共有

Hadiah Bulan Madu

作者: UmiLovi
last update 最終更新日: 2023-05-16 12:22:36

"Swiss??"

Bola mata indah Rhein membulat ketika usai acara pesta pernikahan, maminya memberi kado paket bulan madu ke Swiss untuknya dan Sean.

"Iya, Mami sudah pesankan paket honeymoon untuk kalian berdua selama 5 hari di sana!" Veronica menyerahkan sebuah amplop berisi tiket pesawat lengkap dengan voucher hotel dan tempat pariwisata selama berada di sana.

Dengan tangan gemetaran, Rhein menerima amplop berwarna putih itu. Sesekali ia melirik Sean yang bergeming tak jauh darinya.

"Tiket pesawatnya untuk besok lusa! Jadi segera siapkan koper kalian berdua besok," sambung wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pestanya itu.

"I-iya, Mi."

Sungguh di luar dugaan, Rhein tak menyangka bila kejutan dari sang mami berhasil membuatnya terkejut setengah mati. Ia pikir setelah resmi menikah, ia akan terbebas dari intervensi maminya. Namun, kenyataan justru berkata sebaliknya.

Sepanjang perjalanan pulang dari gedung, Sean dan Rhein tak saling bersuara. Sean fokus menyetir sementara Rhein sibuk mencari alasan untuk tak pergi ke Swiss. Namun, alasan apapun akan terasa janggal di telinga karena Rhein sudah terlanjur mengatakan bila ia akan cuti selama seminggu pada maminya.

Hingga mereka berdua tiba di gedung apartemen dan memasuki lift, keheningan dan kebekuan tak luput mengikuti keduanya. Amplop putih yang berada di tas Rhein membuatnya menghela napas panjang.

"Kamu mau berangkat?" tanya Rhein canggung.

Sean mengernyit bingung. "Berangkat ke mana?" Pria itu malah balik bertanya.

Dengan sangat hati-hati, Rhein menarik amplop itu dari tas dan menyerahkannya pada Sean. Untuk beberapa detik, Sean memeriksa isi amplop itu dengan teliti sebelum kemudian ia mengembalikannya pada Rhein.

"Besok lusa?" gumamnya lirih.

Rhein mengangguk cepat. "Aku sebenarnya tidak ingin berangkat. Tapi mami pasti akan kecewa kalo tahu aku menolak hadiah darinya."

"Baiklah. Kalau begitu mari kita berangkat!"

Rhein terbelalak. "Kamu serius?"

"Bukankah tujuanmu menikah untuk membahagiakan mamimu? Jadi mari kita bahagiakan beliau sekali lagi dengan menghargai hadiah darinya," putus Sean lugas.

Cara Sean berbicara seolah-olah dia adalah pria yang peduli pada keluarga Rhein. Dia sendiri kaget dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

Hingga keduanya tiba di lantai tujuan, suasana kembali hening dan kaku. Sean langsung masuk ke dalam kamarnya yang berada di belakang, sementara Rhein masih terpaku di depan pintu kamarnya sendiri.

**

“Wangi sekali. Apa yang kamu masak?”

Aroma sedap yang sangat nikmat di pagi hari terendus oleh indra penciuman Rhein yang baru saja bangun. Netranya menangkap sosok Sean yang sedang sibuk memasak sesuatu.

Pria itu menoleh ketika ekor matanya menangkap seseorang sedang melangkah menuju ke dapur. "Sudah bangun?" sapa Sean ramah dengan senyumannya yang khas. "Aku hanya menemukan bahan-bahan ini di kulkasmu. Jadi, aku memasaknya untuk kita berdua."

"Aku tidak sarapan, Sean. Kamu makanlah sendiri," tolak Rhein sembari menghampiri lemari kabinet dan meraih sebuah gelas dari sana.

Gerakan tangan Sean yang tadi sangat bersemangat, perlahan mengendur setelah mendengar penolakan Rhein. Ia menoleh pada wanita yang kini sudah berstatus menjadi istrinya itu dan menghembuskan napas singkat.

"Kamu mau makan apa? Biar aku–”

"Tidak perlu repot-repot mengurusiku. Bukankah kita sudah sepakat untuk hidup masing-masing?" potong Rhein dengan ketus.

Tangannya yang masih memegang gelas berisi air, perlahan semakin mengeratkan genggaman itu dan menatap Sean dengan tajam.

"Aku hanya menyewamu, Sean. Aku tidak butuh apapun darimu selain status sebagai suami!" lanjut Rhein tanpa ampun.

Melihat suasana hati wanita di hadapannya ini sedang tak baik, Sean memilih untuk mengalah. Ia berpaling dan kembali sibuk mengaduk nasi goreng mentega yang sudah matang itu.

"Baiklah. Maaf jika aku sudah berbuat lancang padamu.”

Bukannya merasa senang, Rhein justru merasa semakin kesal mendengar Sean meminta maaf. Kenapa malah terkesan dia yang jahat? Padahal Rhein hanya ingin memperjelas status mereka berdua agar Sean tak salah paham!

Sambil berdecak dan sesekali menghentakkan kakinya dengan kesal, Rhein pun memilih untuk kembali ke kamar. Melihat wajah polos Sean semakin membuat emosinya menggelora. Padahal, seharusnya pria itu paham mengapa Rhein menolak kebaikannya.

Melihat lembaran kertas di meja kerja membuat sebersit ide tiba-tiba muncul di kepala wanita itu. Dengan gesit, Rhein menarik selembar kertas dan menuliskan beberapa poin penting yang harus diperjelas antara dirinya dan Sean.

Perjanjian kontrak di Perusahaan Rental Suami sepertinya kurang gamblang membahas batasan-batasan yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak. Mereka hanya mencantumkan pasal kewajiban membayar sewa setiap bulan dan pasal-pasal lumrah lainnya. Tak ada pembahasan tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang selama masa kontrak berlangsung.

“Baiklah, biar aku perjelas,” gumam Rhein seorang diri.

Masih dengan semangat yang menggebu-gebu didalam hati, Rhein menuliskan semua hal yang terlarang untuk dilakukan oleh Sean. Setelah beberapa poin ia tulis dengan jelas, Rhein pun lantas memutuskan untuk mandi sebentar sebelum kemudian nanti menemui Sean di meja makan.

“Ini.” Rhein mengangsurkan secarik kertas ke arah Sean yang tengah menikmati sarapannya.

"Apa ini?"

Rhein menarik kursi dan menghempaskan pantatnya dengan kasar. "Bacalah! Jika ada yang kurang jelas, nanti aku bisa jelaskan dengan detail!"

"Bolehkah aku habiskan sarapanku dulu sebelum kita membahas ini?" pinta Sean seakan paham bila isi di kertas itu adalah hal penting yang akan menyita pikiran dan emosinya.

Rhein mengangguk, ia mempersilakan Sean melanjutkan sarapannya sementara ia sendiri mulai sibuk mengecek beberapa email pekerjaan yang masuk ke mailbox-nya.

Setelah beberapa menit berlalu, Sean kembali ke meja makan setelah mencuci piringnya. Ia meraih kertas yang tadi disodorkan oleh 'istrinya' itu lantas membacanya sekilas. Tatapan tajamnya mencermati setiap kalimat yang ditulis oleh Rhein.

Rhein meletakkan ponselnya setelah Sean selesai membaca kertas berisi perjanjian itu. "Bagaimana, Sean? Kamu setuju atau ada yang mau ditambahkan?"

Sean menggeleng. Ia lantas meraih bolpoin yang sudah disiapkan oleh Rhein dan menandatangani kertas bermaterai itu tanpa berkata apa-apa lagi.

"Bagus! Terima kasih banyak atas kerjasamamu." Dengan penuh percaya diri, Rhein mengulurkan tangan untuk bersalaman sebagai tanda kesepakatan.

Meskipun saat ini di hatinya terasa campur aduk, Sean tetap membalas uluran tangan itu dengan senyuman.

Untuk beberapa saat, waktu terasa menghentikan segalanya ketika senyuman itu terasa seperti menusuk di ulu hati Rhein. Ia segera melepas jabatan tangan mereka dan merampas kertas perjanjian mereka berdua. Sambil mengomel tak jelas, tubuh proporsional itupun berbalik lantas beringsut kembali ke dalam kamarnya.

"Aku akan meruntuhkan tembok itu, Rhein. Suatu saat kamu pasti akan mencintaiku."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Mi Dena, Mi Amor

    Tiga hari pasca dirawat di rumah sakit, akhirnya Ivan diperbolehkan pulang dengan mengantongi sekeranjang obat-obatan dan vitamin. Dokter meminta Ivan untuk tidak memforsir tubuhnya, atau ia akan berakhir di rumah sakit lagi. Saat ini, Ivan tengah bersantai di kamar khusus yang ia tempati di resort paradiso. Sebastian Louis mengultimatum putranya untuk menghentikan aktifitasnya selama seminggu ini, alhasil Ivan yang terbiasa dengan berbagai kesibukan mulai merasa bosan. Hari ini, Sean dan keluarga besar Chevalier akan kembali ke Indonesia. Karena kesehatannya belum pulih, terpaksa Ivan mengantar kepergian mantan majikannya itu sampai di lobi. Hanya Adena yang tetap tinggal di Playa del Carmen. Dokter masih belum memperbolehkan ia terbang terlalu lama selama sebulanan ini. "Kau sudah makan?" Adena menoleh pada Ivan yang berdiri di sampingnya dan mengawasinya dengan serius. "Dokter bilang kau tak boleh telat makan!" Sambil tertawa, Ivan lantas merengkuh bahu Adena dan mengecup kening

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kembali Padamu

    Tidak ada rasa sakit yang lebih perih selain melihat orang yang kita sayangi terbujur lemah tak sadarkan diri. Di dalam ambulans yang membawa tubuh Adena menuju rumah sakit, Ivan menangis penuh penyesalan. Mobil ambulans yang melaju dengan kecepatan maksimum, serasa seperti siput bagi Ivan yang tak sabar untuk segera sampai di rumah sakit. "Tadi dia memaksaku untuk menceritakan tentang kisahnya bersama Harvey. Aku menunjukkan beberapa bukti yang aku miliki, dan tiba-tiba dia mengerang kesakitan lalu pingsan seperti sekarang," sesal Sean sembari mengawasi Adena yang masih terpejam. Rasa takut yang Ivan rasakan saat ini lebih besar dari apapun. Ia trauma melihat Adena terbujur kaku seperti ini, butuh waktu berbulan-bulan bagi Ivan untuk bangkit. Dan setelah gadis itu terbangun, permasalahan yang sama kembali muncul. "Cepatlah, Pak!" teriak Ivan pada sopir yang mengemudikan ambulan di depannya. "Kita harus cepat sampai!"Suara sirine yang silih berganti dengan teriakan-teriakan Ivan,

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Tunjukkan Jalan Pulang

    "Apa!?""Nona Adena baru saja terbang menuju Cancun, Tuan."Ivan menghembuskan napasnya geram. Ia meremas kertas kontrak yang baru saja ia tandatangani dan melempar kertas itu ke sembarang arah. "Brengsek!" pekiknya murka dengan bola mata melotot. "Siapkan pesawat, Gonz! Aku harus lebih dulu sampai sebelum dia landing." "Baik, Tuan." Laporan mengejutkan yang baru saja ia dengar dari Gonzales telah menghancurkan hari penuh semangat yang Ivan jalani. Tadinya, ia sudah merasa tenang ketika anak buah Gonzales melaporkan jika Adena sedang makan siang. Dan satu jam berikutnya, kabar lain datang dan menyatakan bila Adena telah terbang menuju Cancun bersama sang ayah, Sebastian Louis.Berulangkali Ivan mencoba menghubungi nomor ayahnya, tapi nihil dan tak sekalipun diangkat. Ivan tak habis pikir, apa yang hendak dilakukan oleh ayahnya terhadap Adena? Dengan kecepatan penuh, mobil yang Ivan tumpangi tiba di bandara Alberto Acuña Ongay. Ia bergegas terbang menuju bandara Cancun untuk menyus

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kisah Kita Sama

    Adena terhempas oleh gelombang kesedihan yang menghantamnya ketika ia mendapati kenyataan yang mengerikan, Ivan adalah pembunuh tunangannya. Dunianya runtuh. Luka di hatinya semakin dalam, bercampur dengan kekecewaan dan amarah. Air matanya tak henti mengalir selepas Ivan keluar dari kamarnya. Meskipun Adena tak bisa mengingat apapun tentang masa lalunya, akan tetapi rasa sakit yang ia rasakan malam ini sungguh teramat perih. Siapa pria yang pernah menjadi tunangannya? Mengapa pria itu terbunuh? Benarkah yang dikatakan Ivan jika pria itu telah berniat jahat pada keluarganya? Siapa yang harus Adena percayai dalam situasi seperti ini? Benak Adena berkecamuk oleh ribuan pertanyaan yang ia sendiri tak tahu jawabannya. Terjebak di mansion ini seakan membawanya ke dalam pusaran teka-teki penuh misteri. Terlalu lelah menangis, akhirnya Adena terlelap menjelang dini hari. Ia tak tahu jika beberapa blok ruangan dari kamarnya, Ivan masih terjaga dan tak bisa memejamkan mata sedetikpun. Mu

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kau Pembunuh!

    "Anda belum tidur, Tuan?" Suara berat yang berasal dari seseorang yang berada belakang tubuhnya, membuat Ivan menoleh dengan malas. Seperti biasa, Gonzales akan selalu memeriksa seluruh bagian ruang sebelum ia beristirahat di kamarnya sendiri. Pintu kamar Ivan yang tak tertutup dengan sempurna lantas membuat Gonzales penasaran, dan dugaannya benar, majikannya ternyata masih terjaga. "Aku tidak bisa tidur, Gonz." "Lagi? Tapi Anda bahkan hampir kolaps tadi siang!" keluh Gonzales cemas. "Istirahatlah, Tuan. Bukankah seharusnya tidur anda bisa lebih nyenyak setelah nona Adena sehat kembali seperti sekarang?" Ivan tersenyum kecut mendengar penuturan tangan kanannya itu. Ia menghirup udara hangat hingga memenuhi rongga dadanya lantas mengembuskan karbon dioksida itu dengan berat. "Justru setelah Adena terbangun dari komanya, aku jadi semakin takut kehilangan dia, Gonz. Dia bisa saja membenciku seandainya terbangun dengan ingatan yang masih utuh tentang status kami dulu.""Tuan, jangan

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Dejavu

    Sorotan matahari sore menyinari pasir putih, menciptakan kilauan emas di pantai. Dalam kehangatan sore yang syahdu, Ivan mengayuh sepedanya untuk menjelajahi keindahan alam bersama Adena. Angin sepoi-sepoi laut menyentuh kulit mereka, membuat perjalanan mereka semakin romantis. Mereka melintasi tepi pantai yang sepi, dengan ombak yang menggulung lembut di sebelah mereka. Suara burung camar menyambut mereka dengan nyanyian ceria. Saat matahari mulai turun di langit, Ivan semakin mengayuh sepedanya dengan kencang. Ia harus tiba tepat waktu, ia harus menikmati sunset di tempat itu. Merasakan laju sepeda yang semakin cepat, Adena lantas mencengkeram T-shirt Ivan dengan panik. Ia berulang kali memekik takut ketika roda, yang bergesekan dengan pasir, beberapa kali tenggelam dan membuat sepeda mereka hampir tergelincir. "Sedikit lagi, Nona. Kita akan sampai!" teriak Ivan girang diantara hembusan napasnya yang mulai tak terkontrol. Ivan sempat lupa bila beberapa jam yang lalu, ia hampir p

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status