Share

03

Gadis cantik bertubuh tinggi itu kini tengah memandang papanya dengan tatapan kesal, ia benar benar kesal sekarang, pasalnya sang papa benar benar akan menjodohkan mereka, terbukti dari sang papa yang kini meminta Nesa untuk meluangkan waktunya di hari Jum'at karena ia akan di pertemukan dengan pria yang sama sekali tidak Nesa kenal.

"Ngga! Nesa ngga mau!"

Amanda menatap sang anak dengan tatapan geli, ia tahu, di balik topeng sang anak yang kini sedang mencoba memberontak ada secuil rasa takut.

Rafli hanya diam menatap anaknya yang kini menatap dirinya jengkel, pria itu tak akan mempermasalahkan apapun, bagi dirinya pernikahan antara Nesa dan juga Naufal akan segera berlangsung.

Setelah menemui Naufal seminggu yang lalu, pria tampan itu memberitahu dirinya jika jawaban dari mimpinya adalah iya, namun Naufal tetap masih belum yakin, bagi pria itu ia akan melamar Nesa setelah gadis itu juga menyetujui perjodohan ini.

"Kamu mau memberontak?"

Pertanyaan Rafli langsung di jawab anggukan kepala, Nesa sangat mau memberontak sekarang, bagi gadis itu hidupnya tak boleh di atur oleh siapapun.

"Yaudah silahkan, memberontak terserah kamu, tapi kamu tahu kan Nes, kalo kamu memberontak apa yang akan papa lakukan?"

Selama beberapa detik mimik nesa berubah, namun gadis itu sadar, jika sejak awal pilihannya ada memberontak jadi ia kembali memasang mimik wajah sok kuat.

"Papa menyuruhku untuk hidup mandiri, aku tahu, jadi aku telah menyiapkan semuanya, papa ngga usah khawatir, anak gadis mu bisa hidup mandiri."

Setelah mengatakan itu, Nesa berjalan menuju kamarnya, gadis itu akan benar benar hidup mandiri sekarang.

Bagi Nesa, ia pernah tinggal di Australia selama kuliah, jadi tinggal mandiri baginya adalah hal mudah.

"Kamu yakin mas biarin Nesa hidup mandiri." Amanda bertanya khawatir, walaupun sejujurnya ia juga penasaran dengan apa yang akan gadis itu lewati, namun tetap saja, ibu mana yang tega membiarkan anaknya hidup mandiri di usia yang masih terbilang masih muda.

Rafli menutup laptopnya, lalu menatap sang istri dengan tatapan lembut. "Tenang sayang, semua akan baik baik saja."

Di balik pintu kamar berwarna putih, seorang gadis sedang meluapkan rasa kesalnya, kebanyakan orang selalu bilang kalau anak satu satunya akan di perlakukan istimewa, terlebih anak itu perempuan.

Nyatanya, kini kedua orangtuanya rela mengikuti ancaman yang sebenarnya tak nesa rancang seratus persen.

Gadis itu melirik pintu kamar dengan tatapan jengkel. "Harusnya papa larang aku dong! Aku anak papa loh!" Kaki Nesa tergerak kesal.

Ia memutuskan untuk mendekati lemari miliknya, mencoba melihat apa yang seharusnya ia bawa. Semua baju miliknya terlalu banyak, jika membawa semuanya ia pasti merasa kesusahan, maka dari itu Nesa memerlukan waktu sedikit lama untuk memutuskan apa saja yang ia bawa.

Selama hampir satu jam, gadis itu masih terus bimbang akan pilihannya, sesekali ia melirik ke arah pintu, berharap sang mama masuk dan menahannya, namun hasilnya zonk, mungkin ia terlalu berharap.

"Ini beneran ngga di anggap? Astaga, miris banget."

Nesa memasukan beberapa helai baju yang mungkin akan ia butuhkan nanti, tak lupa dengan skincare miliknya, setelah itu ia mengambil tas kecil miliknya.

Bruk!

Nesa menjatuhkan koper itu penuh kesal, ia masih sedikit berharap, namun nyatanya tak ada yang mengetuk pintunya bahkan asisten rumah tangga di rumah ini.

Mata Nesa melirik ke arah jam dinding, jam telah menunjukkan pukul delapan malam, sudah memasuki jam makan malam. Gadis itu masih enggan keluar, sejujurnya ia lapar, namun ia akan malu jika menemui orang tuanya.

Gadis itu kembali duduk ke kasur, berusaha mengabaikan rasa lapar di perutnya, ia sudah bertekad untuk mandiri mulai tadi sore, jadi untuk makan malam saat ini bukan lagi tanggung jawab orang tuanya.

Tak mampu menunggu lama, Nesa pun keluar dari kamarnya, langkah gadis itu menuju tangga, ia mengintip apa yang sedang terjadi di bawah sana, matanya pun melihat jika kedua orangtuanya sedang menyantap makan malam dengan penuh ketenangan, seolah tak merasakan sesuatu yang hilang.

Bibir nesa semakin mengerucut saat melihat menu makanan yang berada di atas meja, semua makanan di sana adalah makanan favoritnya, hal itu membuat perut Nesa kembali berbunyi.

"Ck." Nesa mendecih kesal, ia melihat perutnya.

Ia merasa kesal, mengapa ia memiliki perut yang amat sangat lemah, seharusnya ia bisa menahannya, tapi perutnya terus mengeluarkan suara.

Nesa tak mau kedua orangtuanya melihat kehadirannya di tengah tengah tangga, ia pun kembali masuk kedalam kamarnya.

Dengan kesal ia membuka lemari kecil yang berada di pojok ruangan, ia mengeluarkan satu cup mie instan dari sana, lalu ia memutuskan untuk menjadikan mie instan sebagai menu makan malamnya kali ini.

Dengan rasa kesal Nesa memakan mie tersebut, berusaha suara perutnya akan terhenti. Selesai dengan satu cup mie, suara perutnya tak kunjung berhenti, Nesa semakin panik di buatnya, jika ia terlalu banyak makan mie yang ada ia akan mengalami usus buntu, namun jika ia tak memakan mie perutnya terus bersuara.

Gadis itu kembali membuka kulkasnya, melihat apa yang bisa ia makan, namun kulkasnya hanya menyisakan beberapa bungkus biskuit, ia pun mendengus kesal, ia harus diet, dan ini sudah terlalu malam untuk memakan biskuit.

Kkrrrrkk..

Mata nesa terpejam. "Harus banget masih lapar? Ayolah, ini cacing kebanyakan di manjain sih."

Ia segera mengeluarkan sebungkus biskuit, mau tak mau ia harus memakannya. Berusaha menikmati walaupun otaknya terus terbayang ayam bakar favoritnya. Sial, seharusnya ia tak turun.

"Aaaaah!!" Nesa mengacak rambutnya kesal.

"Mandiri Nes, mandiri." Ia kembali memasukan biskuit kedalam mulutnya.

Tiba tiba saja otak nesa membayangkan jika ia kelaparan besok, bagaimana jika tak ada yang ia makan besok.

Kepala gadis itu menggeleng cepat, namun sedetik kemudian ia melihat kearah kulkas miliknya, ia pun memutuskan untuk membawa sisa cemilan miliknya dan berjalan ke arah koper.

Kreeek~~

Koper terbuka, ternyata koper itu telah di penuhi oleh baju dan juga beberapa skincare miliknya, gadis itu kembali menimang apa yang harus ia keluarkan.

Mengeluarkan skincare bukan pilihan yang bagus, ia benar benar menjadi gembel jika melupakan skincare nya.

Akhirnya ia memutuskan mengeluarkan beberapa baju yang ia kira tak perlu di pakai, gadis itu mengeluarkan gaun gaun dari kopernya, benar benar miris, apa yang akan ia pakai ke Club jika ia tak membawa gaun seksi miliknya, meminjam Misel? Oh tidak, Nesa sama sekali tak bisa membayangkan ia memakai baju milik sahabatnya.

Namun mau tak mau ia akan mencoba nanti, setelah mengeluarkan gaun gaun miliknya, ia pun memasukan mie instan dan juga beberapa cemilan kedalam kopernya, di rasa cukup ia pun menutup kembali kopernya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status