Home / Romansa / Suami Warisan / 04 - Penghuni Rumah Misterius

Share

04 - Penghuni Rumah Misterius

Author: Serafina
last update Last Updated: 2021-07-08 10:57:38

INHERITED HUSBAND

04 – PENGHUNI RUMAH MISTERIUS

Seumur hidup, Rengganis jarang berlari.

Berat tubuhnya menghalangi kecepatan larinya. Baru beberapa meter saja, dia sudah ngos-ngosan. Tapi saat ini, kedua tungkainya berlari secepat kilat. Napasnya berembus di udara saat mulutnya terbuka, dia memacu kakinya agar segera pergi dari sana.

Dari lelaki aneh dan rumah menyeramkan itu.

Sepertinya dia tersesat. Sepertinya dia salah alamat. Sepertinya dia tidak sengaja masuk ke alam gaib yang ada di hutan ini.

Rengganis menelan ludahnya, kembali memacu kakinya agar berlari secepat mungkin. Dia bisa melihat gerbang besi hitam yang terbuka. Dia terengah, jantungnya bertalu-talu di dada, berdenging di telinganya, adrenalin menderas dalam aliran darahnya, dia hampir oleng, tapi ketakutan dan kengeriannya mengalahkan segalanya.

Di otaknya saat ini hanya ada satu tujuan: LARI.

Langkahnya semakin mendekat, tangannya menggapai hendak meraih gerbang, saat tiba-tiba saja tidak ada angin tidak ada hujan, gerbang itu melayang dan menutup di hadapannya.

Sreett! Brakk!

Gerbang menutup, gerendel terkunci dengan sendirinya.

Sontak Rengganis mengerem mendadak. Dia berusaha mengatur napasnya sambil mengerjap tidak percaya.

“Nyai, mau kemana?”

Rengganis menoleh kaget. Dia terbelalak saat menyadari kalau Narendra sudah berdiri di belakangnya sambil bersedekap.

Gimana caranya lelaki itu bisa berdiri di belakangnya tanpa terlihat habis berlari?

“Eh, um ….” Otaknya blank. Dia tidak bisa mengarang alasan apa pun.

Narendra mendekat, Rengganis mundur perlahan. Seberkas senyum membayang di wajah Narendra, ia menyadari ketakutan yang memancar dari gadis gendut ini. Jakunnya bergerak naik turun saat ia menahan dahaganya.

“Nyai sudah datang jauh-jauh kemari, silakan masuk dulu. Kamarnya sudah siap.”

Kamar? 

Langkah Rengganis semakin menjauh, dia berjalan mundur dengan waspada.

Narendra melanjutkan, “Maaf kalau saya membuatmu terkejut.”

Bukan terkejut, Rengganis berada dalam fase shock. Dia terus mundur sampai punggungnya menabrak gerbang besi. Angin berhembus cukup kencang, membuatnya kembali menggigil. Keringat menetes di dahinya yang lengket.

“Hari sudah malam, sebaiknya masuk dan beristirahat di kamar.”

Rengganis menggeleng.

“Kenapa?” tanya Narendra yang menangkap gelengannya.

Rengganis menelan ludahnya susah payah, dia berusaha menemukan kembali suaranya, “A-aku …. Sebaiknya pulang saja.”

Ya, ya. Lebih baik pulang dari pada tinggal di rumah berhantu itu. Dia tidak mau ambil risiko bermalam di tempat yang asing.

Alis Narendra naik, dia bertanya sambil mengulum senyumnya, “Naik apa?”

“Eh ….” Rengganis menyadari kalau ia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Dia sedang berada di tengah hutan yang gelap gulita. Tanpa kendaraan dan tanpa petunjuk arah.

“Nyai,” panggil Narendra lagi, dia mengulurkan tangannya, “mari masuk.”

Suaranya terdengar lembut. Rengganis menatap tangannya yang terulur ke arahnya, terasa mengundang. Ada dorongan yang tak kasatmata yang membuatnya mengulurkan tangannya menyambut tangan Narendra. Rengganis melangkah ragu dan perlahan.

Tapi sorot mata Narendra membuatnya berjalan mendekat. Seakan terhipnotis oleh lelaki gagah nan tampan itu, Rengganis menerima uluran tangannya.

Perlahan tapi pasti, Narendra mengajak Rengganis untuk berjalan kembali ke rumah.

“Saya akan jelaskan semuanya di rumah.” bisiknya seakan menjawab pertanyaan yang berhamburan di dalam pikiran Rengganis.

*

Rasanya hanya sekejap saja mereka sampai di depan pintu rumah, padahal Rengganis tau benar dia sampai ngos-ngosan untuk lari dari teras sampai ke gerbang.

Narendra membuka pintu ganda itu dan menyilakan Rengganis masuk. “Wilujeng sumping, Nyai.”

(Selamat Datang, Nyai.)

Bulu roma Rengganis kembali berdiri begitu mendengar kalimat Narendra. Refleks dia melepaskan tangan mereka. Bunyi yang tadi didengarnya kini menampakkan wujudnya. Di tengah ruangan yang luas itu sedang digelar pesta yang meriah.

Narendra menjentikkan jarinya dan musik berhenti. Begitu pula dengan orang-orang yang ada di sana. Mereka serentak menoleh pada Narendra, kemudian mata mereka bergerak memandang Rengganis yang berdiri di sebelahnya dengan pandangan bertanya.

Rengganis terpaku di tempatnya. Dia pernah melihat kerumunan seperti ini. Semua orang yang ada di sana terlihat tinggi, langsing, dan cantik.

Semuanya perempuan yang terlihat rupawan.

Mendadak rasa minder Rengganis muncul, menggantikan ketakutannya. Di tengah ruangan yang penuh dengan manusia yang cantik menawan ini, dia terlihat seperti itik buruk rupa di antara para angsa.

“Sampurasun,” suara Narendra yang berat dan berwibawa menggema dalam ruangan, dia berdiri di samping Rengganis, menghadap para tamu pestanya, “ini Rengganis, keponakannya Nirmala, dia yang diwarisi rumah ini, yang artinya Rengganis adalah istri saya mulai saat ini.”

Kepala Rengganis menoleh cepat, kepalanya hampir saja lepas dari engselnya. Dia membelalak pada Narendra, “Istri?!”

Narendra tersenyum sambil menoleh padanya, “Sumuhun, Nyai.”

Glek.

“Gimana?” tanya Rengganis tidak paham.

Tangan Narendra merangkul bahunya, “Saya akan jelaskan, tapi sebelumnya, saya akan membubarkan pesta ini. Ayo, masuk dulu ke kamar.”

Rengganis tidak punya kuasa atas tubuhnya sendiri, karena rasanya ia bergerak di luar batas kemauannya. Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, ia menurut saat Narendra membimbingnya ke sebuah kamar.

“Mangga linggih, Nyai.” Narendra mendudukkannya di sisi ranjang yang empuk. Tidak seperti penampilan luar rumah, interior kamar termasuk modern.

(Silakan duduk, Nyai.)

Narendra hendak berbalik saat Rengganis menahannya, “Tunggu.”

“Ya?”

“Eh, um ….” Mendadak saja isi otaknya menguap, dia kebingungan dengan segalanya; keadaan, situasi, tempat dan orang asing yang ditemuinya.

Narendra seakan mengerti, dia tersenyum menenangkan. “Saya akan menyuruh orang-orang ini untuk pulang, setelah itu kita akan berbincang.”

Sikap, kata-kata dan sorot matanya menjadi perpaduan yang membingungkan. Dada Rengganis sesak, dia ketakutan, penasaran juga terkagum-kagum.

Siapa lelaki ini?

Apa hubungannya dengan Tante Nirmala?

Kenapa dia bilang kalau aku adalah istrinya?!

Seakan bisa membaca pikirannya, Narendra mengulurkan tangannya, menyentuh puncak kepala Rengganis. Dia menunduk dan berbisik, “Saya Narendra dari Pajajaran. Saya dan Nirmala terikat oleh pernikahan, tapi karena sekarang Nirmala sudah tiada, maka kamu, sebagai pewarisnya menggantikan posisinya sebagai istri saya.”

Rengganis mengerjap, seketika itu juga Narendra menghilang dari hadapannya.

Hah!

Rengganis tergeragap. Lagi-lagi ia merinding. Demi Tuhan, dia hanya mengedip satu detik tapi lelaki itu sudah menghilang begitu saja!

Pintu terbuka, Rengganis berjingkat-jingkat mengintip apa yang terjadi di depan sana. Ia melihat Narendra berdiri di tengah ruangan dan bercakap-cakap sejenak. Para perempuan itu mengangguk, mereka seolah paham apa yang sedang terjadi.

Kemudian satu per satu dari mereka beranjak, mereka mendekat pada Narendra dan berpamitan.

Tapi yang membuat Rengganis terkesiap adalah cara mereka berpamitan.

Para perempuan itu mengantri di hadapan Narendra, memeluk dan berciuman sebelum berlalu pergi.

Refleks, Rengganis menutup mulutnya dengan tangan. Menahan agar kekagetannya tidak lepas dari tenggorokannya.

Narendra meraih pinggang langsing salah satu perempuan dan menciumnya keras di mulut, tanpa sengaja ia bertatapan dengan Rengganis yang berdiri di ambang pintu. Perempuan itu terlihat shock, matanya membeliak, horor terlihat jelas dari maniknya.

Mata Narendra berkilat, ia menyeringai sebelum menarik energi dari mangsanya.

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kikiw
misteri horornya dapet banget yaa!!
goodnovel comment avatar
Endah Setyawati
tsaaahhh.. ikut merinding..
goodnovel comment avatar
Bintang Dalimunthe
Bergidik tp penasaran..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Warisan   SEKUEL SUAMI WARISAN

    KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha

  • Suami Warisan   175 - Sailendra [TAMAT]

    SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha

  • Suami Warisan   174 - Lembaran Baru

    SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan

  • Suami Warisan   173 - Terputus Kutukan

    SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan

  • Suami Warisan   172 - Perpisahan dan Kebenaran

    SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya

  • Suami Warisan   171 - Binasa

    SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status