Share

Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku
Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku
Penulis: kamiya san

1. Nikah Kilat

Penulis: kamiya san
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-06 14:49:54

“Pernikahan kita memang hanya di atas kertas, tapi kuharap kamu tidak main-main.”

Ucapan pria di depannya ini membuat Alingga mendongak untuk menatap wajah suami yang baru ia nikahi tersebut. Ekspresi Zoerendra tampak datar, sulit dibaca seperti sebelum-sebelumnya.

“Saya sudah menyanggupi di awal. Jadi saya tidak mungkin main-main, Pak.”

Zoerendra mengangguk dan mengulurkan sebuah buku kecil bersampul hijau pada Alingga.

“Ini milikmu.” Lelaki itu berucap.

Alingga menunduk untuk menatap buku nikah miliknya di tangan. Rasanya ia masih sulit percaya kalau sekarang dirinya sudah menikah.

Dua jam yang lalu, mereka resmi menikah di Kantor Urusan Agama dalam kota. Tidak ada resepsi, sound system, kondangan, tanggapan elekton, prasmanan atau amplop hajatan. Tetapi berlanjut dengan sesi foto dari segala pose dan ekspresi terbaik di studio foto paling mahal dalam kota.

Pengantin hanya berdua ditemani tiga juru foto. Asisten dari mempelai lelaki yang bernama Huki, masih sibuk menangani orang-orang yang terlibat dalam pernikahan. Termasuk keluarga Alingga sendiri dan para pria bayaran sebagai pendukung pengantin lelaki.

Ya, Alingga hanyalah pengantin bayaran di sini.

Ia menjual nama dan kesanggupannya menjadi “istri” dari Zoerenda Ishaq, seorang pengusaha kaya yang memerlukan istri untuk urusan legal dan bisnis semata. Hubungan keduanya murni terjalin atas dasar kepentingan masing-masing dan keuntungan semata.

“Kamu menyesali keputusanmu?” Tiba-tiba Zoerendra bertanya saat Alingga tidak mengatakan apa pun, hanya menatap buku nikah di tangan.

Alingga menggeleng. Ia kembali menatap suami barunya tersebut.

“Saya tidak akan menyesal asal Pak Zoe tidak lupa transfer bayaran saya, Pak,” kata gadis yang baru lulus kuliah tersebut. “Sesuai kesepakatan.”

Zoerendra menoleh pada asistennya yang langsung mengangguk.

“Jangan khawatir,” balas Zoerendra. Mata elang itu kembali menatap Alingga, tampak tajam. Meski begitu, ada senyum tipis di wajahnya yang tampan. “Asalkan kamu taat pada perjanjian kita, kupastikan uang dalam rekeningmu tidak akan kurang untuk foya-foya.”

Setelah mengatakan itu, Zoerendra masuk ke dalam mobil mewahnya dan pergi dari sana.

Alingga menghela napas.

Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan kekasihnya jika pria itu mengetahui bahwa Alingga kini adalah istri dari seorang pria asing yang sama sekali tidak ia kenal.

***

Alingga bertemu dengan Zoerendra Ishaq dari koneksi orang di kampusnya di saat Alingga butuh uang.

Ia baru saja lulus, belum sempat bekerja, sementara utang ibunya makin hari makin menggunung. Toh, meski bisa dikatakan bahwa ia menjual diri dan status, Zoe tidak menyentuhnya.

Belum.

“Kamu sudah berkemas, Ling?” Budhenya yang kini sedang menyuapi sang paman bertanya saat Alingga keluar ke ruang tamu sembari menjinjing sebuah tas ransel.

Sejak beberapa tahun yang lalu, Alingga tinggal bersama kedua orang itu sebagai pengganti orang tuanya. Ayahnya sendiri sudah meninggal dan ibunya menghilang entah ke mana setelah menikah dengan suami barunya.

Masih mending jika sang ibu hanya meninggalkan Alingga saja. Wanita itu rupanya juga meninggalkan segunung utang yang kemudian dibebankan pada Alingga dan keluarga, membuat mereka potang-panting mencicil bunga utang dan biaya pengobatan sang paman yang sedang stroke cukup lama. Pekerjaan Alingga sebagai model endorse dan usaha produk afiliasi tidak cukup. Bahkan rumah peninggalan mendiang ayahnya pun harus disita.

Belakangan Alingga baru tahu bahwa suami baru ibunya adalah salah satu tersangka penggelapan dana proyek besar saat merapikan barang-barang yang ditinggalkan ibunya. Dari situ pula, Alingga mendapatkan sebuah nama: Julin.

Tertulis sebagai adik suami baru ibunya.

Sekarang, setelah punya uang untuk melunasi semua utang, Alingga berniat menggunakan sisa bayaran untuk mendatangi alamat rumah Paman Julin itu.

“Iya, Budhe,” jawab Alingga. Ia meletakkan tasnya di atas meja sebelum mencium tangan budhe dan pakdhenya. “Pamit ya. Semoga Pakdhe cepat pulih. Maaf nggak bisa nemenin merawat lagi.”

Budhe gegas memeluk sang keponakan.

“Benar-benar pergi, Ling?” tanya Budhe dengan isakan tangis. Beliau menatap Alingga dengan iba. “Pak Zoerendra tahu?”

Alingga menggeleng. “Toh beliau tidak akan kembali ke sini, Budhe. Kan aku cuma dipake buat status aja.”

Budhe menghela napas. Wanita pengganti sang ibu itu sempat menyarankan agar Alingga serius dengan pernikahan ini. Toh mereka sudah terikat dan Zoerendra adalah lelaki yang punya segalanya. Tampan, mapan, dan belum pernah menikah sebelumnya.

Namun, siapa yang mau Alingga bodohi? Jika benar-benar cari istri, Zoerendra jelas tidak akan memilihnya. Sudah berbulan-bulan pernikahan mereka, tapi Zoerendra tidak menemuinya meski uang bayaran tetap masuk ke rekening Alingga.

Tapi sudahlah.

“Aku berangkat dulu ya, Budhe. Pakdhe.”

Hari ini, Lingga benar-benar meninggalkan kampung halaman.

Perlu waktu sekitar setengah hari dengan menggunakan bus untuk bisa sampai ke Kota B, tempat Julin berada. Itu pun masih harus disambung menggunakan ojek agar benar-benar bisa sampai ke rumah yang dimaksud.

Perasaan Alingga sudah aneh saat ojek yang membawanya masuk melewati sebuah gerbang perumahan elit dan berhenti di sebuah rumah besar dan megah. Alingga perlu mengeceknya beberapa kali hingga ia yakin bahwa benar rumah inilah milik Julin, sesuai alamat yang tertulis di buku yang ia temukan.

Tapi, Alingga masih merasa janggal.

Kalau adiknya sekaya ini, kenapa ayah tiri Alingga harus meminjam banyak uang atas nama ibunya, lalu kabur?

“Cari siapa?” Tiba-tiba, satpam di depan rumah megah itu bertanya pada Alingga.

“Maaf, Pak. Apakah benar alamat rumah ini di sini?” tanya Alingga kemudian. Ia menyodorkan kertas alamat yang cukup lama disimpan selama ini.

“Oh, benar. Anda siapa?” Sekuriti sempat menelisik Alingga dengan tatapan.

Penampilan Alingga memang sedikit lusuh–akibat menempuh perjalanan panjang yang jauh. Meskipun memang tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang cantik, serta badan ramping nan idealnya.

“Saya keluarga dari Kota M,” balas Alingga. “Saya mau ketemu Pak Julin.”

Sekuriti tersebut mengerutkan keningnya, sama sekali tidak bergerak baik itu untuk mengusir Alingga ataupun mengizinkan masuk.

Tidak sabar, Alingga kembali berkata, “Pak, saya benar–”

“Siapa, Pak?” Sebuah suara tiba-tiba bertanya.

“Ada gadis datang dari Kota M ingin menemui Pak Zoerendra, Mas!” Sekuriti berbicara pada seseorang yang datang.

Alingga mengernyit. “Zoerendra?” batinnya.

Dengan perasaan berdebar keras sekaligus penasaran, Alingga menoleh ke arah sumber suara yang terasa tidak asing.

Mata beningnya seketika terbelalak!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   7. Tersesat

    Alingga membuka pintu kamar dengan lega. Key lock number yang sempat diberi oleh Huki lewat pesan berhasil dienternya. Kamar baru dan bukan kamar yang dia tempati siang tadi. Senang yang dirinya cepat mengerti di mana posisi kamar barunya ini sebab ancer-ancer dari Huki. Berada di teras yang mudah dihampiri. Sederet dengan ruang kerja Huki yang ada di ujung teras panjang ini. Namun, Alingga berpikir jika kamar barunya justru kurang aman sebab lubang kunci ada tetapi anak kunci tidak diberikan. Menduga entah Huki atau entah Zoe sendiri yang menyimpan. Meski password sudah ditukarnya, pintu akan mudah disabotase dengan anak kunci dan lubang kunci yang dipertemukan. Ah, biarlah, hak tuan rumah. Menyadari jika dirinya sekadar menumpang tidak lama. Apalagi mengingat adanya anak-anak Fahri yang sama sekali tidak ramah, sangat ingin hengkang saja dengan segera. Tinggal sendiri bukan hal yang sangat mengerikan baginya. Sebagai mahasiswa dengan jarak kampus yang jauh dari kampung halaman

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   6. Cecar

    Setelah interview, Alingga singgah di asrama temannya, Risa, dan terjebak hujan. Risa adalah teman akrab saat duduk di bangku SMU dari Kota M. Tidak melanjutkan belajar setelah lulus, dan memilih ikut rekruitmen kerja ke Kota B. “Kayaknya hujan gak bakalan stop, Ris. Aku harus kembali sekarang.” Alingga berdiri dan ingin keluar kamar. “Nggak nginep, Ling?” tanya Risa yang ikut berdiri. Mereka telah tidur-tiduran dan saling bercerita. “Ini hari pertama, segan dengan yang punya rumah. Aku akan dipikir wanita nakal jika tidak kembali ….” Alingga tahu diri, segan dengan Zoerendra. Terbayang tatapan berkuasa lelaki itu saat di meja makan. Lebih baik tidak mencari masalah demi mendapat perlindungannya dari tekanan saudara tiri. “Aku pamit, Ris. Terima kasih.” Alingga berbalik pergi setelah melemparkan ucap salamnya. Risa tidak lagi sempat melarang. Bahkan jawab salamnya pun dalam hati. Menatap punggung besti yang berlari. Alingga menerobos hujan dan angin menuju halte u

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   5. Jam Malam

    Huki datang dengan langkah cepat sebab seruan membahana si bos di teras. Merasa kepo sekaligus was was barangkali ada kesalahan kerja yang dia lakukan tanpa disadari olehnya. “Ada apa, Pak Zoe?” tanya Huki dengan perasaan tidak enak. Telah berdiri tepat di depan pria yang baru melengking memanggil namanya. Pria berambut lebat dan hitam dengan model buzz cut itu terlihat marah. Tatapannya tajam, bibir tipis yang merah pun telah segaris dan merapat tanpa senyum. Hidung mancung yang sedikit melengkung di ujung, dan justru membuat wajahnya jadi cute, kini tampak garang. “Kenapa kau diam meski sudah tahu siapa Alin? Kau tidak bisu kan, Huki?” ucap Zoe kemudian dan terdengar pedas. Tetapi Huki tidak masalah sebab sudah biasa. Hanya sangat bingung bagaimana menjawab. “Anda sudah tahu, Pak Zoe…,” respon Huki asal saja. Menatap datar atasannya dengan perasaan berkecamuk. Zoerendra terkesiap dengan jawaban Huki yang tenang. Memang benar jika Alin adalah gadis yang sudah dinikahiny

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   4. Alin Adalah

    "Hm! " Deheman Zoerendra seketika membuat Alingga terbebas dari genggaman kuat tangan Faldian yang besar. Tidak membuang waktu, geser mengulurkan tangan pada perempuan kurus di sampingnya. "Kenalkan, Alin …,” sapa Alingga mengalah. Merasa tidak merugi hanya sekedar inisiatif bersalaman. Namun, wanita muda itu terus acuh tak acuh dan tidak menyambut ulur tangannya. Asyik memotong steak jadi sangat kecil-kecil di piringnya. Alingga menarik napas, menarik tangan, dan bergedik bahu. Lebih baik abai saja akan hal begitu. Zeorendra mengangkat alis menyimak respon si gadis tamu yang tenang. “Kamu sangat tidak menyukai ayah tirimu?” tanya Zeorendra memecah bisu dengan nada menyelidik. Gadis di depannya yang terlihat cantik, tenang dan berpakaian sopan, rupanya berduri. Merasa jika ini cukup menarik. Akan sejauh apa Alingga berani menuntut ganti rugi padanya sebab kelakuan Fahri? Alingga memicingkan mata pada Zoerendra yang baru menanyakan perasaannya pada ayah tiri. Membuat Alin

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   3. Saudara Tiri Rasa Chili

    “Ibu saya sama sekali bukan pelakor.” Alingga langsung menyanggah. Ia sama sekali tidak terima dengan ucapan tersebut. “Justru lelaki yang menikahinya itu yang berengsek. Sudah membawa lari ibu saya–merayunya, bahkan menguras harta. Sungguh tidak tahu malu.”Ucapannya membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Huki yang sebenarnya sudah lebih dulu mengenal Alingga. Namun, tetap saja pria itu tidak menyangka Alingga akan mengatakan kata-kata pedas seperti itu.Buru-buru Huki menghubungi Zoerendra. Melaporkan ketegangan di ruang makan.“Tidak ada tempatmu di sini! Jika punya harga diri, sebaiknya kau cepat pergi!” Setelah pulih dari keterkejutan, perempuan yang muda menghardik Alingga.“Saya menolak. Bukan kalian yang ingin saya temui,” balas Alingga. “Saya ingin bicara dengan pria bernama Julin itu. Mohon dipahami.”“Untuk apa mencari Julin?! Kau juga ingin merayunya?! Tidak emaknya, tidak anaknya, mengandalkan paras untuk menggaet pria kaya!” Wanita setengah baya berbicara dengan

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   2. Pria Itu....

    “Alingga?” Pria itu memanggilnya. “Benar kan kamu Alingga? Duh, tanpa make up jadi susah dikenali.”“Mas Huki?”Alingga terdengar tidak percaya. Siapa yang menyangka kalau ia akan bertemu dengan asisten pribadi yang kemarin mengurusi pernikahannya di kampung halaman.Tapi tunggu, kenapa pria itu ada di sini? Apakah Zoerendra yang dimaksud–“Tidak kusangka kamu nekat datang. Kenapa tidak menelponku? Apa kamu tiba-tiba berubah pikiran?” Huki memberondongkan pertanyaan tanpa menunggu jawaban Alingga. “Masuk dulu, Ling. Mau minum apa? Cuaca lagi panas-panasnya ini, lama nggak hujan.”Alingga menurut saat dipersilakan masuk, meski otaknya masih berputar. Mencoba mencerna situasi saat ini sementara Huki masih saja bicara.“Kamu naik apa? Baru saja sampai?” tanya Huki lagi. Ia mengeluarkan minuman dingin sejenis larutan penyegar dan menyodorkannya kepada Alingga sebelum membawanya duduk di ruang tamu. “Kalau dari Kota M ke sini kan lebih dari 12 jam kalau naik bus. Kayaknya kamu capek. Minum

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status