Share

2. Pria Itu....

Author: kamiya san
last update Last Updated: 2025-10-06 14:49:57

“Alingga?” Pria itu memanggilnya. “Benar kan kamu Alingga? Duh, tanpa make up jadi susah dikenali.”

“Mas Huki?”

Alingga terdengar tidak percaya. Siapa yang menyangka kalau ia akan bertemu dengan asisten pribadi yang kemarin mengurusi pernikahannya di kampung halaman.

Tapi tunggu, kenapa pria itu ada di sini? Apakah Zoerendra yang dimaksud–

“Tidak kusangka kamu nekat datang. Kenapa tidak menelponku? Apa kamu tiba-tiba berubah pikiran?” Huki memberondongkan pertanyaan tanpa menunggu jawaban Alingga. “Masuk dulu, Ling. Mau minum apa? Cuaca lagi panas-panasnya ini, lama nggak hujan.”

Alingga menurut saat dipersilakan masuk, meski otaknya masih berputar. Mencoba mencerna situasi saat ini sementara Huki masih saja bicara.

“Kamu naik apa? Baru saja sampai?” tanya Huki lagi. Ia mengeluarkan minuman dingin sejenis larutan penyegar dan menyodorkannya kepada Alingga sebelum membawanya duduk di ruang tamu. “Kalau dari Kota M ke sini kan lebih dari 12 jam kalau naik bus. Kayaknya kamu capek. Minum dulu, nanti kalau sudah siap baru–”

“Mas.” Akhirnya Alingga bersuara. “Kok kamu ada di sini?”

Huki lantas tertawa. “Tentu saja aku di sini. Aku pun sering menginap di sini, dan bekerja mengikuti atasan di mana saja berada saat jam kerja, Alingga.”

“Bosmu masih Pak Zoe, Mas?”

Pertanyaan itu membuat Huki tampak terhibur. “Memang siapa lagi?” tanyanya. Namun, kemudian ia menyadari ada yang janggal dari ekspresi gadis di depannya. “Kenapa, Ling?”

“Aku ke sini bukan mau nyari Pak Zoe atau kamu, Mas,” ucap Alingga kemudian. Ia sudah mengambil keputusan untuk jujur soal kedatangannya di sini. “Aku mencari pria bernama Julin. Dia siapanya Pak Zoe? Kok alamatnya ada di sini?”

Huki mengernyit. “Kamu tahu dari mana nama itu?”

“Dia adiknya suami ibuku,” jawab Alingga. “Suami kedua, sih. Ibuku menikah lagi. Tapi–”

“Astaga, Lingga! Mati aku!” Huki mengeluh. Pria itu tiba-tiba tampak kalut. “Julin itu nama kecil Pak Zoe. Keluarganya memanggil dia begitu.”

Alingga berkedip. “Jadi, maksudnya, Pak Zoe itu ….”

“Aduh, beliau pasti marah besar.” Huki mengusap wajahnya kasar.

Huki adalah orang yang mengurus pernikahan Zoerendra dan Alingga waktu itu. Seharusnya, ia mengecek ulang asal usul Alingga dan memastikan latar belakang gadis itu aman, tidak ada sangkut pautnya dengan Zoerendra dan tidak akan menyusahkan bosnya tersebut.

Ia lalai. Huki berpikir bahwa jarak kota B dan kota M demikian jauh, tidak mungkin si bos memiliki saudara di sana. Tidak tahu menahu juga tentang abang tirinya si bos yang telah menikah lagi di luar kota.

Si bos pasti kecewa besar padanya! 

“Terus bagaimana, Mas?” Alingga bertanya. Jujur, ia gelisah. Perkembangan ini jelas di luar dugaannya.

***

“Bapak minta tamunya ikut makan bersama keluarga, Mas.”

Ucapan bibi asisten rumah tangga itu membuat Alingga masuk lebih dalam ke bangunan megah ini. Otaknya tanpa sadar berpikir, menghitung berapa jumlah kamar yang ada di rumah ini.

Namun, ujung-ujungnya sama saja. Pahit.

Jika memang keluarga suami baru ibunya sekaya ini, kenapa harus Alingga yang melunasi beban utang tersebut?

Alingga masuk ke ruang makan yang luas. Beberapa orang telah duduk menghadap meja dan menatap Alingga dengan ekspresi menyelidik.

“Maaf, di mana Pak Julin?” tanya Huki setelah menyapa dengan salam. Tidak tampak lelaki itu di meja makan. Hanya ada dua orang wanita dan seorang laki-laki saja yang duduk di sana.

“Salat Zuhur di mushola. Siapa dia, Mas?” tanya perempuan muda pada Huki dengan tatapan tajam menyelidik.

“Kenalkan, Kak. Nama saya Alin dari Kota M. Datang ke sini ingin menemui Pak Julin.” Lingga menjelaskan sendiri dengan singkat sebab Huki justru termangu dan tidak lekas menyahut.

“Menemui Paman Julin ... untuk apa?” sahut perempuan muda tadi.

“Begini, ibu saya telah menikah dengan abang tiri Pak Julin. Jadi saya ingin bicara penting dengan orang yang bernama Pak Julin.” Alingga lebih memperjelasnya lagi. Tidak ingin dituduh sebagai pendatang gelap yang tanpa asal usul.

"Apa?!" Kedua perempuan yang ada di sana terkejut. “Jadi, kamu anak dari wanita pelakor itu, hah?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   7. Tersesat

    Alingga membuka pintu kamar dengan lega. Key lock number yang sempat diberi oleh Huki lewat pesan berhasil dienternya. Kamar baru dan bukan kamar yang dia tempati siang tadi. Senang yang dirinya cepat mengerti di mana posisi kamar barunya ini sebab ancer-ancer dari Huki. Berada di teras yang mudah dihampiri. Sederet dengan ruang kerja Huki yang ada di ujung teras panjang ini. Namun, Alingga berpikir jika kamar barunya justru kurang aman sebab lubang kunci ada tetapi anak kunci tidak diberikan. Menduga entah Huki atau entah Zoe sendiri yang menyimpan. Meski password sudah ditukarnya, pintu akan mudah disabotase dengan anak kunci dan lubang kunci yang dipertemukan. Ah, biarlah, hak tuan rumah. Menyadari jika dirinya sekadar menumpang tidak lama. Apalagi mengingat adanya anak-anak Fahri yang sama sekali tidak ramah, sangat ingin hengkang saja dengan segera. Tinggal sendiri bukan hal yang sangat mengerikan baginya. Sebagai mahasiswa dengan jarak kampus yang jauh dari kampung halaman

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   6. Cecar

    Setelah interview, Alingga singgah di asrama temannya, Risa, dan terjebak hujan. Risa adalah teman akrab saat duduk di bangku SMU dari Kota M. Tidak melanjutkan belajar setelah lulus, dan memilih ikut rekruitmen kerja ke Kota B. “Kayaknya hujan gak bakalan stop, Ris. Aku harus kembali sekarang.” Alingga berdiri dan ingin keluar kamar. “Nggak nginep, Ling?” tanya Risa yang ikut berdiri. Mereka telah tidur-tiduran dan saling bercerita. “Ini hari pertama, segan dengan yang punya rumah. Aku akan dipikir wanita nakal jika tidak kembali ….” Alingga tahu diri, segan dengan Zoerendra. Terbayang tatapan berkuasa lelaki itu saat di meja makan. Lebih baik tidak mencari masalah demi mendapat perlindungannya dari tekanan saudara tiri. “Aku pamit, Ris. Terima kasih.” Alingga berbalik pergi setelah melemparkan ucap salamnya. Risa tidak lagi sempat melarang. Bahkan jawab salamnya pun dalam hati. Menatap punggung besti yang berlari. Alingga menerobos hujan dan angin menuju halte u

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   5. Jam Malam

    Huki datang dengan langkah cepat sebab seruan membahana si bos di teras. Merasa kepo sekaligus was was barangkali ada kesalahan kerja yang dia lakukan tanpa disadari olehnya. “Ada apa, Pak Zoe?” tanya Huki dengan perasaan tidak enak. Telah berdiri tepat di depan pria yang baru melengking memanggil namanya. Pria berambut lebat dan hitam dengan model buzz cut itu terlihat marah. Tatapannya tajam, bibir tipis yang merah pun telah segaris dan merapat tanpa senyum. Hidung mancung yang sedikit melengkung di ujung, dan justru membuat wajahnya jadi cute, kini tampak garang. “Kenapa kau diam meski sudah tahu siapa Alin? Kau tidak bisu kan, Huki?” ucap Zoe kemudian dan terdengar pedas. Tetapi Huki tidak masalah sebab sudah biasa. Hanya sangat bingung bagaimana menjawab. “Anda sudah tahu, Pak Zoe…,” respon Huki asal saja. Menatap datar atasannya dengan perasaan berkecamuk. Zoerendra terkesiap dengan jawaban Huki yang tenang. Memang benar jika Alin adalah gadis yang sudah dinikahiny

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   4. Alin Adalah

    "Hm! " Deheman Zoerendra seketika membuat Alingga terbebas dari genggaman kuat tangan Faldian yang besar. Tidak membuang waktu, geser mengulurkan tangan pada perempuan kurus di sampingnya. "Kenalkan, Alin …,” sapa Alingga mengalah. Merasa tidak merugi hanya sekedar inisiatif bersalaman. Namun, wanita muda itu terus acuh tak acuh dan tidak menyambut ulur tangannya. Asyik memotong steak jadi sangat kecil-kecil di piringnya. Alingga menarik napas, menarik tangan, dan bergedik bahu. Lebih baik abai saja akan hal begitu. Zeorendra mengangkat alis menyimak respon si gadis tamu yang tenang. “Kamu sangat tidak menyukai ayah tirimu?” tanya Zeorendra memecah bisu dengan nada menyelidik. Gadis di depannya yang terlihat cantik, tenang dan berpakaian sopan, rupanya berduri. Merasa jika ini cukup menarik. Akan sejauh apa Alingga berani menuntut ganti rugi padanya sebab kelakuan Fahri? Alingga memicingkan mata pada Zoerendra yang baru menanyakan perasaannya pada ayah tiri. Membuat Alin

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   3. Saudara Tiri Rasa Chili

    “Ibu saya sama sekali bukan pelakor.” Alingga langsung menyanggah. Ia sama sekali tidak terima dengan ucapan tersebut. “Justru lelaki yang menikahinya itu yang berengsek. Sudah membawa lari ibu saya–merayunya, bahkan menguras harta. Sungguh tidak tahu malu.”Ucapannya membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Huki yang sebenarnya sudah lebih dulu mengenal Alingga. Namun, tetap saja pria itu tidak menyangka Alingga akan mengatakan kata-kata pedas seperti itu.Buru-buru Huki menghubungi Zoerendra. Melaporkan ketegangan di ruang makan.“Tidak ada tempatmu di sini! Jika punya harga diri, sebaiknya kau cepat pergi!” Setelah pulih dari keterkejutan, perempuan yang muda menghardik Alingga.“Saya menolak. Bukan kalian yang ingin saya temui,” balas Alingga. “Saya ingin bicara dengan pria bernama Julin itu. Mohon dipahami.”“Untuk apa mencari Julin?! Kau juga ingin merayunya?! Tidak emaknya, tidak anaknya, mengandalkan paras untuk menggaet pria kaya!” Wanita setengah baya berbicara dengan

  • Suami Rahasiaku Ternyata Paman Tiriku   2. Pria Itu....

    “Alingga?” Pria itu memanggilnya. “Benar kan kamu Alingga? Duh, tanpa make up jadi susah dikenali.”“Mas Huki?”Alingga terdengar tidak percaya. Siapa yang menyangka kalau ia akan bertemu dengan asisten pribadi yang kemarin mengurusi pernikahannya di kampung halaman.Tapi tunggu, kenapa pria itu ada di sini? Apakah Zoerendra yang dimaksud–“Tidak kusangka kamu nekat datang. Kenapa tidak menelponku? Apa kamu tiba-tiba berubah pikiran?” Huki memberondongkan pertanyaan tanpa menunggu jawaban Alingga. “Masuk dulu, Ling. Mau minum apa? Cuaca lagi panas-panasnya ini, lama nggak hujan.”Alingga menurut saat dipersilakan masuk, meski otaknya masih berputar. Mencoba mencerna situasi saat ini sementara Huki masih saja bicara.“Kamu naik apa? Baru saja sampai?” tanya Huki lagi. Ia mengeluarkan minuman dingin sejenis larutan penyegar dan menyodorkannya kepada Alingga sebelum membawanya duduk di ruang tamu. “Kalau dari Kota M ke sini kan lebih dari 12 jam kalau naik bus. Kayaknya kamu capek. Minum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status