Share

Segeralah Menikah!

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-16 12:01:33

“Rumah sakit?”

Rhein bertanya-tanya, siapa gerangan yang membawanya ke rumah sakit? Seingatnya, ia tak sempat menelepon orang rumah semalam. Lagi pula, bukankah dia seharusnya masih di pinggir jalan, di dalam mobilnya?

Tak lama, pintu kamar rawatnya terbuka. Suara lembut yang begitu dihafalnya kemudian menyapa. "Sudah bangun?"

"Mami?"

"Hm. Memangnya kamu berharap siapa lagi yang akan menjagamu selain Mami? Kamu bahkan belum punya suami!" gerutu Veronica, dengan tangan terlipat di dada.

Mendengar kata suami membuat bulu kuduk Rhein seketika berdiri. Kata itu ibarat phobia yang membuatnya sesak napas tiap kali dibahas.

"Kenapa aku ada di sini? Siapa yang membawaku?"

"Tuh, kan! Bahkan kamu nggak ingat kejadian terakhir yang kamu alami. Sudahlah, memang keputusan yang terbaik buat kamu adalah menikah!"

Rhein memutar matanya malas. Apa-apa dijawab maminya dengan satu kata yakni menikah. "Kenapa bahas menikah terus, sih!" protes Rhein jengkel. "Aku pasti nikah, Mi. Tapi nggak sekarang juga kali! Sabar, dong."

"Terus kapan? Nunggu Mami mati?"

"Mi!" Rhein mendelik kaget. "Mami sabar, dong. Aku lagi membujuk dia buat datang ke sini dan nikahin aku."

Veronica tersenyum kecut sembari mendengus. "Memangnya kamu punya pacar? Orang yang dekat kamu aja cuma temanmu yang ‘itu’!” sindir maminya.

"Mami ngeremehin aku?" tantang Rhein tanpa pikir panjang. “Tunggu aja, aku pasti akan kenalin dia ke Mami secepatnya.”

"Mami mau bukti. Bukan cuma janji-janji doang yang nggak jelas akhirnya kaya gimana!"

**

"Rental Suami Agency".

Sore hari, Celia datang menjenguknya dan memberikan beberapa data yang berhasil wanita itu peroleh. Maminya tentu saja sudah ia minta pulang. Bisa gawat kalau maminya tahu dari mana pria yang ia janjikan akan menikahinya sebentar lagi.

Nama yang tercetak tebal di halaman sampul membuat Rhein tersenyum sumbang. Sebuah dengusan kemudian lolos dari bibir wanita bermata abu tua itu.

“Apa kamu tidak punya kandidat lain, Cel?”

Rhein bertanya usai selesai membolak-balik lembar berisi foto dan data diri pria-pria sewaan itu. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pengusaha, ada juga yang berprofesi sebagai artis dan bintang film. Hal itu membuat Rhein berpikir … sebenarnya apa tujuan mereka menjadi pria sewaan? Uang sudah pasti bukan alasan, sebab hidup mereka sudah lebih dari berkecukupan. Apakah mereka melakukannya demi melakukan hubungan seksual secara cuma-cuma dan dibayar mahal?

"Apa ada masalah, Miss?"

Rhein menghela napas panjang. "Begini, Cel … mereka semua memang bukan pria sembarangan.” Ia berhenti sejenak dan memperhatikan sekelilingnya. "Tapi, apa tidak ada lelaki yang benar-benar masih fresh?" bisiknya kemudian.

Celia terdiam sejenak mendengar permintaan wanita di hadapannya. "Fresh?" ulangnya gugup.

"Uh-um. Aku mau pria yang masih 'baru' dan belum berpengalaman." Rhein memberi tanda kutip dengan dua jarinya saat mengatakan kata 'baru'. "Aku tidak mau lelaki bekas wanita lain, Cel. Tolong carikan yang seperti itu, secepatnya!"

Entah bagaimana Celia menemukan kandidat yang ia minta, tetapi … malam itu juga sekretaris andalannya menelepon.

"Halo, apa kamu sudah mendapatkannya?" bisik Rhein.

"Sudah, Miss. Saya akan mengirimkan datanya pada anda via email. Bila anda setuju, saya akan menjadwalkan anda bertemu dengan dia secepatnya setelah keluar dari Rumah Sakit."

Bagai menemukan oase di tengah gersangnya gurun pasir, Rhein sontak menghembuskan napasnya lega setelah mendengar penjelasan sekretarisnya itu.

"Bagus! Segera kirimkan datanya padaku! Secepatnya!"

.......

"Bertahanlah sebentar."

Suara berat yang terdengar panik itu terus saja terngiang-ngiang di telinga Rhein ketika ia mencoba mengingat kejadian terakhir yang menimpanya. Siapakah pria yang menyelamatkannya malam itu?

Setiap kali Rhein berusaha memusatkan pikiran untuk mengingat apapun yang tersisa di otaknya, nyatanya hanya suara itu yang melintas. Tapi ... tunggu, Rhein memejamkan matanya sejenak, ketika berada dipelukan hangat pria itu ... ada bekas sayatan luka yang sempat ia lihat lengannya.

'Siapa kamu sebenarnya? Bagaimana caraku berterima kasih setelah kamu telah menyelamatkanku dari preman-preman itu.' Rhein membatin sembari menatap lurus ke arah jendela kamar rumah sakit.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Mi Dena, Mi Amor

    Tiga hari pasca dirawat di rumah sakit, akhirnya Ivan diperbolehkan pulang dengan mengantongi sekeranjang obat-obatan dan vitamin. Dokter meminta Ivan untuk tidak memforsir tubuhnya, atau ia akan berakhir di rumah sakit lagi. Saat ini, Ivan tengah bersantai di kamar khusus yang ia tempati di resort paradiso. Sebastian Louis mengultimatum putranya untuk menghentikan aktifitasnya selama seminggu ini, alhasil Ivan yang terbiasa dengan berbagai kesibukan mulai merasa bosan. Hari ini, Sean dan keluarga besar Chevalier akan kembali ke Indonesia. Karena kesehatannya belum pulih, terpaksa Ivan mengantar kepergian mantan majikannya itu sampai di lobi. Hanya Adena yang tetap tinggal di Playa del Carmen. Dokter masih belum memperbolehkan ia terbang terlalu lama selama sebulanan ini. "Kau sudah makan?" Adena menoleh pada Ivan yang berdiri di sampingnya dan mengawasinya dengan serius. "Dokter bilang kau tak boleh telat makan!" Sambil tertawa, Ivan lantas merengkuh bahu Adena dan mengecup kening

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kembali Padamu

    Tidak ada rasa sakit yang lebih perih selain melihat orang yang kita sayangi terbujur lemah tak sadarkan diri. Di dalam ambulans yang membawa tubuh Adena menuju rumah sakit, Ivan menangis penuh penyesalan. Mobil ambulans yang melaju dengan kecepatan maksimum, serasa seperti siput bagi Ivan yang tak sabar untuk segera sampai di rumah sakit. "Tadi dia memaksaku untuk menceritakan tentang kisahnya bersama Harvey. Aku menunjukkan beberapa bukti yang aku miliki, dan tiba-tiba dia mengerang kesakitan lalu pingsan seperti sekarang," sesal Sean sembari mengawasi Adena yang masih terpejam. Rasa takut yang Ivan rasakan saat ini lebih besar dari apapun. Ia trauma melihat Adena terbujur kaku seperti ini, butuh waktu berbulan-bulan bagi Ivan untuk bangkit. Dan setelah gadis itu terbangun, permasalahan yang sama kembali muncul. "Cepatlah, Pak!" teriak Ivan pada sopir yang mengemudikan ambulan di depannya. "Kita harus cepat sampai!"Suara sirine yang silih berganti dengan teriakan-teriakan Ivan,

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Tunjukkan Jalan Pulang

    "Apa!?""Nona Adena baru saja terbang menuju Cancun, Tuan."Ivan menghembuskan napasnya geram. Ia meremas kertas kontrak yang baru saja ia tandatangani dan melempar kertas itu ke sembarang arah. "Brengsek!" pekiknya murka dengan bola mata melotot. "Siapkan pesawat, Gonz! Aku harus lebih dulu sampai sebelum dia landing." "Baik, Tuan." Laporan mengejutkan yang baru saja ia dengar dari Gonzales telah menghancurkan hari penuh semangat yang Ivan jalani. Tadinya, ia sudah merasa tenang ketika anak buah Gonzales melaporkan jika Adena sedang makan siang. Dan satu jam berikutnya, kabar lain datang dan menyatakan bila Adena telah terbang menuju Cancun bersama sang ayah, Sebastian Louis.Berulangkali Ivan mencoba menghubungi nomor ayahnya, tapi nihil dan tak sekalipun diangkat. Ivan tak habis pikir, apa yang hendak dilakukan oleh ayahnya terhadap Adena? Dengan kecepatan penuh, mobil yang Ivan tumpangi tiba di bandara Alberto Acuña Ongay. Ia bergegas terbang menuju bandara Cancun untuk menyus

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kisah Kita Sama

    Adena terhempas oleh gelombang kesedihan yang menghantamnya ketika ia mendapati kenyataan yang mengerikan, Ivan adalah pembunuh tunangannya. Dunianya runtuh. Luka di hatinya semakin dalam, bercampur dengan kekecewaan dan amarah. Air matanya tak henti mengalir selepas Ivan keluar dari kamarnya. Meskipun Adena tak bisa mengingat apapun tentang masa lalunya, akan tetapi rasa sakit yang ia rasakan malam ini sungguh teramat perih. Siapa pria yang pernah menjadi tunangannya? Mengapa pria itu terbunuh? Benarkah yang dikatakan Ivan jika pria itu telah berniat jahat pada keluarganya? Siapa yang harus Adena percayai dalam situasi seperti ini? Benak Adena berkecamuk oleh ribuan pertanyaan yang ia sendiri tak tahu jawabannya. Terjebak di mansion ini seakan membawanya ke dalam pusaran teka-teki penuh misteri. Terlalu lelah menangis, akhirnya Adena terlelap menjelang dini hari. Ia tak tahu jika beberapa blok ruangan dari kamarnya, Ivan masih terjaga dan tak bisa memejamkan mata sedetikpun. Mu

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Kau Pembunuh!

    "Anda belum tidur, Tuan?" Suara berat yang berasal dari seseorang yang berada belakang tubuhnya, membuat Ivan menoleh dengan malas. Seperti biasa, Gonzales akan selalu memeriksa seluruh bagian ruang sebelum ia beristirahat di kamarnya sendiri. Pintu kamar Ivan yang tak tertutup dengan sempurna lantas membuat Gonzales penasaran, dan dugaannya benar, majikannya ternyata masih terjaga. "Aku tidak bisa tidur, Gonz." "Lagi? Tapi Anda bahkan hampir kolaps tadi siang!" keluh Gonzales cemas. "Istirahatlah, Tuan. Bukankah seharusnya tidur anda bisa lebih nyenyak setelah nona Adena sehat kembali seperti sekarang?" Ivan tersenyum kecut mendengar penuturan tangan kanannya itu. Ia menghirup udara hangat hingga memenuhi rongga dadanya lantas mengembuskan karbon dioksida itu dengan berat. "Justru setelah Adena terbangun dari komanya, aku jadi semakin takut kehilangan dia, Gonz. Dia bisa saja membenciku seandainya terbangun dengan ingatan yang masih utuh tentang status kami dulu.""Tuan, jangan

  • Suami Rentalku Ternyata Tuan Muda Kaya   Dejavu

    Sorotan matahari sore menyinari pasir putih, menciptakan kilauan emas di pantai. Dalam kehangatan sore yang syahdu, Ivan mengayuh sepedanya untuk menjelajahi keindahan alam bersama Adena. Angin sepoi-sepoi laut menyentuh kulit mereka, membuat perjalanan mereka semakin romantis. Mereka melintasi tepi pantai yang sepi, dengan ombak yang menggulung lembut di sebelah mereka. Suara burung camar menyambut mereka dengan nyanyian ceria. Saat matahari mulai turun di langit, Ivan semakin mengayuh sepedanya dengan kencang. Ia harus tiba tepat waktu, ia harus menikmati sunset di tempat itu. Merasakan laju sepeda yang semakin cepat, Adena lantas mencengkeram T-shirt Ivan dengan panik. Ia berulang kali memekik takut ketika roda, yang bergesekan dengan pasir, beberapa kali tenggelam dan membuat sepeda mereka hampir tergelincir. "Sedikit lagi, Nona. Kita akan sampai!" teriak Ivan girang diantara hembusan napasnya yang mulai tak terkontrol. Ivan sempat lupa bila beberapa jam yang lalu, ia hampir p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status