Share

06

Penulis: Gray kenzi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-08 17:00:06

Nesa terus memandangi laptop milik Misel yang berhasil ia pinjam dengan cara merayu selama hampir satu jam. dengan tatapan menanti, setiap kali ia menggulir halaman website yang sedang ia buka, detak jantungnya berdetak tak karuan.

Sudah hampir dua jam gadis itu terus memandangi layar laptop namun tak ada satu pesan pun yang masuk, gadis itu mengerang frustasi. Ia memutuskan untuk menutup website lowongan pekerjaan lalu dengan kesal ia membanting tubuhnya ke belakang, sehingga kini punggungnya dengan kasar menyentuh dinding.

"Gila ini gua, beneran gelandangan."

Gadis itu benar benar di buat frustasi, semua usahanya terlihat sia sia, ia sudah mengirimkan CV kepada hampir dua puluh perusahaan, sepuluh cafe, dan juga beberapa bar.

Namun nyatanya Nesa tak yang bisa menunggu lebih lama lagi, dengan kesal gadis itu kembali menegakkan punggungnya, lalu mencatat beberapa alamat yang akan ia kunjungi.

Bermodal nekat dan juga uang hutang pada Misel sebagai modal untuk pergi keluar, Nesa kini sedang tengah mempersiapkan diri. Memoleskan lipstick tipis ke bibir mungilnya lalu menyisir rapih rambut panjangnya.

Dengan segera Nesa mengambil satu jas yang untungnya ia masukan kedalam koper, lalu memakainya dengan perasaan tak karuan. Namun gadis itu terhenti sejenak, lagi lagi ia sadar akan satu hal, ia melupakan sepatu miliknya, jika kembali ke rumah ia akan kekurangan ongkos, lalu gadis itu kembali menimang akan kah ia meminjam sepatu misel.

Gadis itu keluar dari kamarnya, seolah tak mau mengulang kesalahan yang lalu, Nesa berjalan mengendap-endap menuju kamar Misel, lalu gadis itu mengetuk beberapa kali, tak ada jawaban, karena penasaran Nesa menempelkan telinganya ke pintu, namun gadis itu tak mendengar apapun, dengan perlahan Nesa memutar knop pintu di hadapannya. Dan saat pintu hampir terbuka suara seseorang dari belakang mengagetkan dirinya.

"Ngapain?"

Tubuh Nesa membeku, suara gadis di belakangnya membuat dirinya sedikit takut. Namun dengan perlahan Nesa memutar badannya, dan tersenyum seperti orang bodoh.

"Beb, pinjam sepatu dong, gua mau coba daftar kerja." Nesa menatap temannya dengan tatapan memohon, ia sangat amat berharap, semoga sama Misel masih mau berbaik hati.

"Aduh aduh, yaudah sana ambil di tempat biasa, gua mau tidur."

Misel berjalan memasuki kamar, membuat Nesa tersenyum lebar, saat pintu telah tertutup gadis itu berteriak. "Terimakasih sayang, love you!"

Dengan langkah lebar Nesa segera bersiap, tak perlu waktu lama, gadis itu segera keluar dari rumah Misel, gadis itu mencoba menyusuri jalan berharap menemukan tempat pekerjaan, mata gadis itu terus menelusuri tiap sela, memasuki setiap warung berharap warung tersebut membutuhkan pegawai baru.

Tanpa Nesa ketahui, ada sebuah mobil yang kini tengah mengikutinya, di manapun Nesa pergi mobil itu selalu mengikuti, di dalam mobil itu terdapat seorang pria paruh baya yang kini hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya.

Selama beberapa kilometer, gadis itu masih terus melangkah, lama kelamaan hati Rafli semakin tak tega, akhirnya pria itu menghubungi ponsel sang anak.

Di dering ke empat panggilan itu mulai di angkat, dengan segera suara Nesa memasuki telinganya. "Halo?"

"Selamat siang." Rafli meralat, hal itu membuat Nesa menghembuskan nafas kasar.

Gadis itu menggembungkan pipinya sebelum kembali bersuara. "Selamat siang, tuan Rafli."

Mata Rafli terus mengamati gerak gerik sang anak yang kini tengah berjalan menuju salah satu minimarket.

"Kamu ngapain?"

Nesa yang tengah membuka lemari pendingin pun menghentikan pergerakannya, mata gadis itu melirik ke sekitar, namun ia tak menemukan kejanggalan. "Ngapain gimana?" Nesa menjepit ponselnya antara kepala dan bahu, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil sebotol minuman dingin.

"Kamu ngapain siang siang keluyuran."

Nesa mencibir kesal, lalu gadis itu melangkah menuju kasir. Ia meletakkan minuman yang ia beli, lalu mengeluarkan selembar uang untuk membayar minuman tersebut, setelah membayar gadis itu kembali keluar dari minimarket.

Membenarkan posisi ponselnya lalu menjawab pertanyaan sang papa. "Aku keluyuran malam salah, keluyuran siang salah, gimana sih pa."

Rafli dari dalam mobil mengamati penampilan sang anak, dari sana pria itu tertawa, dan suara tawanya sampai pada telinga Nesa.

Gadis itu menjauhkan ponselnya, dahinya mengernyit heran, ia memastikan jika panggilan dengan sang papa masih terhubung, namun untuk alasan apa papa nya tertawa, alasan dirinya? Buka. Sesuatu yang lucu bagi Nesa.

"Papa kenapa?"

Rafli masih tertawa, dari sudut matanya, sang anak terlihat begitu aneh, menggenakan kemeja berwarna peach yang di padukan dengan jas berwarna hitam, celana kain berwarna hitam dan juga sepatu yang terlihat sangat kebesaran di kaki Nesa membuat pria itu terbahak, sangat berbeda dari penampilan yang selalu Nesa kenakan.

"Kamu ngapain? Kaya orang orangan sawah tau ngga."

Nesa menyingkirkan anak rambut yang menganggu pandangannya, mata gadis itu melirik kanan kiri, mencari keberadaan sang papa. "Papa di mana?"

Rafli menghentikan tawanya, lalu ia memutuskan mematikan panggilan tersebut, hal itu membuat Nesa semakin merasa aneh dengan kelakuan sang papa, akhir akhir ini sikap papanya sangat aneh, apa semua ada hubungannya dengan pria asing itu.

Nesa berjalan menuju bangku yang berada di depan minimarket tersebut, gadis itu harus beristirahat, ia telah menempuh jarak yang amat jauh, di tambah sepatu kebesaran milik Misel membuat langkahnya semakin tak nyaman.

Krek...

Suara botol plastik terbuka, dengan segera Nesa menegak isi botol tersebut, membiarkan minuman tersebut memanjakan tenggorokannya, menghilangkan rasa haus yang ia rasakan.

"Ahh.." Nesa memejamkan matanya, ia merasa segar sekarang.

Kini gadis itu baru menyadari jika kehidupan di luar sangat amat tak mudah, hal itu membuat dirinya sedikit kesal, tak seharusnya ia mengambil jalan ini namun jika Nesa pikir ulang, pilihannya tak salah, masadepan adalah miliknya dan Nesa akan mencoba mencari jalan yang tepat untuk dirinya.

Kreek..

Suara decitan di hadapannya membuat gadis itu mendongak, matanya terbelalak saat melihat sang papa kini duduk di hadapannya.

Nesa menegakkan tubuhnya, lalu ia memajukan tubuhnya untuk melihat lebih dekat pria yang kini duduk di hadapannya, memastikan jika ini bukan hanya halusinasi belaka.

"Papa?"

"Apa?" Rafli terkekeh, pria itu mengambil botol milik Nesa, lalu pria itu menegak beberapa kali.

"Ngapain?"

Rafli menutup botol minuman tersebut, lalu menatap sang anak dengan tatapan kasian. "Kamu yang ngapain, coba cari kerja? Sekarang cari kerja susah, Nes. Kamu punya skill apa? Ngeluh sama marah marah doang, ngga ada pekerjaan yang butuhin skill itu."

Mata Nesa membulat sempurna, ucapan papanya benar benar melukai harga dirinya. Namun akhirnya Nesa sadar, jika ia juga tak memiliki skill apapun.

"Papa bisa bantu Nesa? Cari kerja susah pa, bantu Nesa pa, plis."

Tangan gadis itu mengelus pelan punggung tangan sang ayah, hal itu membuat Rafli semakin tak tega.

Melihat tatapan memohon dari sang anak, mau tak mau Rafli mengangguk, melihat itu Nesa berteriak kegirangan.

"Terimakasih pa, terimakasih, papa ter-baik!" Senyum Nesa semakin mengembang kini hidup tak lagi sesulit yang ia kira.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Pilihan Papa   10

    Setelah mendengar permintaan sang mama, Nesa pun memutuskan untuk tinggal di sini sampai selesai acara makan malam, sejujurnya ia juga tak akan menolak, mengingat ia telah lama tidak mengonsumsi makanan enak dan juga bergizi, setiap harinya ia hanya memakan mie instan sampai sampai rasanya enek."Rumah sepi tau Nes, ngga ada kamu." Nesa yang kini tengah menata kursi pun menoleh, ia menatap Amanda dengan tatapan tak enak hati. Gadis itu merasa bersalah, karena dirinya yang terlalu keras kepala mamanya harus mempunyai kesabaran ekstra."Dia lebih milih hidup tanpa kita, sayang. Soalnya dia ngga mau di atur, padahal mah kalo di atur pasti udah kembali kejalan yang benar."Rafli yang baru saja tiba segera menarik kursi di samping istrinya, pria itu menatap istrinya dengan lembut, Nesa yang melihat itu hanya menghembuskan nafas lelah, jiwa jomblonya meronta."Kejalan yang benar, emang aku ikut aliran sesat apa." Selain iri karena papa nya yang selalu menunjukkan sisi romantis, ia juga kes

  • Suami Pilihan Papa   09

    Sepulang kerja, Nesa segera menghampiri ruangan sang Papa, namun saat ia hendak membuka pintu, suara dari Ria membuat gadis itu berhenti."Mau cari pak Rafli?" Nesa mundur beberapa langkah sebelum ia mengangguk sebagai jawaban.Nafas gadis itu memburu, bukan karena emosi, namun karena pekerjaan yang ia kerjakan membuat seluruh tenaganya terkuras habis, bahkan saat ini Nesa merasa punggungnya sakit."Pak Rafli ngga datang ke kantor.""Bolos gitu? Papa bolos? Loh, papa kan rajin, masa iya bolos?" Ria hanya terkekeh, apa yang Nesa ucapkan benar, Rafli tergolong pria yang rajin bekerja, selama bekerja dengan Rafli, baru kali ini pria itu ijin bolos."Mending kamu pulang aja, terus kamu ngomong sama papa kamu."Pulang? Yang benar saja, ia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan kini ia tak memiliki sebuah bangunan yang membuatnya benar benar pulang.Namun Nesa tetap mengangguk sebagai jawaban, gadis itu segera berpamitan dengan Ria sebelum tubuhnya menghilang dari hadapan wanita

  • Suami Pilihan Papa   08

    Nesa sebisa mungkin hanya terfokus pada makanan yang ada di hadapannya. Ia sangat merasa menyesal karena telah berfikir baik tentang David, nyatanya, kini pria di hadapannya terus menatapnya dengan tatapan yang menurut gadis itu terlihat sangat menjijikan, sesekali Nesa melirik ke arah Misel, berharap temannya itu melihat tingkah menjijikan sang pacar, namun nyatanya Misel seolah sibuk dengan makanan di hadapannya.Rasa lapar Nesa meluap begitu saja, Nesa kesal sendiri, ia tak bisa terus berlama lama di sini, akhirnya ia memutuskan untuk segera melahap semua makanannya yang terlihat seperti orang rakus."Laper Bun?""Iya!" Jawab Nesa seenaknya, dalam hati gadis itu terus memaki David kesal karena pria itu kini dirinya seperti ini.Prang!! Dengan sedikit kesal, Nesa meletakkan sendok dan garpu miliknya, lalu segera menegak air mineral di hadapannya, mengabaikan tatapan aneh Misel dan juga tatapan David yang masih sama."Kesambet apa sih lu Nes?""Laper anjir!"Misel hanya terkekeh, la

  • Suami Pilihan Papa   07

    Senyum Nesa kian melebar, walaupun semalam gadis itu tak bisa tidur akibat rasa senang yang berlebihan, namun gadis itu tetap semangat untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari pertamanya, sudah pasti gadis itu merasa sangat antusias.Kemarin, setelah Rafli mengatakan bahwa ia akan menjadikan Nesa sebagai pegawai di kantor miliknya, sontak membuat gadis itu semakin kegirangan, ia pikir sang ayah akan benar benar menelantarkan dirinya, setelah Nesa mengatakan jika gadis itu tak mau di jodohkan. Namun, faktanya, sang ayah masih mau perduli kepada dirinya.Benar benar definisi anak yang di sayang!Itu adalah kata pertama yang keluar dari mulut Nesa saat ia bercerita kepada Misel.Memastikan jika riasan di wajahnya tak terlalu cetar, kini gadis itu sudah siap berangkat kerja. Seperti biasa, nesa harus meminjam baju milik Misel, karena gadis itu tak membawa banyak baju, toh untuk kembali ke rumah yang ada hanya akan menjadi bahan ledekan sang papa, dan mungkin ini akan menjadi kebiasaan N

  • Suami Pilihan Papa   06

    Nesa terus memandangi laptop milik Misel yang berhasil ia pinjam dengan cara merayu selama hampir satu jam. dengan tatapan menanti, setiap kali ia menggulir halaman website yang sedang ia buka, detak jantungnya berdetak tak karuan.Sudah hampir dua jam gadis itu terus memandangi layar laptop namun tak ada satu pesan pun yang masuk, gadis itu mengerang frustasi. Ia memutuskan untuk menutup website lowongan pekerjaan lalu dengan kesal ia membanting tubuhnya ke belakang, sehingga kini punggungnya dengan kasar menyentuh dinding."Gila ini gua, beneran gelandangan." Gadis itu benar benar di buat frustasi, semua usahanya terlihat sia sia, ia sudah mengirimkan CV kepada hampir dua puluh perusahaan, sepuluh cafe, dan juga beberapa bar.Namun nyatanya Nesa tak yang bisa menunggu lebih lama lagi, dengan kesal gadis itu kembali menegakkan punggungnya, lalu mencatat beberapa alamat yang akan ia kunjungi.Bermodal nekat dan juga uang hutang pada Misel sebagai modal untuk pergi keluar, Nesa kini s

  • Suami Pilihan Papa   05

    Pengusiran Rafli sangat begitu nyata bagi Nesa, kini gadis itu hanya memandangi pintu apartemennya dengan tatapan penuh kekesalan, beberapa kali juga nesa harus menghembuskan nafas kasar karena mencoba bersabar menghadapi hal konyol yang baru saja ia lewati. Kini ia benar benar tak ada tujuan, bahkan tabungan yang ia punya hanya cukup untuk makan dua hari, gadis itu benar benar merasa seperti gembel sekarang. Sejujurnya Nesa juga merasa penasaran dengan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya bagaimana bisa pria asing itu membawa dampak cukup besar bagi hidupnya. Seistimewa apa pria itu sampai membuat dirinya di tendang oleh sang papa karena menolak perjodohan.Setelah tadi ia mencoba merayu sang papa namun hasilnya nol besar, keputusan Rafli ternyata cukup kuat, dan keputusan Nesa untuk tak menikah dengan sembarang orang pun sudah bulat. "Aku pacaran sama Dicky, cowo yang jelas jelas aku kenal aja, ujungnya apa pa? Aku di selingkuhi, dan papa dengan santainya menyuruh ku menikah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status