All Chapters of Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya: Chapter 1 - Chapter 10
140 Chapters
Nona Rhein
"Carikan seorang suami untukku!"Tak ada hujan, tak ada petir, pernyataan sekaligus perintah mutlak itu membuat suasana ruang kerja CEO wanita mencekam. Dialah Rhein Edith. Wanita bernetra dark grey, berhidung mancung dan tinggi semampai, berambut coklat ikal yang berkilauan saat diterpa sinar matahari bak aktris Bollywood itu memang memiliki aura yang begitu memancar. Setiap Rhein melangkah, lenggak-lenggok pinggulnya yang ramping serta kakinya yang jenjang membuat mata pria lelaki normal pasti terpana. Puluhan pria konglomerat berlomba-lomba mencari perhatian demi bisa mempersunting Rhein. Namun sayangnya, wanita mandiri itu tak berniat untuk terikat dengan pria manapun. Rhein terlalu nyaman hidup sendirian hingga usianya berada di ujung angka 20 tahun."S-Suami?" Celia, Sekretaris sekaligus orang kepercayaan Rhein, mendadak tercekat karena tak percaya, ketika mendengar perkataan bosnya. "Anda sudah ingin menikah, Miss?"Rhein menganggukkan kepalanya dengan yakin, membuat kerutan di
Read more
Segeralah Menikah!
“Rumah sakit?”Rhein bertanya-tanya, siapa gerangan yang membawanya ke rumah sakit? Seingatnya, ia tak sempat menelepon orang rumah semalam. Lagi pula, bukankah dia seharusnya masih di pinggir jalan, di dalam mobilnya? Tak lama, pintu kamar rawatnya terbuka. Suara lembut yang begitu dihafalnya kemudian menyapa. "Sudah bangun?""Mami?""Hm. Memangnya kamu berharap siapa lagi yang akan menjagamu selain Mami? Kamu bahkan belum punya suami!" gerutu Veronica, dengan tangan terlipat di dada.Mendengar kata suami membuat bulu kuduk Rhein seketika berdiri. Kata itu ibarat phobia yang membuatnya sesak napas tiap kali dibahas."Kenapa aku ada di sini? Siapa yang membawaku?""Tuh, kan! Bahkan kamu nggak ingat kejadian terakhir yang kamu alami. Sudahlah, memang keputusan yang terbaik buat kamu adalah menikah!"Rhein memutar matanya malas. Apa-apa dijawab maminya dengan satu kata yakni menikah. "Kenapa bahas menikah terus, sih!" protes Rhein jengkel. "Aku pasti nikah, Mi. Tapi nggak sekarang juga
Read more
Kencan Pertama
[Dia mengenakan kemeja hitam.]Malam itu, setelah Celia mengirimkan biodata serta foto calon suami sewaannya, Rhein langsung menyetujui. Wanita itu bahkan meminta sang sekretaris untuk mengatur pertemuannya dengan sang kandidat segera. Dan, di sinilah Rhein, di depan sebuah kafe dengan jantung yang berdegup cepat. Matanya memindai, memperhatikan ciri-ciri teman kencannya sesuai dengan instruksi Celia. Saat ia memasuki kafe, seorang pria yang berdiri di pojok ruangan dan melambaikan tangannya, membuat tatapan Rhein segera tertuju padanya.‘Itu … dia, kan?’ batinnya memperhatikan penampilan sang teman kencan.Kemeja hitam lengan panjang yang dilipat hingga ke siku dan celana jeans baby blue, cocok dengan keterangan sang sekretaris. Sambil berjalan menghampirinya, Rhein menilai penampilan pria tersebut dan tersenyum tipis.Ia menyukai pria ini dari penampilannya yang tampak sederhana. Wajahnya juga tak terlalu buruk untuk dipamerkan pada maminya. Dan oh, senyumannya yang menampilkan lesu
Read more
Hari Pernikahan
“Mami kenapa masih nangis? Kan, harapan Mami sudah Rhein kabulkan.”Jawaban atas pertanyaan Veronica akhirnya terlaksana satu bulan berikutnya. Meskipun terkesan mendadak, akan tetapi Rhein berhasil meyakinkan maminya bila ia sudah tak sabar untuk segera menikah dengan kekasih palsunya. Dan prosesi pernikahan berlangsung dengan khidmat sejak pagi. Hanya sebuah pesta sederhana yang intim dengan jumlah tamu terbatas. Rhein sengaja beralasan pada Veronica bahwa ia ingin pesta yang bisa dikenang seumur hidup bersama orang-orang yang ia sayangi.Melihat putri kesayangannya kini telah resmi menjadi istri, membuat Veronica menangis sepanjang acara. Semua berjalan begitu cepat dalam ingatannya, terasa masih kemarin ia menyusui Rhein dan mengantarnya sekolah TK. Kini, anak gadisnya itu telah menjadi wanita cantik yang mapan.Sang mami hanya mengangguk sambil mengulas senyuman. Ia memperhatikan anak dan menantunya yang kini sedang sungkem padanya."Mami nitip jaga Rhein ya, Sean. Jangan pernah
Read more
Hadiah Bulan Madu
"Swiss??"Bola mata indah Rhein membulat ketika usai acara pesta pernikahan, maminya memberi kado paket bulan madu ke Swiss untuknya dan Sean."Iya, Mami sudah pesankan paket honeymoon untuk kalian berdua selama 5 hari di sana!" Veronica menyerahkan sebuah amplop berisi tiket pesawat lengkap dengan voucher hotel dan tempat pariwisata selama berada di sana.Dengan tangan gemetaran, Rhein menerima amplop berwarna putih itu. Sesekali ia melirik Sean yang bergeming tak jauh darinya."Tiket pesawatnya untuk besok lusa! Jadi segera siapkan koper kalian berdua besok," sambung wanita paruh baya yang masih mengenakan gaun pestanya itu."I-iya, Mi."Sungguh di luar dugaan, Rhein tak menyangka bila kejutan dari sang mami berhasil membuatnya terkejut setengah mati. Ia pikir setelah resmi menikah, ia akan terbebas dari intervensi maminya. Namun, kenyataan justru berkata sebaliknya.Sepanjang perjalanan pulang dari gedung, Sean dan Rhein tak saling bersuara. Sean fokus menyetir sementara Rhein sibuk
Read more
Sadar Diri
1. Dilarang melakukan physical touch.2. Tidak diperbolehkan untuk melayani kebutuhan satu sama lain. 3. Dilarang ikut campur terkait hal-hal yang bersifat privasi. 4. Sean tidak diperbolehkan untuk mengajak teman atau siapapun masuk ke dalam apartemen. "Jadi kamu nggak perlu lagi memasak sarapan atau melayaniku, Sean. Selama nggak ada mami, anggap saja kita sepasang manusia asing yang sedang terjebak di apartemen yang sama!" Rhein menggigit bibirnya dengan ragu, apakah ia terlalu jahat pada Sean? Apakah perkataannya -sebelum masuk ke dalam kamar- tadi terdengar tak berperikemanusiaan? Bahkan sebelum membuka pintu kamar, Rhein sempat kembali berujar, "Setelah masa kontrak selesai, jalani kehidupan masing-masing. Dan jangan pernah lagi muncul di hadapanku!" 'Ah, bodohnya kau, Rhein! Bagaimana jika Sean tersinggung dan memutuskan untuk membatalkan kontrak, huh!?' logika di pikiran Rhein mulai mengintervensi. "Apakah harus minta maaf?" desis Rhein bingung. Ini adalah kali pertama
Read more
Bulan Madu yang Tak Semanis Madu
Bagi pasutri pada umumnya, bulan madu adalah momen yang akan menjadi kenangan indah seumur hidup. Bersenang-senang, bercumbu, berpelesir sepuas hati, menikmati setiap pemandangan sambil berpelukan dan mengobrol sepanjang hari untuk mengenal pasangan lebih dalam, nyatanya hanya ada dalam impian. Momen bulan madu kali ini, meskipun terlaksana di tempat yang paling romantis di Eropa, tak berarti apapun bagi Rhein yang sejak awal tak menginginkan perjalanan mereka. Berkebalikan dengan wanita itu, Sean justru sangat bersemangat untuk segera sampai di Swiss. Semalam Veronica telah memberinya sedikit bocoran tentang kejutan yang akan dia dan Rhein terima begitu sampai di hotel. Mertuanya itu sudah merencanakan segalanya dengan baik agar momen indah putrinya menjadi semakin tak terlupakan.Di pesawat, Rhein lebih banyak tidur dan menyibukkan dirinya dengan menonton film. Selama 18 jam ke depan, ia akan terjebak bersama Sean di kursi yang berdampingan. Karena penerbangannya malam, jadi Rhein t
Read more
Kejutan Pertama
Lantunan biola terdengar semakin mendayu-dayu, pria berdasi yang membawa buket bunga itu mempersilahkan Rhein dan Sean untuk duduk di sofa. Tak ada pilihan lain selain menurut, keduanya duduk berdempetan tanpa jarak dengan jemari saling bertautan. Sebuket bunga mawar lantas diserahkan oleh pria tadi, Rhein menerimanya dengan wajah berbinar. Kali ini bukan akting, karena Rhein memang sangat mencintai bunga! Setelahnya, pria tadi menuangkan wine di gelas berkaki tinggi dan membawanya pada sepasang suami-istri itu. Dengan canggung, Rhein menyesap minuman berwarna ungu kemerahan itu perlahan-lahan, ia tak boleh mabuk! Tidak sekarang! Sementara Rhein bergulat dengan batinnya, Sean justru sangat menikmati suasana romantis yang terjadi. Ia meneguk wine mahal itu sesekali sambil mengeratkan genggamannya. Andai saja setelah ini mereka tidur bersama, pasti segalanya akan menjadi lebih sempurna! Setelah sekitar satu jam berlalu, pertunjukan singkat itu akhirnya usai. Betapa leganya Rhein dan S
Read more
Selamat Datang di Indonesia
"Mamiiiiiiii!!" jerit Rhein kesal. Tanpa menunggu lebih lama, Rhein bergegas naik ke atas ranjang untuk membuang hadiah memalukan itu. Sebuah kertas yang teronggok di tengah cambuk berbulu membuat Rhein berhenti melemparkan barang-barang laknat itu. Ia meraih dan membacanya dalam hati. 'Surpriseeee! Semoga kalian berdua suka dengan kejutan mami kali ini. Dan semoga suasana malam pertama kalian lebih berwarna berkat hadiah kecil dari mami. Selamat menguleni Sean dan Rhein Junior!'..Selama empat hari di Swiss, Rhein lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tiduran daripada jalan-jalan bersama Sean. Ada saja alasan wanita itu untuk menolak bepergian. Alhasil, tiket kereta dan tempat pariwisata yang telah dihadiahkan oleh Veronica hangus begitu saja. Hanya Sean yang memanfaatkan tiket itu dengan baik karena ia ingin menapak tilas beberapa tempat yang dulu pernah ia datangi. Naik kereta menuju Zermatt Matterhorn untuk melihat salju, juga berkeliling memutari gunung salju menggunakan
Read more
Quality Time Bersama Mertua
"Aku berangkat, Sean!"Rhein berpamitan sembari memasang sepatunya dengan terburu-buru. Dengan menggunakan setelan blazer merah dipadu dengan sepatu high heels 7 cm berwarna senada, penampilan Rhein pagi ini sangat mempesona. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai dengan blow ikal, hanya sebuah jepitan kecil yang bertengger di atas dahinya sebagai aksesori untuk menjepit poninya. Sean yang tengah mencuci gelas bekas kopinya, tertegun untuk beberapa saat memandangi sosok cantik yang kini berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu keluar. "Hati-hati, Rhein." Teriakan Sean terdengar sia-sia karena 'istrinya' sudah menutup pintu sebelum ia berhasil menyelesaikan perkataannya. Sambil meletakkan gelas yang sudah ia bilas di rak, Sean memperhatikan ponselnya yang bergetar di atas meja pantry. Mami Veronica is calling ...Dahi Sean berkerut heran, tumben mertuanya menelepon sepagi ini. "Halo, Mami?" sapa Sean cepat sambil menggosok tangannya yang masih basah ke celana. "Sean, apa a
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status