mengeluarkan bolpoin yang diambilnya dari tas.

"Terserah, setuju atau tidak setuju kau harus tetap menandatanganinya," balas Luna acuh

"Baiklah, kalau begitu. Suka atau tidak suka kau harus tetap menerimanya!" ujar Bian

Luna mengernyit heran dengan maksud ucapan Bian. Namun, tindakan Bian setelahnya membuatnya amarah Luna meledak seketika.

"Tidaak!" teriak Luna

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status