Share

Hari Pernikahan

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-16 12:10:02

“Mami kenapa masih nangis? Kan, harapan Mami sudah Rhein kabulkan.”

Jawaban atas pertanyaan Veronica akhirnya terlaksana satu bulan berikutnya. Meskipun terkesan mendadak, akan tetapi Rhein berhasil meyakinkan maminya bila ia sudah tak sabar untuk segera menikah dengan kekasih palsunya. 

Dan prosesi pernikahan berlangsung dengan khidmat sejak pagi. Hanya sebuah pesta sederhana yang intim dengan jumlah tamu terbatas. Rhein sengaja beralasan pada Veronica bahwa ia ingin pesta yang bisa dikenang seumur hidup bersama orang-orang yang ia sayangi.

Melihat putri kesayangannya kini telah resmi menjadi istri, membuat Veronica menangis sepanjang acara. Semua berjalan begitu cepat dalam ingatannya, terasa masih kemarin ia menyusui Rhein dan mengantarnya sekolah TK. Kini, anak gadisnya itu telah menjadi wanita cantik yang mapan.

Sang mami hanya mengangguk sambil mengulas senyuman. Ia memperhatikan anak dan menantunya yang kini sedang sungkem padanya.

"Mami nitip jaga Rhein ya, Sean. Jangan pernah buat Rhein menangis. Karena air mata Rhein juga air mata Mami." Sambil kembali mengusap air matanya yang tak henti berlinang, Veronica menatap Sean penuh harap.

Entah mengapa meskipun semua ini hanyalah pernikahan yang telah direncanakan, Sean merasa ia sudah berjanji dihadapan Tuhan. Sepertinya, ia terbawa suasana karena momen ini adalah pekerjaan pertamanya. Di samping itu, Rhein yang sangat cantik dengan balutan gaun broken white berkerah sabrina, membuat Sean merasa ia sedang menikah betulan dengan wanita itu.

"Saya berjanji akan menjaga Rhein dengan sangat baik, Tante. Jangan khawatir."

Hanya kalimat itu yang bisa Sean sampaikan. Bukankah berjanji dihadapan Tuhan tidak bisa dianggap main-main? Jadi, selama kontrak mereka berlangsung dua tahun ini, ia akan merealisasikan janjinya pada Veronica.

"Terima kasih, Nak. Mulai sekarang panggil aku Mami. Bukankah aku sudah menjadi orang tuamu mulai hari ini?" tandas Veronica.

Dengan senyuman yang masih menghiasi wajah tampannya, Sean mengangguk.

"Iya, Mi."

Acara pun berganti, setelah sesi meminta restu dan foto-foto, kini kedua mempelai beramah-tamah menyapa para tamu yang sebagian besar adalah tamu Rhein. Tentu saja Sean tak banyak mengenal mereka dan memilih untuk menurut saja ketika Rhein memperkenalkan dia pada para tamu. 

"Semua tamu di sini adalah keluarga besarku. Jadi sebisa mungkin jangan banyak bicara dengan mereka, atau kamu akan terjebak dengan perkataanmu sendiri nanti." Rhein mendekat ke telinga  Sean dan berbisik.

Dengan pasti Sean mengangguk. Ia tak begitu suka berinteraksi dengan orang banyak seperti ini karena sangat melelahkan dan menguras energi. 

"Sean, perkenalkan ini sahabat baikku, namanya Ralphael Fernando!" Rhein yang sejak tadi menggamit lengan suaminya lantas membawa Sean menemui seorang pria yang berdiri sendirian di pojok ruangan. Akhirnya, setelah sekian lama sibuk, Ralph bisa menghadiri pernikahan sahabatnya yang sangat mendadak ini.

Sean mengulurkan tangan, akan tetapi Ralph tak menyambut tangan itu hingga perlahan Sean pun menarik kembali tangannya dengan keki. Menyadari suasana yang cukup kaku di antara kedua pria itu, Rhein akhirnya melepas lengan Sean dan berganti menggamit lengan sahabatnya.

"Ralp, bersikap baiklah pada Sean hari ini saja!" bisik Rhein di telinga sahabat baiknya itu. Rhein tau, sahabatnya itu menentang rencananya sedari awal. Namun, Ralp pun tak bisa membantu banyak. Rhein tak bisa meminta bantuan Ralp, karena orientasi pria itu yang menyimpang.

Ralp hanya tersenyum kecut, ia menyesap sedikit cocktail yang sejak tadi menemani kesendiriannya dan menatap tajam pada Sean.

"Siapapun kamu, jagalah sikapmu dengan baik selama hidup bersama Rhein. Aku akan mengawasimu, Buddy!"

Sebuah tepukan dibahu membuat kesadaran Sean kembali. Ia membalas tatapan tajam Ralp yang seolah-olah mencurigai dan mengintimidasinya.

"Jangan khawatir. Aku tahu batasanku," janji Sean dengan yakin. "Dan satu lagi, namaku Sean. Bukan Buddy!"

Usai mengatakan kalimat itu, Sean berbalik badan dan meninggalkan Rhein begitu saja. Tidak, ia tidak cemburu, ia hanya kesal karena diremehkan oleh pria itu! Sambil mengayunkan langkah lebar menuju meja berisi aneka makanan serta desert, Sean mencomot sepotong cake dan melahapnya. 

Dari kejauhan, Ralp mengerutkan dahi memandang heran pada suami sewaan sang sahabat.  “Sepertiya dia terlalu mendalami peran.” Ralp kemudian menatap ke arah Rhein yang menatapnya bingung. “Suamimu, sepertinya dia cemburu.”

Setelahnya, Rhein justru tertawa. Para tamu undangan, juga Sean bahkan turut menoleh ke arah mereka berdua. Rhein berbisik usai menghentikan tawanya dan menggantinya dengan senyuman. “Jangan bercanda, Ralp. Kami tidak akan pernah jadi pasangan sesungguhnya!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Mi Dena, Mi Amor

    Tiga hari pasca dirawat di rumah sakit, akhirnya Ivan diperbolehkan pulang dengan mengantongi sekeranjang obat-obatan dan vitamin. Dokter meminta Ivan untuk tidak memforsir tubuhnya, atau ia akan berakhir di rumah sakit lagi. Saat ini, Ivan tengah bersantai di kamar khusus yang ia tempati di resort paradiso. Sebastian Louis mengultimatum putranya untuk menghentikan aktifitasnya selama seminggu ini, alhasil Ivan yang terbiasa dengan berbagai kesibukan mulai merasa bosan. Hari ini, Sean dan keluarga besar Chevalier akan kembali ke Indonesia. Karena kesehatannya belum pulih, terpaksa Ivan mengantar kepergian mantan majikannya itu sampai di lobi. Hanya Adena yang tetap tinggal di Playa del Carmen. Dokter masih belum memperbolehkan ia terbang terlalu lama selama sebulanan ini. "Kau sudah makan?" Adena menoleh pada Ivan yang berdiri di sampingnya dan mengawasinya dengan serius. "Dokter bilang kau tak boleh telat makan!" Sambil tertawa, Ivan lantas merengkuh bahu Adena dan mengecup kening

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kembali Padamu

    Tidak ada rasa sakit yang lebih perih selain melihat orang yang kita sayangi terbujur lemah tak sadarkan diri. Di dalam ambulans yang membawa tubuh Adena menuju rumah sakit, Ivan menangis penuh penyesalan. Mobil ambulans yang melaju dengan kecepatan maksimum, serasa seperti siput bagi Ivan yang tak sabar untuk segera sampai di rumah sakit. "Tadi dia memaksaku untuk menceritakan tentang kisahnya bersama Harvey. Aku menunjukkan beberapa bukti yang aku miliki, dan tiba-tiba dia mengerang kesakitan lalu pingsan seperti sekarang," sesal Sean sembari mengawasi Adena yang masih terpejam. Rasa takut yang Ivan rasakan saat ini lebih besar dari apapun. Ia trauma melihat Adena terbujur kaku seperti ini, butuh waktu berbulan-bulan bagi Ivan untuk bangkit. Dan setelah gadis itu terbangun, permasalahan yang sama kembali muncul. "Cepatlah, Pak!" teriak Ivan pada sopir yang mengemudikan ambulan di depannya. "Kita harus cepat sampai!"Suara sirine yang silih berganti dengan teriakan-teriakan Ivan,

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Tunjukkan Jalan Pulang

    "Apa!?""Nona Adena baru saja terbang menuju Cancun, Tuan."Ivan menghembuskan napasnya geram. Ia meremas kertas kontrak yang baru saja ia tandatangani dan melempar kertas itu ke sembarang arah. "Brengsek!" pekiknya murka dengan bola mata melotot. "Siapkan pesawat, Gonz! Aku harus lebih dulu sampai sebelum dia landing." "Baik, Tuan." Laporan mengejutkan yang baru saja ia dengar dari Gonzales telah menghancurkan hari penuh semangat yang Ivan jalani. Tadinya, ia sudah merasa tenang ketika anak buah Gonzales melaporkan jika Adena sedang makan siang. Dan satu jam berikutnya, kabar lain datang dan menyatakan bila Adena telah terbang menuju Cancun bersama sang ayah, Sebastian Louis.Berulangkali Ivan mencoba menghubungi nomor ayahnya, tapi nihil dan tak sekalipun diangkat. Ivan tak habis pikir, apa yang hendak dilakukan oleh ayahnya terhadap Adena? Dengan kecepatan penuh, mobil yang Ivan tumpangi tiba di bandara Alberto Acuña Ongay. Ia bergegas terbang menuju bandara Cancun untuk menyus

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kisah Kita Sama

    Adena terhempas oleh gelombang kesedihan yang menghantamnya ketika ia mendapati kenyataan yang mengerikan, Ivan adalah pembunuh tunangannya. Dunianya runtuh. Luka di hatinya semakin dalam, bercampur dengan kekecewaan dan amarah. Air matanya tak henti mengalir selepas Ivan keluar dari kamarnya. Meskipun Adena tak bisa mengingat apapun tentang masa lalunya, akan tetapi rasa sakit yang ia rasakan malam ini sungguh teramat perih. Siapa pria yang pernah menjadi tunangannya? Mengapa pria itu terbunuh? Benarkah yang dikatakan Ivan jika pria itu telah berniat jahat pada keluarganya? Siapa yang harus Adena percayai dalam situasi seperti ini? Benak Adena berkecamuk oleh ribuan pertanyaan yang ia sendiri tak tahu jawabannya. Terjebak di mansion ini seakan membawanya ke dalam pusaran teka-teki penuh misteri. Terlalu lelah menangis, akhirnya Adena terlelap menjelang dini hari. Ia tak tahu jika beberapa blok ruangan dari kamarnya, Ivan masih terjaga dan tak bisa memejamkan mata sedetikpun. Mu

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kau Pembunuh!

    "Anda belum tidur, Tuan?" Suara berat yang berasal dari seseorang yang berada belakang tubuhnya, membuat Ivan menoleh dengan malas. Seperti biasa, Gonzales akan selalu memeriksa seluruh bagian ruang sebelum ia beristirahat di kamarnya sendiri. Pintu kamar Ivan yang tak tertutup dengan sempurna lantas membuat Gonzales penasaran, dan dugaannya benar, majikannya ternyata masih terjaga. "Aku tidak bisa tidur, Gonz." "Lagi? Tapi Anda bahkan hampir kolaps tadi siang!" keluh Gonzales cemas. "Istirahatlah, Tuan. Bukankah seharusnya tidur anda bisa lebih nyenyak setelah nona Adena sehat kembali seperti sekarang?" Ivan tersenyum kecut mendengar penuturan tangan kanannya itu. Ia menghirup udara hangat hingga memenuhi rongga dadanya lantas mengembuskan karbon dioksida itu dengan berat. "Justru setelah Adena terbangun dari komanya, aku jadi semakin takut kehilangan dia, Gonz. Dia bisa saja membenciku seandainya terbangun dengan ingatan yang masih utuh tentang status kami dulu.""Tuan, jangan

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Dejavu

    Sorotan matahari sore menyinari pasir putih, menciptakan kilauan emas di pantai. Dalam kehangatan sore yang syahdu, Ivan mengayuh sepedanya untuk menjelajahi keindahan alam bersama Adena. Angin sepoi-sepoi laut menyentuh kulit mereka, membuat perjalanan mereka semakin romantis. Mereka melintasi tepi pantai yang sepi, dengan ombak yang menggulung lembut di sebelah mereka. Suara burung camar menyambut mereka dengan nyanyian ceria. Saat matahari mulai turun di langit, Ivan semakin mengayuh sepedanya dengan kencang. Ia harus tiba tepat waktu, ia harus menikmati sunset di tempat itu. Merasakan laju sepeda yang semakin cepat, Adena lantas mencengkeram T-shirt Ivan dengan panik. Ia berulang kali memekik takut ketika roda, yang bergesekan dengan pasir, beberapa kali tenggelam dan membuat sepeda mereka hampir tergelincir. "Sedikit lagi, Nona. Kita akan sampai!" teriak Ivan girang diantara hembusan napasnya yang mulai tak terkontrol. Ivan sempat lupa bila beberapa jam yang lalu, ia hampir p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status